Merasa Dikhianati AS, Rusia Menarik Diri dari Kesepakatan Pasca Perang Dingin Ini, Kini Keduanya Bisa Saling Mengawasi Lewat Udara dengan Persenjataan Penuh, Perang Lagi?

Maymunah Nasution

Editor

Donald Trump - Vladimir Putin
Donald Trump - Vladimir Putin

Intisari-online.com -Ketegangan Rusia-AS bagaikan api dalam sekam.

Permusuhan keduanya masih ada, hanya saja terpaksa dibungkam dunia.

Kini ketegangan menambah setelah Perjanjian Open Skies dipermasalahkan.

Kementerian Luar Negeri Rusia pada Jumat (15/1/2021) menarik diri dari Perjanjian Open Skies, yang merusak kesepakatan pertahanan pasca- Perang Dingin.

Baca Juga: China dan Rusia Disebut-sebut Inggris Picu Perang Dunia 3, Lewat Kampanye dan Disinformasi Ini Sebabnya

Pihak kementerian mengatakan bahwa keluarnya Rusia dari perjanjian itu karena AS menarik diri terlebih dahulu, yang membuat "kurangnya kemajuan" dalam mempertahankan fungsi perjanjian Open Skies.

Pada 2020, Washington mengumumkan meninggalkan perjanjian itu setelah menuduh Rusia melakukan pelanggaran, yaitu memblokir penerbangan di atas situs-situs tertentu dan melarang survei latihan militer.

Kementerian luar negeri Rusia menuding bahwa Amerika Serikat telah menggunakan "dalih fiktif" untuk menarik diri dan telah mengganggu "keseimbangan kepentingan negara-negara yang berpartisipasi".

Pihaknya kemudian mengatakan, Rusia telah mengajukan proposal untuk mempertahankan "kelangsungan" perjanjian itu, tetapi tidak menerima dukungan dari Washington.

Baca Juga: Inilah S-400, Rudal Bikinan Rusia yang Bikin Turki Didepak AS dari Program F-35, Memang Apa Hebatnya Sampai NATO Saja Khawatir?

Perjanjian Open Skies memungkinkan para anggota perjanjian melakukan penerbangan pengawasan tak bersenjata di wilayah satu sama lain.

Perjanjian tersebut ditandatangani segera setelah pembubaran Uni Soviet pada 1992 dan mulai berlaku pada 2002.

Langkah itu memungkinkan negara anggota untuk melakukan penerbangan singkat di atas wilayah satu sama lain untuk memantau .

Anggotanya dari perjanjian Open Skies, di antaranya adalah negara-negara di Eropa, bekas Uni Soviet, dan Kanada.

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer Turki dan Prancis, Sekutu yang Justru Jalin Ketegangan, Prancis Masuk 10 Besar Terkuat, Turki Nomer Berapa?

Pakta itu memungkinkan anggotanya untuk meminta salinan gambar yang diambil selama penerbangan pengintaian yang dilakukan oleh anggota lain berdasarkan jadwal.

Negara yang diawasi diberi peringatan 72 jam sebelum penerbangan dan pemberitahuan 24 jam tentang jalur penerbangannya.

Skenario tidak menguntungkan

Konstantin Kosachev, ketua komite urusan luar negeri majelis tinggi parlemen Rusia, mengatakan keputusan Moskwa untuk meninggalkan Open Skies "dapat diprediksi", karena negara-negara anggota lainnya tidak memenuhi persyaratannya.

Baca Juga: Situasi Makin Genting, Bukan Amerika atau Iran, Justru2 Negara Ini yang Digadang-gadang Bakal Picu Perang Tak Terkendali Seantero Dunia, Ancamannya Lebih Besar!

Dalam sebuah posting di Facebook pada Jumat (15/1/2021), anggota parlemen mengatakan Rusia meminta anggota yang tersisa, untuk mengonfirmasi bahwa mereka tidak akan mentransfer informasi yang diperoleh berdasarkan perjanjian Open Skies ke Washington.

Amerika Serikat, seperti banyak anggota perjanjian Open Skies, adalah bagian dari aliansi NATO.

"Kesalahan atas apa yang terjadi sepenuhnya ada pada Amerika Serikat dan sekutu NATO. Dan ini adalah skenario yang sangat tidak menguntungkan," tulis Kosachev.

Sementara Moskwa dan Washington sering saling menuduh melakukan pelanggaran, NATO mendukung pelestarian perjanjian tersebut.

Baca Juga: Turki Kekeh Beli Rudal S-400 Rusia Meski Berulang Kali Terancam Sanksi AS, Memang Apa Hebatnya Rudal Tersebut Sampai NATO Saja Ketakutan?

Wakil juru bicara NATO Piers Cazalet mengatakan "implementasi selektif" Rusia atas tugas Open Skies untuk sementara waktu telah merusak kontribusi perjanjian itu bagi keamanan regional.

"Semua Sekutu NATO tetap berkomitmen untuk mengontrol senjata internasional yang efektif, pelucutan senjata, dan non-proliferasi, yang penting untuk keamanan kami," kata Cazalet dalam sebuah pernyataan.

Perjanjian yang ditinggalkan

Perjanjian Open Skies adalah salah satu dari tiga perjanjian utama yang ditinggalkan Washington di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan segera berakhir.

Baca Juga: Amerika Bersikeras Mereka Punya Bukti Virus Corona Memang Berasal Dari Laboratorium China, Upaya Terakhir Donald Trump Guncang Dunia, Bagaimana Kenyataannya?

Pada 2018, Amerika Serikat menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), yang umumnya dikenal sebagai kesepakatan Iran, yang mengekang program nuklir Teheran dengan imbalan pelonggaran sanksi internasional.

Iran menangguhkan beberapa komitmennya sendiri berdasarkan kesepakatan 2015 sebagai pembalasan.

Washington juga menarik diri dari Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (INF) dengan Rusia, yang semakin menegangkan hubungan yang sudah tegang antara Moskwa dan Washington dalam beberapa tahun terakhir setelah Perang Dingin.

Ada pun tantangan pertama dalam hubungan bilateral dengan Rusia yang akan dihadapi oleh presiden terpilih Joe Biden, adalah negosiasi perpanjangan perjanjian START Baru.

Baca Juga: Punya 154 Rudal yang Mampu Menjangkau 2.700 Km, Inilah Kapal Selam Nuklir USS Georgia yang Dikerahkan AS untuk 'Tantang' Iran

Kesepakatan yang merupakan pakta pengurangan senjata terakhir oleh Washington dengan Moskwa, akan berakhir pada 5 Februari.

AS sendiri keluar dari Open Skies setelah menuduh Rusia melanggar perjanjian.

22 November 2020 lalu, AS resmi mengonfirmasi mereka tidak lagi menjadi pihak dalam Perjanjian Open Skies.

"Hari ini, menandai enam bulan sejak Amerika Serikat mengirimkan pemberitahuan penarikan kami dari Perjanjian Open Skies," kata Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien di akun Twitter Dewan Keamanan Nasional pada saat itu.

Baca Juga: Diberi Nama 'Setan 2', Intip Betapa Sangarnya Rudal Balistik Rusia Ini, Bisa Meluncur dari Luar Angkasa dengan Lebih dari 20 Kali Kecepatan Suara

Trump menyatakan pada 21 Mei, Washington akan menarik diri dari Perjanjian Open Skies, yang mengatur penerbangan inspeksi di atas wilayah negara anggota untuk memantau aktivitas militer.

Dia mengambil langkah ini dengan dugaan pelanggaran Rusia terhadap perjanjian tersebut.

Joe Biden dalam kampanyenya dulu mengecam langkah Trump, tapi untuk sekarang masih belum diketahui apa langkahnya selanjutnya terkait perjanjian ini.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait