Advertorial

Sampai Bikin Kekacauan di Seantero Negeri, Inilah Dagen H, saat Swedia Ubah Jalur Lalu Lintas, Tapi Manfaatnya Memang Menakjubkan

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Kemacetan lalu lintas terorganisir dan terkoordinasi di seluruh negeri pernah terjadi pada pagi hari tanggal 3 September 1967, di jalan-jalan Swedia.

Hari itu, tepat pukul lima pagi, semua lalu lintas macet.

Kekacauan terjadi di seluruh negeri saat jutaan pengendara, yang telah mengemudi di sisi jalan yang "salah" sepanjang hidup mereka, menyesuaikan diri dengan aturan baru.

Tak heran, orang Swedia memprotes ketika usulan dikemukakan pada awal 1950-an.

Baca Juga: Kisah Pilu George Stinney, Jadi Bocah Termuda yang Dikursilistrikkan hingga Meninggal, 70 Tahun Kemudian Dinyatakan Tak Bersalah

Ketika referendum diadakan pada tahun 1955, 83 persen pemilih menolak gagasan tersebut.

Meskipun demikian, pemerintah mendorong perubahan untuk menempatkan Swedia pada jalur yang sama dengan negara tetangganya di Eropa.

Swedia, termasuk Norwegia dan Finlandia, mengemudi di sebelah kanan.

Masalah yang paling mendesak adalah keamanan berkendara.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste Jadi Medan Pertempuran Perang Dunia II, Kisah Anak Laki laki Timor yang Pertaruhkan Nyawa Bantu Pasukan Australia Dikenang Sepanjang Masa

Waktu itu sembilan puluh persen mobil memiliki roda kemudi di sisi kiri kendaraan, karena sebagian besar diimpor dari Amerika Serikat.

Anehnya, banyak pabrikan mobil Swedia sendiri, seperti Volvo, memproduksi mobil setir kanan bahkan untuk pasar domestik.

Akibatnya, banyak kecelakaan di jalan raya.

Pada 1963, pemerintah Swedia memutuskan bahwa negara tersebut akan beralih jalur setir ke sisi kanan.

Baca Juga: 'Battle of Timor' Sejarah Timor Leste dalam Perang Dunia II, Ini Dramatisnya Proses Evakuasi Pasukan Sekutu dari Pulau Timor saat Kewalahan Menghadapi Gempuran Jepang

Tanggal 3 September 1967 ditetapkan sebagai hari terjadinya peralihan itu.

Hari itu akan dikenal sebagai Dagen H atau H-Day, singkatan dari "Hogertrafikomlaggningen", yang berarti "pengalihan lalu lintas kanan".

Mempersiapkan negara dan hampir 8 juta penduduknya untuk perubahan besar-besaran adalah usaha yang mahal dan rumit.

Lampu lalu lintas harus dibalik, rambu jalan diubah, persimpangan didesain ulang, garis di jalan dicat ulang, bus dimodifikasi untuk menyediakan pintu di kedua sisi, dan halte bus direlokasi.

Baca Juga: Konon Sepanjang Sejarah Tak Ada Perusahaan yang Mampu Menandingi Kekayaannya, Siapa Sangka VOC Kaya Raya Berkat Keruk Kekayaan Indonesia, dengan Cara Ini

Banyak dari modifikasi ini dimulai beberapa bulan sebelumnya dan diselesaikan tepat sebelum H-Day.

Sinyal lalu lintas baru tetap dibungkus plastik hitam sampai jam-jam terakhir.

Demikian pula, garis-garis baru yang dicat di jalan-jalan ditutup dengan pita hitam.

Sekitar 360.000 rambu jalan di seluruh negeri sebagian besar diaktifkan dalam satu hari.

Baca Juga: Myanmar Dikuasai Diktator Militer, Tidak Hanya Myanmar, Rupanya Sejarah Diktator di ASEAN Sangatlah Kuat Meskipun Demokrasi Menjadi Salah Satu Pilarnya

Kampanye besar-besaran dilakukan, sebuah logo dirancang menampilkan huruf H besar dengan panah sebagai tanda peralihan.

Logo ini mulai muncul di segala hal mulai dari karton susu hingga pakaian dalam wanita.

Pemerintah menciptakan produk khusus seperti sarung tangan berwarna dan lampu depan baru untuk mengingatkan pengemudi bahwa mereka harus mengemudi di sebelah kanan.

Sebuah stasiun televisi Swedia bahkan mengadakan kontes untuk menulis lagu terbaik untuk membantu orang mengingat peralihan yang akan segera terjadi.

Baca Juga: Surga Para Kelinci, Pulau di Jepang Ini 'Rahasiakan' Sejarah Kelam hingga Populasi Kelinci Meledak di Sini hingga Diperkirakan Capai 8.000 Ekor

Selebriti muncul di acara televisi populer untuk membicarakan tentang Dagen H, sementara iklan radio dan surat kabar terus memberitakan ini

Pada jam-jam menjelang pergantian, suasana hampir meriah.

Kerumunan mulai berkumpul di pagi hari.

Ada kembang api dan nyanyian.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste: Terjadinya 'Battle of Timor', Ketika Pasukan Jepang Menyerbu hingga Menguasai Pulau Timor dalam Perang Dunia II

Kebanyakan mobil dijauhkan dari jalan agar para pekerja konstruksi dapat bekerja.

Pada pukul 4:50, klakson berbunyi dan pengeras suara mengumumkan, “Sekarang waktunya untuk pindah!"

Rambu-rambu jalan baru terungkap, dan mobil-mobil dialihkan ke sisi yang berlawanan.

Berkat perencanaan yang cermat, pergantian massalh itu berjalan indah.

Selain kemacetan lalu lintas yang tak terhindarkan dan beberapa kecelakaan ringan, tidak ada yang meninggal.

Puluhan jurnalis yang berkumpul di jalan mengharapkan pertumpahan darah hampir kecewa.

Baca Juga: Selamat Tahun Baru Imlek 2021! Seperti Apa Sejarah Imlek di Indonesia, Dilarang Soeharto hingga Instruksi Gus Dur tahun 2000

Secara keseluruhan, biaya proyek pembayar pajak Swedia 628 juta kronor, setara dengan sekitar 2,6 miliar kronor ($ 316 juta) uang hari ini.

Tetapi dibandingkan dengan skala proyek, angka ini sebenarnya relatif kecil, kata sejarawan ekonomi Lars Magnusson.

Tak sia-sia, akibat peralihan itu prestasi demi prestasi dicetak Swedia.

Hampir 43 juta kronor dari anggaran pemerintah disisihkan untuk inisiatif promosi yang dirancang untuk mendidik dan membujuk publik Swedia agar beralih.

Sehari setelah peralihan terjadi 157 kecelakaan lalu lintas ringan, jumlah yang berkurang dari rata-rata pada hari Senin pada umumnya.

Peralihan ini ditandai dengan sukses dengan jumlah kematian menurun dari 1.313 pada tahun 1965 menjadi 1.077 pada tahun 1967.

(*)

Artikel Terkait