Intisari-Online.com -Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan data yang mengejutkan bahwa 38 orang tewas di Myanmar saat militer berupaya memadamkan aksi protes di beberapa kota pada Rabu (3/3/2021).
Ini menjadi hari paling kejam sejak demonstrasi menentang kudeta militer pertama kali meletus pada bulan lalu.
Melansir Reuters yang mengutip penuturan sejumlah saksi mata, polisi dan tentara melepaskan tembakan dengan peluru tajam dengan sedikit peringatan.
Pertumpahan darah terjadi satu hari setelah negara-negara tetangga menyerukan pengekangan pasca militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.
“Mengerikan, ini pembantaian. Tidak ada kata yang dapat menggambarkan situasi dan perasaan kami,” kata aktivis pemuda Thinzar Shunlei Yi kepada Reuters melalui aplikasi perpesanan.
Bukan kali ini saja kudeta menimbulkan korban jiwa.
Melansir Catch News, selain kudeta militer Myanmar, berikut adalah lima kudeta militer paling mematikan yang pernah terjadi di dunia:
Argentina, 1955
Militer Argentina bersekongkol dengan partai-partai oposisi untuk memberontak melawan Presiden Juan Peron pada tahun 1955.
Selama pemberontakan militer dan sipil - yang dikenal sebagai Revolución Libertadora - para pejuang Angkatan Laut dan Angkatan Udara mengebom Plaza de Mayo.
Insiden itu menewaskan ribuan orang warga sipil.
Sementara kelompok Peronis ekstremis menyerang dan membakar beberapa gereja.
Bolivia, 1979
Ratusan orang tewas dan lebih dari 300 lainnya terluka selama perayaan All Saints Day di Bolivia.
Hal itu terjadi setelah sekelompok tentara mengamuk untuk menggulingkan pemerintah. Insiden berdarah itu disebut sebagai pembantaian All Saints Day.
Turki, 1980
Turki menyaksikan kudeta dengan kekerasan pada tahun 1980, dengan kelompok sayap kiri dan kanan melanjutkan bentrokan kekerasan mereka di jalanan.
Militer mengintervensi dan membubarkan pemerintah.
Selama tiga tahun berikutnya, Angkatan Bersenjata Turki memerintah negara itu melalui Dewan Keamanan Nasional, sebelum demokrasi dipulihkan.
Ribuan orang dibunuh dan lebih dari 500.000 ditangkap. Banyak yang meninggal saat di penjara.
Mali, 2012
Kudeta Mali terjadi setelah tentara Mali membentuk Komite Nasional untuk Pemulihan Demokrasi.
Para prajurit, yang tidak senang dengan cara kerja Presiden Amadou Toumani Touré, menyerang istana presiden, barak militer, dan televisi milik negara.
Pemberontakan tahun 2012 merenggut nyawa hampir 15.000 tentara. Lebih dari 1.00.000 warga sipil mengungsi.
Chili, 1973
Kudeta di Chili disebut terinspirasi dari kesuksesan penggulingan Presiden Soekarno.
Pada 11 September 1973, militer Chile menggulingkan pemerintahan Cili yang dipimpin Presiden Salvador Allende melalui kudeta, di mana Istana Kepresidenan La Moneda dan Allende memutuskan bunuh diri.
Sebuah junta dibentuk setelah kudeta beranggotakan Augusto Jose Ramon Pinochet Ugarte dari Angkatan Darat, Admiral Jose Toribio Merino dari Angkatan Laut.
Kemudian Jenderal Udara Gustavo Leigh mewakili Angkatan Udara, serta Jenderal Cesar Mendoza yang berasal dari Carabineros atau kepolisian.
Junta militer bertindak sebagai lembaga eksekutif dan legislatif, di mana mereka menangguhkan Kongres, konstitusi, dan memberlakukan pengawasan ketat.
Pemerintahan itu melarang segala bentuk partai politik dan menghentikan semua kegiatan politik yang mereka anggap sebagai subversif.
Junta militer memegang kekuasaan eksekutif hingga 17 Desember 1974, di mana setelah itu mereka menjadi badan legislatif, dengan kekuasaan eksekutif diserahkan kepada Pinochet.
Selama masa pemerintahannya, dia melakukan tindakan represif kepada lawan politik maupun memperkenalkan Dewan Keamanan Nasional yang kontroversial (COSENA).
Kemudian melalui konstitusi baru, dia memperkenalkan jabatan presiden selama delapan tahun dengan pemilihan dijadwalkan pada 1988.
Dalam pemilihan tersebut, Pinochet menerima penolakan sebesar 55 persen. Meski begitu dia tetap berkuasa hingga 1990.
Kemudian di sektor ekonomi, kebijakan pasar bebasnya sempat membuat angka inflasi rendah dan ekonomi Chile mengalami peningkatan antara 1976 hingga 1979.
Setelah itu, Chile sempat mengalami resesi pada 1980 sampai 1983 yang membuat sekitar 44 persen keluarga hidup di bawah garis kemiskinan.
Rezim militer 1973-1990 pimpinan Pinochet pada akhirnya dinyatakan bersalah atas tewas atau hilangnya 3.000 orang.
Sekitar 560 anggota militer dan polisi telah diadili karena kejahatan itu, tapi Pinochet sendiri lolos dari hukuman ketika ia meninggal tahun 2006.
Rezim yang keji dan sangat tidak demokratis bukan?
Namun, siapa sangka bahwa rezim ini ternyata lahir berkat campur tangan dari lembaga intelijen yang sangat mengagungkan demokrasi.
CIA menyusun rencana kudeta setelah pemerintahan Cili yang dipimpin Presiden Salvador Allende, yang terpilih secara demokratis, menjalankan program nasionalisasi perbankan, pertambangan, dan berbagai indistri di Chile.
Kebijakan ini, seperti terjadi di Venezuela sejak beberapa tahun lalu, membuat kepentingan perusahaan-perusahaan AS di negara tersebut terganggu.
Melalui dokumen-dokumen pemerintahan AS yang dideklasifikasi pada 2001, terungkap bahwa Edward Korry, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Chili antara tahun 1967 dan 1971 telah menjadi 'kompor' atas tindakan CIA.
Beberapa dokumen dalam bentuk surat-surat Korry menunujukkan bagaimana dia menyebut kebijakan Allende sebagai teror bahkan sang duta besar menyebut Allende sebagai "setan".
CIA kemudian menyusun sebuah rencana yang kemudian diberi nama sandi "Operation Jakarta".
Pemilihan nama sandi ini digunakan sebab pola penggulingan pemerintahan yang dilakukan di Chile mirip atau bahkan disebut-sebut meniru "kesuksesan" penggulingan Soekarno dan naiknya Soeharto di Indonesia melalui peristiwa G30S.
Pihak militer, dengan Pinochet sebagai pemimpinnya, juga dijejali dengan selebaran berjudul "Djakarta Se Acerca" (Djakarta sudah dekat).
Kata sandi ini membuat pihak militer sepakat untuk melakukan kudeta karena mereka takut akan ada pembunuhan para pejabat tinggi militer Chile.
Memang mirip dengan Indonesia bukan?