Sebanyak 6.000 tentara dengan kewarganegaraan ganda termasuk dalam program kontroversial tersebut.
Presiden Israel Reuven Rivlin menyebut mereka "Zionis sejati", sementara Ketua Badan Yahudi Isaac Herzog menggambarkan mereka sebagai "contoh nyata tentang Zionisme."
Perekrutan mereka juga menjadi penyebab kontroversi. Sebuah laporan Al Jazeera menemukan bahwa organisasi radikal sayap kanan di Eropa merekrut warga negara barat untuk bertugas di tentara Israel.
Banyak dari pejuang asing ini ambil bagian dalam perang Gaza 2014.
Organisasi yang terkait dengan tentara Israel dikatakan bermunculan di seluruh Eropa di mana mereka membuka sebuah program perekrutan sukarela.
Organisasi yang mengkhususkan diri dalam membawa seseorang ke Israel mengoperasikan cabang di kota-kota besar Eropa, termasuk London, untuk memberikan pengalaman militer dan juga kesempatan untuk mengambil bagian dalam pertempuran formal.
Menurut Jerusalem Post, setelah menembak mati Attallah, Harush menelepon orangtuanya di London dari tempat kejadian untuk menginformasikan mereka tentang serangan itu dan memberi tahu mereka bahwa dia baik-baik saja.
Pada 2020, pasukan Israel membunuh sembilan anak Palestina di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza, enam di antaranya dibunuh dengan peluru tajam, menurut dokumentasi yang dikumpulkan dengan DCIP.
KOMENTAR