Intisari-Online.com -Meskipun Jenghis Khan diakui sebagai salah satu penakluk paling terkenal dalam sejarah, kematiannya diselimuti misteri.
Namun kini, berkat penelitian baru, masalah kematian penguasa pertama Kerajaan Mongol mulai terpecahkan.
Seperti dikutip dari Live Science, Senin (8/2/2021) Jenghis Khan lahir dengan nama Temüjin dari klan Borjigin pada tahun 1162.
Pada 1206, ia mendirikan dan menjabat sebagai penguasa pertama Kekaisaran Mongol, yang saat kematiannya pada 1227 memiliki luas wilayah 2,5 lebih besar daripada Kekaisaran Romawi.
Warisannya pun telah mencapai dimensi global.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2003 di The American Journal of Human Genetics menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 200 pria di seluruh dunia mungkin adalah keturunan langsung Jenghis Khan.
Namun warisan itu berbanding terbalik dengan akhir kisah hidup Jenghis Khan yang tak banyak diketahui.
Keluarga dan pengikut Jenghis Khan diperintahkan untuk merahasiakan kematiannya.
Hal tersebut lantaraan Jenghis Khan meninggal saat periode penting melawan Xia Barat, kekaisaran yang ingin ditaklukan selama lebih 20 tahun.
Untuk menghormati Jenghis Khan, teman maupun musuh bangsa Mongol kemudian menceritakan sejumlah legenda tentang kematiannya.
Satu cerita yang beredar menyebut bahwa Jenghis Khan meninggal karena kehabisan darah setelah dikebiri oleh seorang puteri dari orang Tangut.
Sementara lainnya menyebut penguasa pertama Kekaisaran Mongol ini meninggal karena infeksi akibat luka panah saar melawan Xi Barat.
Baca Juga: Kuatnya Karisma Ogedei Khan: Hanya Kematiannya yang Selamatkan Eropa dari Bangsa Mongol
Semua legenda tersebut kemungkinan besar ditemukan setelah kematian Jenghis Khan.
"Kematian raja dan kaisar China lebih sering bercampur dengan mitos penyebab kematian yang luar biasa."
"Jadi peneliti kesulitan menemukan bukti kondisi umum seperti penyakit menular," kata Frncesco Galassi, peneliti lain dalam studi sekaligus dokter dan peleontolog di Flinders University di Adelaide, Australia.
Sementara kematian karena pembunuhan politik atau keracunan sangat tak mungkin.
Baca Juga: Bangsa Darkhad, Penjaga Setia Jiwa Genghis Khan Sejak Sang Panglima Berbaring di Ranjang Kematiannya
Pasalnya ketika Jenghis Khan meninggal ia masih berada di puncak kekuasaan, dihormati oleh bawahannya, dan dirawat dengan baik oleh para pelayanannya.
Kisah tersebut yang akhirnya menarik perhatian peneliti lebih lanjut.
Nah, untuk mengungkap kematian penguasa ini, peneliti kemudian fokus mempelajari The History of Yuan, sebuah teks sejarah yang dibuat selama Dinasti Ming di China.
Karya tersebut menyebut dari 18 Agustus hingga 25 Agustus 1227, selama operasi militer terakhir Jenghis Khan melawan Xia Barat, dia merasa tak enak badan dan demam.
Baca Juga: Pecinta Sekaligus Petarung, Ini 5 Fakta Genghis Khan yang Mengejutkan
Ia meninggal delapan hari kemudian setelah serangan penyakit itu.
Kemudian peneliti menggunakan informasi penyakit yang didertita pasukan Mongol dan musuh saat itu serta pengetahuan modern tentang awal mula penyakit menular.
Peneliti pun menemukan bahwa gejalanya cocok dengan wabah pes yang lazim di era itu.
Meski begitu peneliti mengakui bahwa studi ini cukup terbatas karena kurangnya akses ke tubuh Jenhis Khan akibat situs pemakamannya yang masih belum diketahui.
Baca Juga: Nyaris Jadi Malaikat Maut Genghis Khan, Jenderal Ini Malah Jadi Pengabdi Setia
"Sementara kami tak dapat 100 persen yakin tentang kematiannya, tapi kami dapat mengatakan bahwa skenario klinis ini jauh lebih realistis dan layak untuk pertimbangan historis daripada hipotesis lain yang lebih dibuat-buat," kata Galassi.
Secara keseluruhan, para peneliti menyebut bahwa nasib Jenghis Khan dapat menjadi pelajaran untuk saat ini.
"Pandemi baru-baru ini sekali lagi menunjukkan bahwa para pemimpin negara dapat tertular penyakit, terlepas dari kekuatan, mereka tidak dapat dilindungi dari fenomena yang terjadi secara alami seperti penyakit menular," ungkap Elena Varotto, seorang antropolog dan bioarkeolog di University of Catania di Italia.
Dengan demikian, kematian Jenghis Khan berfungsi sebagai contoh umum pengaruh penyakit terhadap kepemimpinan, yang berpotensi mengubah jalannya sejarah.
Para ilmuwan merinci temuan mereka secara online di International Journal of Infectious Diseases pada 11 Januari.
Baca Juga: Genghis Khan: Apa yang Mengubah Temujin Menjadi Penakluk Dunia yang Tak Bisa Dibendung?
(*)