Studi ini juga menemukan senyawa PFOA dan PFOS tingkat tinggi dalam air di tiga kota di China yakni di lembah Sungai Yangtze, Tu Cong, Mekong dan Lianyungang.
Hal ini disebabkan terdapat pabrik dan industri fluorokimia yang banyak menggunakan PFAS, seperti produksi kulit, tekstil dan kertas.
Weber mengatakan bahwa ada kebutuhan untuk menilai lebih lanjut toksisitas terhadap ribuan bentuk bahan kimia PFAS yang digunakan setiap hari, karena masih banyak risiko yang belum diketahui.
Para ilmuwan sendiri menyarankan untuk membatasi penggunaan PFAS.
Studi sebelumnya telah menemukan hubungan antara paparan PFAS dan masalah kesehatan seperti peningkatan kolesterol dan enzim hati, masalah kesuburan, kanker ginjal, defisiensi imun, dan gangguan tiroid.
PFAS dapat ditemukan dalam tekstil tahan noda, kemasan makanan tahan minyak, busa pemadam kebakaran, produk perawatan pribadi, obat-obatan, dan pestisida.
"Banyak PFAS tidak terurai selama berabad-abad atau lebih lama, sehingga dikenal juga sebagai 'bahan kimia permanen'. Jika menggunakan air yang tercemar PFAS untuk irigasi, bahan kimia ini bisa meresap ke tanaman, makanan dan ternak," Weber memperingatkan.
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS, dua bahan kimia PFOA dan PFOS tidak terurai di tubuh manusia atau lingkungan, dan dapat menumpuk seiring waktu.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR