Saat itu, para laki-laki tampaknya tahu betul bahwa cokelat adalah senjata yang paling ampuh untuk melamar perempuan.
Bahkan, buku etiket dan pengiklan sama-sama mendorong anggapan bahwa pertukaran cokelat antara laki-laki dan perempuan sama seperti pernyataan cinta.
Laki-laki memberikan cokelat sebagai tanda kasih sayang.
Pada saat yang sama, selera dan ketajamannya dalam memilih kotak cokelat juga dapat terlihat dari cokelat yang diberikan kepada perempuan.
Para pengiklan pun berupaya membentuk anggapan di kalangan konsumen bahwa kotak cokelat yang lebih mahal menandakan cinta dan kasih sayang yang lebih mendalam.
Selama bertahun-tahun, para produsen memproduksi cokelat kemasan dalam jumlah besar, mulai dari cokelat bonbon sederhana hingga kumpulan cokelat mahal yang dikemas dalam beberapa lapisan pembungkus dan pita yang meniru pakaian para perempuan di era Victoria.
Para sejarawan menyoroti kemiripan yang menarik antara kotak cokelat yang rumit dengan lapisan renda, crinolin, dan sutra pakaian perempuan di zaman tersebut.
Karena cokelat sangat erat kaitannya dengan hubungan asmara dan seks, para perempuan Victoria yang masih lajang diingatkan untuk tidak menerima cokelat dari sembaran laki-laki yang tidak memiliki hubungan atau pertunangan dengan mereka.
Hal itu dianggap sama tabunya dengan jika perempuan yang memberikan cokelat untuk laki-laki.
Baca Juga: Bagaimana Bila Anda Sendirian di Hari Valentine? Rayakan Saja dengan Membahagiakan Orang Lain
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR