Intisari-Online.com – Bagi para wanita, lebih baik berhati-hati memilih alat kontrasepsi dan merawatnya bila sudah terpasang.
Sepuluh tahun setelah seorang wanita memasang IUD, dokter menemukan alat tersebut telah melubangi kandung kemihnya.
Seorang wanita 47 tahun mengeluh pada dokternya karena terdapat darah di urinnya.
Hasil diagnosis membuat wanita itu terkejut; alat intrauterine (IUD) tembaga yang dia terima satu dekade sebelumnya, telah melubangi kandung kemih dan batu kandung kemih telah terbentuk di atasnya.
Menurut sang dokter, IUD secara bertahap ‘terkikis’ melalui rahim dan masuk ke dalam kandung kemihnya, komplikasi yang jarah terjadi pada alat seperti itu.
"Bagi para dokter, kasus ini menunjukkan bahwa erosi IUD ke dalam kandung kemih, meskipun jarang, adalah mungkin dan harus dipertimbangkan sebagai penyebab gejala kencing," Dr. Nicholas Faure Walker, ahli bedah urologi di Rumah Sakit King's College, London, yang memimpin tim perawatan, kepada Live Science.
"Bagi masyarakat, pesan utamanya adalah bahwa IUD aman dalam sebagian besar kasus, tetapi sayangnya hanya sedikit yang menyebabkan komplikasi yang signifikan."
IUD adalah bentuk pengendalian kelahiran efektif yang dimasukkan ke dalam rahim dan bertahan hingga 12 tahun.
Baca Juga: Heboh Bayi Lahir dengan Memegang Alat KB Spiral Milik Ibunya, Rupanya ini yang Sebenarnya Terjadi
Terdapat dua jenis IUD, yaitu IUD pelepas hormon dan IUD tembaga.
IUD tembaga dibungkus dengan kawat tembaga, yang melepaskan ion-ion yang mencegah pembuahan dengan mengganggu renang sperma dan membuat rahim secara umum tidak ramah terhadap mereka.
Ketika dokter memasukkan IUD, yang biasanya berbentuk T, ada sekitar 1 dari 1.000 risiko yang akan melubangi rahim.
Menurut Walker, “Hanya sebagian kecil dari perforasi yang melibatkan kandung kemih.”
Misalnya, pada 2017 hal serupa terjadi pada seorang wanita di China.
Dia memakai IUD tetapi tetap hamil, dan ketika melahirkan, melalui operasi caesar, IUD tidak ditemukan di dalam rahimnya.
Setelah bertahun-tahun mengalami masalah kandung kemih, dokter menemukan perangkat yang hilang itu di kandung kemihnya.
Wanita itu melaporkan bahwa telah memasang IUD tembaga 10 tahun sebelumnya saat melakukan aborsi.
Sebelum itu, dia sudah memiliki dua anak yang dilahirkan melalui operasi caesar.
Ia memeriksakan diri ke dokter dengan gejala darah di urine, nyeri saat buang air kecil, nyeri saat berhubungan seks, serta nyeri di perut kirinya, dan gejala ini berlangsung sekitar dua bulan.
Di Rumah Sakit King's College, tempat dia dirujuk, hasil USG dan CT scan menunjukkan bahwa IUD telah melubangi kandung kemih.
Di sana, batu kandung kemih berukuran 0,43 inci (1,1 cm), seukuran kacang polong, telah terbentuk di lengan kanan perangkat.
Ada dua teori tentang bagaimana IUD melubangi rahim: Entah itu menusuk dinding rahim saat dimasukkan atau secara bertahap mengikis jaringan rahim dalam proses yang disebut erosi.
"Kami percaya bahwa IUD terkikis secara bertahap melalui bekas luka (operasi caesar). Kemungkinan prosesnya sangat bertahap karena IUD telah dipasang 10 tahun sebelumnya," kata Walker kepada Live Science.
Gejala kencing wanita itu mungkin disebabkan oleh batu kandung kemih, kata Walker.
Meskipun istilah seperti "migrasi" kadang-kadang digunakan untuk merujuk pada IUD yang berakhir di luar rahim, namun IUD tidak dapat bergerak sendiri, kata Dr. Elizabeth Kavaler, seorang uro-ginekolog di Lenox Hill Hospital, di New York City.
Terkadang IUD menusuk rahim saat dokter memasukkannya.
Dari sana, "baik tekanan atau pembengkakan atau infeksi dapat menyebabkan kerusakan jaringan di sekitar IUD, sehingga IUD dapat menembus tepat ke dalam kandung kemih, dan kemudian batu terbentuk di sekitarnya," kata Kavaler kepada Live Science.
Baca Juga: Rahimnya Infeksi Hingga Bengkak Akibat KB Suntik, Ibu Ini Peringatkan Bahaya Jalani KB Tidak Haid
"Tapi bukan berarti IUD yang bergerak secara aktif. Itu hanya diam di sana, dan jaringan di sekitarnya akan rusak," tambahnya.
Pasien tidak perlu khawatir, berdasarkan laporan kasus ini, bahwa IUD mereka terkikis ke dalam kandung kemih, tambah Kavaler.
"Ini adalah situasi yang tidak biasa yang harus diwaspadai dokter," katanya.
Dalam kasus wanita tersebut, dokter menggunakan laser untuk melumat batu kandung kemih, lalu menarik IUD keluar melalui vagina.
Setelah kontrol satu bulan kemudian, gejalanya sudah sembuh.
Baca Juga: Sudah Pakai Alat Kontrasepsi IUD Tapi Masih 'Kebobolan'? Ini Jawaban Dokter
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari