Kisah Heroik Sniper AS yang Rela Merayap Sejauh 2,5 Km dalam 4 Hari, Demi Tembak Mati Jenderal Vietcong

Ade S

Editor

Carlos Hathcock, sniper yang merayap sejah 2,5 kilometer selama 4 hari berturut-turut demi menembak mati seorang jenderal Vietcong.
Carlos Hathcock, sniper yang merayap sejah 2,5 kilometer selama 4 hari berturut-turut demi menembak mati seorang jenderal Vietcong.

Intisari-Online.com -Seorang penembak runduk (sniper) Amerika Serikat melakukan hal di luar nalar manusia biasa demi membunuh targetnya.

Sangsniper merayap sejah 2,5 kilometer selama 4 hari berturut-turut demi menembak mati seorang jenderal Vietcong.

Tentu saja peristiwa dramatis nan heroik, setidaknya bagi militer AS, ini terjadi saat AS bertempur dalam Perang Vietnam.

Meski pada akhirnya AS harus pulang dengan wajah tertunduk karena kalah oleh Vietnam yang secara kekuatan militer jauh di bawahnya, kisah ini selalu dikenang.

Baca Juga: Tembak Sasaran dalam Jarak 2 Kilometer? Tidak Masalah: Temui M82 Sniper Rifle yang Menggerakkan Roda Revolusi

Kisah ini juga menunjukkan bagaimana seorang sniper tidak hanya perlu memiliki kemampuan menembak dari jarak jauh.

Mereka juga mesti memiliki stamina dan tentua saja kekuatan mental sekeras baja demi melumpuhkan targetnya.

Pasalnya untuk membunuh satu target terpilih membutuhkan kesabaran tingkat tinggi dan konsentrasi penuh.

Seperti dialami Carlos Hathcock, sniper ulung Korps Marinir AS (USMC).

Baca Juga: Kisah Lyudmila Pavlichenko 'Lady Death', Si Penembak Jitu Wanita Paling Mematikan dalam Sejarah, Menembak 309 Orang di Usia yang Sangat Muda, Hingga Meninggal Karena Stroke

Sebagai seorang sniper, bakat alami Carlos Hathcock sebagai sniper sudah terlihat dari sejak kecil.

Selama usia remaja, Hathcock yang tinggal di pedesaan Little Rock, Arkansas sudah terbiasa memegang senjata api dan pergi berburu sendirian atau ditemani anjingnya.

Sewaktu berburu, Carlos bahkan mengandaikan sasaran yang ditembak sebagai tentara Nazi Jerman.

Kemahiran Carlos dalam berburu makin menjadi-jadi ketika ayahnya memberikan senapan bekas PD II.

Carlos Hathcock, sniper yang merayap sejah 2,5 kilometer selama 4 hari berturut-turut demi menembak mati seorang jenderal Vietcong.
Carlos Hathcock, sniper yang merayap sejah 2,5 kilometer selama 4 hari berturut-turut demi menembak mati seorang jenderal Vietcong.

Tak hanya ingin menjadi pemburu ulung, Carlos juga bermaksud bergabung dengan militer AS jika usianya sudah cukup.

Ketika berumur 17 tahun Carlos pun diterima di Korps Marinir AS dan segera menjalani latihan dasar kemiliteran.

Kemampuan Carlos sebagai penembak jitu langsung ketahuan ketika dirinya berlatih menembak di pusat pendidikan USMC, Camp Pendleton.

Sehingga para intruktur selalu mengirimkan Carlos di setiap ajang lomba menembak.

Baca Juga: Sniper Paling Mematikan Simo Hayha, Tembak Mati 505 Targetnya, Berkali-kali Lolos dari Serangan Maut Soviet hingga Satu Insiden Ini Mengakhiri Kariernya

Sewaktu ditempatkan di Company E, 2nd Battalion, 4th Marines, Hawai, Carlos berhasil memenangi lomba tembak Pacific Division dengan mudah.

Usai tugas di Hawai, Carlos ditarik lagi ke AS dan ditempatkan di Marine Air Station, Cherry Point, North Carolina.

Berbagai kejuraan menembak kembali dimenangi Carlos dengan score 248 sementara nilai tertinggi yang kemungkinan bisa dicapai oleh para sniper adalah 250.

Nilai 248 yang pernah dipecahkan oleh Carlos belum ada yang melampaui hingga saat ini.

Carlos Hathcock
Carlos Hathcock

Tahun 1965 ketika USMC menggelar lomba menembak Wimbledon Cup di Camp Perry yang diikuti lebih dari 3000 petembak, Carlos kembali memenangkan lomba yang di kalangan USMC merupakan lomba tembak paling elit.

Pada tahun 1966 ketika Carlos ditempatkan ke Vietnam yang kemudian dilanda perang besar yang melibatkan puluhan ribu pasukan AS, tugas utamanya bukan sebagai pasukan tempur melainkan Polisi Militer.

Peran Carlos sebagai sniper baru terlaksana ketika Kapten Marinir Edward James Land bermaskud menggalakkan ketersediaan sniper di setiap peleton pasukan marinir.

Sebagai peraih piala juara menembak Winbledon Cup, Carlos kemudian ditempatkan di medan tempur yang terkenal ganas, Bukit 55, dengan tugas spesifik melumpuhkan para petinggi Vietcong dan Pasukan Vietnam Utara serta melumpuhkan sebanyak mungkin sniper lawan ( countersniper).

Baca Juga: Mau Tahu Bagaimana Cara Kerja Para Penembak Jitu? Ini 10 Taktik Mereka yang Dibeberkan oleh Red Sniper

Kehadiran Carlos yang didampingi seorang observe (spotter) berpengalaman dan kebetulan dibesarkan di kawasan Pasifik yang beriklim tropis banyak membantu Carlos.

Tembakan jitu Carlos pun segera memakan korban.

Puluhan personel Vietcong dan pasukan Vietnam Selatan tewas akibat tembakan maut Carlos yang bersenjata Winchester Model 70.

Salah satu taktik Carlos untuk menghabisi Vietcong adalah menembak personel yang berada di baris paling depan dan selanjutnya menghabisi Vietcong yang berada di barisan paling belakang.

Baca Juga: Penyamarannya Sempurna dan Nyaris Tidak Terdeteksi, Coba Temukan Tentara Inggris yang Menyamar dalam Gambar di Bawah Ini

Pasukan Vietcong yang kebingungan dan berusaha bersembunyi kemudian menjadi sasaran tembakan jitu Carlos satu demi satu hingga semua personel Vietcong habis.

Selain menghabisi musuh yang berhasil diendapnya, Carlos juga mendapat tugas khusus untuk menghabisi sasaran spesifik.

Dua sasaran besar yang pernah dibereskan Carlos adalah interogator asal Perancis yang bertugas di pasukan Vietcong.

Interogator yang dikenal kejam itu bertugas menyiksa para pilot AS yang tertawan dengan mengajukan pertanyaan yang disertai siksaan kejam. Teror yang selalu dilancarkan interrogator Perancis di seputar Bukit 55 demikian terkenal dan membuat takut para pasukan marinir AS.

Baca Juga: Dinilai Jadi Juru Kunci yang Sangat Penting di Laut China Selatan, Amerika Jor-joran Gelontorkan DuitRp409 Miliar untuk Militer Negara Asia Tenggara Ini

Setelah melakukan pengendapan secara seksama, satu butir peluru Winchester Model 70 yang ditembakkan Carlos akhirnya berhasil menumbangkan interogator Perancis yang nahas itu.

Tugas lain yang bagi Carlos sangat menantang dan butuh kesabaran serta stamina tinggi adalah ketika dirinya mendapat misi rahasia untuk membunuh salah satu jenderal Vietnam Utara.

Perlu waktu, ketrampilan dan kesabaran tinggi untuk mencapai kemah sang Jenderal dan selalu dalam penjagaan ekstra ketat. Selama tiga hari Carlos tidak tidur dan terus merayap mendekati posisi jenderal Vietnam Utara yang berada di tendanya.

Setelah merayap kurang lebih 2,5 km yang ditempuh secara perlahan dan nyaris memakan waktu empat hari, pada hari yang ke empat itu, pada jarak 731,52 m, sang jenderal tampak keluar dari tendanya.

Sebuah tembakan tunggal dari senapan Carlos menghantam tepat di bagian dada dan jenderal Vietnam Utara yang menjadi sasaran pun jatuh tewas.

Untuk membalas kematian petingginya pasukan Vietnam Utara segera melancarkan gempuran tembakan meriam artileri dan mortir dalam jumlah besar ke posisi pasukan AS yang bertahan di Bukit 55.

Gempuran masif itu juga diharapkan bisa membunuh Carlos danspotter-nya yang saat itu berusaha keras menuju Bukit 55 di bawah hujan peluru artileri musuh.

Tapi Carlos yang sudah kelelahan dan kurang tidur akhirnya bisa kembali selamat ke sarangnya tanpa luka sedikit pun.

Carlos bahkan tetap selamat hingga Perang Vietnam usai.

Selama bertugas sebagaisniperdi Vietnam, Carlos behasil membunuh 93 prajurit Vietnam Utara dan gerilyawan Vietcong.

Ya, meski pada akhirnya kisah gemilang dari para sniper tersebut tetap tidak bisa menghindari AS dari sebuah kesalahan memalukan yang kelak akan mencoreng kedigdayaan militer mereka sepanjang masa.

(Agustinus Winardi)

Artikel Terkait