Intisari-Online.com – Vaksin Covid-19 yang sudah beredar di beberapa negara menjadi salah satu cara untuk memutus penyebaran lebih lanjut virus corona dan segera menghentikan pandemi ini.
Meski banyak pemimpin negara yang memulai untuk disuntik vaksin Covid-19 demi meyakinkan rakyatnya, masih saja banyak orang yang meragukan efektivitas vaksin tersebut.
Bahkan menakut-nakuti orang lain akan adanya efek samping dari vaksin Covid-19 ini.
Seorang pemuka agama dari Kota Qom, Iran mengklaim bahwa vaksin Covid-19 bisa menyebabkan seorang menjadi gay.
Dilansir Arab News, tokoh agama itu merupakan sosok yang dikenal kerap mengkritisi cara pengobatan Barat.
Adapun klaim itu dia posting di media sosialnya.
Dia mengatakan kepada pengikutnya agar tidak mendekati orang yang telah disuntik vaksin Covid-19.
Lantaran menurutnya, satu suntikan vaksin dapat menyebabkan seseorang berubah menjadi gay.
Ayatollah Abbas Tabrizian menulis klaimnya di akun Telegram.
"Jangan mendekati orang-orang yang telah disuntik vaksin COVID."
"Mereka telah menjadi homoseksual," tulis Tabrizian.
Tokoh radikal Iran ini memiliki sedikitnya 210.000 pengikut di platform media sosial tersebut, lapor Jerusalem Post.
Tabrizian digambarkan sebagai Bapak Pengobatan Islam oleh para pengikutnya.
Tahun lalu dia viral karena membakar buku Harrison’s Manual of Medicine.
Buku itu merupakan rujukan terpercaya terkait medis.
Lebih lanjut Tabrizian menyatakan bahwa pengobatan yang ada dalam buku itu tidak relevan.
Sementara itu, tokoh oposisi Iran, Sheina Vojoudi, menyebut isu hoax tersebut sengaja disebarkan untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah dalam memberikan vaksin pada rakyat
"Sebenarnya, tujuannya (Tabrizian) menyebarkan omong kosong adalah mencoba menakut-nakuti orang untuk divaksinasi sementara pemimpin rezim dan pejabat lainnya mendapat Pfizer dan mereka tidak memberikannya kepada masyarakat dengan alasan tidak percaya dengan Barat," kata Sheina Vojoudi.
"Seperti pemuka agama lain di rezim, Tabrizian juga menghubungkan semua kekurangan dengan seksualitas."
"Para tokoh agama di Iran menderita karena kurangnya pengetahuan dan kemanusiaan," jelasnya.
Iran telah mengeksekusi 4.000 hingga 6.000 LGBT sejak Revolusi Islam 1979, menurut WikiLeaks 2008.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javid Zarif membenarkan eksekusi rezimnya terhadap kaum gay pada 2019.
"Masyarakat kita memiliki prinsip moral, dan menurut prinsip-prinsip ini kita hidup. Ini adalah prinsip-prinsip moral mengenai perilaku masyarakat," katanya kala itu.
Pada 2019, Jerussalem Post melaporkan bahwa penguasa Iran secara terbuka menggantung seorang pria berusia 31 tahun.
Pria itu dieksekusi setelah dinyatakan bersalah melanggar undang-undang anti-gay.
Iran juga merupakan hotspot virus corona di Timur Tengah, karena memiliki angka kasus yang tinggi yakni hampir 1,5 juta.
Menurut Worldometers pada Selasa (9/2/2021), Iran mencatat 58.536 kematian dan 1.260.045 total pasien sembuh.
Negara ini ada di posisi ke-16 kasus Covid-19 terbanyak di dunia, setelah Afrika Selatan.
Program vaksinasi Iran dimulai pada Selasa, didahului kelompok paling berisiko seperti dokter dan perawat.
Iran sebelumnya meluncurkan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Razi Vaccine and Serum Research Institute Iran. (Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari