Intisari-Online.com -Brigadir Jenderal William D. Dunham adalah pahlawan Angkatan Udara AS yang sangat dihormati.
Prestasinya selama Perang Dunia II dan seterusnya didokumentasikan dengan baik.
Namun tindakannya yang paling menonjol bisa dibilang menyangkut kebaikan yang dilakukan pada musuhnya sendiri.
Ketika dia menjadi seorang Mayor pada tahun 1944, Bill "Dinghy" Dunham (mendekati pertengahan dua puluhan) berada di kendali P-47D Republik.
MelansirWar History Online, terbang di atas Laut Filipina, dia dapat melihat dengan jelas seorang penerjun payung Jepang yang sedang turun.
Sang pilot duduk, atau lebihtepatnya jatuh, menunduk.
Dunham membidiknya, setelah menembak jatuh pesawat tempur Nakajima Ki-43 milik sang pilot.
Sekarang yang perlu Dunham lakukan hanyalah memberikan pukulan mematikan.
Masih segar dalam pikirannya tentang kebrutalan Pasukan Kekaisaran Jepang.
Mereka diketahui menyerang pilot yang tergantung di parasut mereka.
Dunham mungkin merasakan kemarahan tumbuh di dalam dirinya.
Apalagi dia melihat kesempatan alami untuk membalas dendam atas kekejaman pasukan Jepang. Mata dibalas mata.
Kemudian sesuatu yang luar biasa terjadi.
Historynet (review kembali artikel Sejarah Penerbangan 2008) menjelaskan bagaimana tangan Dunham diam sebelum dapat menarik pelatuk.
Akhirnya, Dunham memilih untuk tidak menembak.
Dia bahkan melemparkan jaket pelampung ke musuhnya.
Apa yang ada di balik keputusan Dunham untuk menyelamatkan nyawa musuhnya?
Dunham kemudian menyebutnya sebagai intervensi ilahi, "seolah-olah Tuhan meletakkan tangan-Nya di pundak saya".
Namun ada lebih banyak hal yang terjadi dari sebuah kemungkinan pesan dari Yang Mahakuasa.
Awal tahun itu, Dunham kehilangan temannya Col Neel Kearby.
Bersama Kapten Sam Blair, mereka berpatroli di Pantai Utara New Guinea dari udara.
Tim tersebut terlibat dengan 3 Kawasaki Ki.48, tetapi Kearby mengalami masalah.
Dia mengeluarkan targetnya dan berputar kembali, tanpa sadar menempatkan dirinya di garis bidik Ki.43.
Musuh ditangani, namun Kearby menghilang setelah ditembaki.
Dunham tidak pernah melupakan rekannya yang jatuh.
Historynet menunjukkan ini adalah alasan utama di balik perlakuan mulia Dunham terhadap pilot Jepang beberapa bulan kemudian.