Situasinya Makin Genting, China Berani Ancam Taiwan Habis-habisan Jika Ingin Merdeka, Sebut Perang Adalah Akibatnya, Akankah Perang Saudara Bakal Terjadi?

Mentari DP

Editor

Konflik militer China dan Taiwan.
Konflik militer China dan Taiwan.

Intisari-Online.com - Seperti di awal tahun 2020 kemarin, di awal tahun 2021 ini ada ketakutan tentang Perang Dunia 3 terjadi.

Hal ini karena telah terjadi konflik panjang antara beberapa negara di sejumlah wilayang yang disengketakan.

Salah satu yang paling banyak menarik minat adalah konflikantara China dan Taiwan.

Bahkan baru-baru ini, konflik antara dua negara mencapai batas yangbelum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Masalah dengan China di Laut China Selatan Saja Belum Kelar, Amerika Mendadak Kirim Kapal Perusak Rudalnya ke Laut Sengketa Ini, Kini Musuhnya Adalah Rusia

Dilansir dariexpress.co.uk pada Jumat (29/1/2021), ini mengikuti laporan Taiwan tentang "serangan besar" oleh pesawat tempur China pada hari Minggu.

Dan ini sudah terjadi selama dua hari berturut-turut.

China mengatakan pasukan militernya bertindak sebagai tanggapan atas provokasi dan campur tangan asing.

Negara adidaya timur itu mengklaim kedaulatan atas tetangganya, negara demokrasi sekitar 24 juta orang - meskipun kedua negara telah diperintah secara terpisah selama lebih dari tujuh dekade.

Beijing mengklaim kepemilikan di bawah kebijakan "Satu China" yang menuntut hanya ada satu negara berdaulat dengan nama China.

Baca Juga: Hubungan AS dan Taiwan Begitu Mesra di Bawah Kepemimpinan Donald Trump, China Tak Tinggal Diam,Siapkan Hal 'Gila' Ini untuk PelantikanJoe Biden, Apa Itu?

Partai Komunis China sebelumnya mengancam akan mengambil alih Taiwan dengan paksa jika upaya diplomatik tidak berhasil.

Juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian mengatakan pada jumpa pers bahwa Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China.

"Kegiatan militer yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Rakyat China di Selat Taiwan adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi keamanan saat ini di Selat Taiwan dan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional."

"Mereka adalah respon serius terhadap campur tangan eksternal dan provokasi oleh pasukan 'kemerdekaan Taiwan'," tambahWu.

Juru bicara itu juga mengklaim "segelintir" orang di Taiwan mencari kemerdekaan dari China.

"Kami memperingatkan elemen 'kemerdekaan Taiwan': mereka yang bermain api akan membakar diri mereka sendiri, dan 'kemerdekaan Taiwan' berarti perang."

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berulang kali mengklaim pulau itu sudah menjadi negara merdeka.

Para analis mengatakan langkah China baru-baru ini bisa menjadi ujian awal bagi Presiden AS Joe Biden.

Serangan pesawat perang China bertepatan dengan kelompok pertempuran kapal induk AS memasuki Laut China Selatan untuk mempromosikan "kebebasan laut".

China telah mengklaim sebagian besar Laut China Selatan sebagai miliknya yang telah memicu sengketa teritorial.

Baca Juga: Takut Perang Pecah dan Donald Trump Sebentar Lagi Lengser, Taiwan yang Selama Ini Dibantu Amerika Tiba-tiba Ingin Berunding dengan China, 'Jika Bisa Kami Ingin Berdamai'

AS, bersama dengan beberapa negara yang bertetangga dengan Laut China Selatan, telah membantah klaim Beijing atas perairan tersebut.

China sebelumnya mengatakan akan mengambil tindakan untuk "menjaga kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunannya" di perairan yang disengketakan.

Pada hari Sabtu, beberapa hari setelah Biden dilantik, Departemen Luar Negeri AS menyatakan kembali komitmennya yang "kokoh" untuk membantu Taiwan mempertahankan pulau itu.

Pernyataan dari Ned Price, Juru Bicara Departemen, berbunyi: “Kami akan terus membantu Taiwan dalam mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai.

“Komitmen kami untuk Taiwan sangat kuat dan berkontribusi pada pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di seluruh Selat Taiwan dan di dalam kawasan.”

Dia menambahkan bagaimana AS prihatin tentang "pola upaya Republik Rakyat China yang sedang berlangsung untuk mengintimidasi tetangganya, termasuk Taiwan".

Price melanjutkan: "Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik, dan ekonominya terhadap Taiwan dan sebagai gantinya terlibat dalam dialog yang bermakna dengan perwakilan Taiwan yang terpilih secara demokratis."

China sering menggambarkan Taiwan sebagai masalah paling penting dan sensitif dalam hubungannya dengan Washington.

Mantan Presiden AS Donald Trump meningkatkan dukungan Washington untuk Taiwan melalui penjualan senjata dan dengan mengirim pejabat senior untuk mengunjungi pulau itu.

Baca Juga: Rencana China Untuk Menggemper Taiwan Dipastikan Benar-benar Mengerikan, PasalnyaChina Punya Cara KejamUntukLuluh Lantahkan Taiwan, Daerah Ini Bisa Jadi Sasaran Empuk

Artikel Terkait