Intisari-Online.com - Hampir setahun lamanya Amerika Serikat (AS) dan Iran terlibat konflik panas.
Dan ketegangan semakin meningkat di awal tahun 2021. Terutama diTeluk Persia.
Dilaporkankekhawatiran tentang potensi konflik meningkat beberapa hari sebelum Iran menandai satu tahun sejak AS membunuh tokoh militer paling kuatnya dan kurang dari tiga minggu sebelum Presiden terpilih Joe Biden mulai menjabat.
Iran meminta Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan AS melakukan apa yang mereka sebut peningkatan "petualangan militer" di Teluk dan Laut Oman.
Baca Juga: Ternyata Gambar Peta Dunia yang Selama Ini Kita Lihat 'Bohong'
Termasuk pengiriman pembom bersenjata nuklir ke wilayah tersebut, menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan konflik tetapi akan membela diri jika perlu.
Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan kepadaCNNbahwa beberapa pasukan maritim Iran di Teluk telaj meningkatkan tingkat kesiapan mereka dalam 48 jam terakhir.
Awal pekan ini, pejabat pertahanan mengatakan kepadaCNNbahwa info intelijen baru menunjukkan Iran telah memindahkan rudal balistik jarak pendek ke Irak.
Aktivitas militer yang semakin cepat diimbangi dengan retorika.
Kepala pasukan elit militer Quds Iran menyarankan bahwa pembalasan atas kejahatan AS mungkin datang dari dalam negeri AS sendiri.
Presiden Donald Trump, yang dilaporkan meminta opsi militer untuk menangani Iran pada November, men-tweet minggu lalu bahwa dia akan meminta pertanggungjawaban Iran jika ada orang Amerika yang terbunuh.
Dan media Israel memperkuat laporan surat kabar Arab yang mengutip sumber-sumber AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan Israel dan Arab Saudi sedang melobi Trump untuk menyerang fasilitas nuklir Iran sebelum dia meninggalkan jabatannya.
"Iran merupakan ancaman nyata bagi keamanan nasional AS, terutama selama periode peningkatan risiko akibat peringatan pembunuhan Soleimani yang akan datang," kata Sam Vinograd, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional dan analisCNN.
"Saya pikir Iran akan mengkalibrasi setiap serangan yang terkait dengan peringatan ini."
"Karena mereka tidak ingin menutup diri sebelum Biden menjabat dan seolah-olah memulai kembali negosiasi nuklir yang akan mengarah pada pencabutan sanksi," lanjutnya.
AS kirim pesawat pembom
Timur Tengah tengah memanas setelah militer AS menerbangkan pesawat pembom B-52 berkemampuan nuklir ke Timur Tengah.
Komando Pusat AS menyebut aksi ini dilakukan untuk menunjukkan komitmen militer AS terhadap keamanan regional dan menunjukkan kemampuan unik untuk dengan cepat mengerahkan kekuatan tempur yang luar biasa dalam waktu singkat.
Pesawatpembom ini dikirim dari AS di tengah ketegangan yang sedang berlangsung dengan Iran dan milisi yang didukung Iran di Irak.
"Amerika Serikat terus mengerahkan kemampuan siap tempur ke dalam area tanggung jawab Komando Pusat AS untuk mencegah potensi musuh dan menjelaskan bahwa kami siap dan mampu menanggapi setiap agresi yang ditujukan pada Amerika atau kepentingan kami," kata Jenderal Frank McKenzie, Komandan Komando Pusat AS.
Menanggapi langkah tersebut, penasihat militer untuk Pemimpin Tertinggi Iran berbicara langsung kepada Presiden Donald Trump dalam sebuah tweet.
Mayor Jenderal Hossein Dehghan memperingatkan Trump "untuk tidak mengubah Tahun Baru menjadi periode berkabung bagi orang Amerika" setelah pengiriman pesawat pembom tersebut.
Penerbangan pesawat bomber pada Rabu lalu itu merupakan pengiriman bomber ketiga di Timur Tengah dalam 45 hari terakhir.
(Tendi Mahadi)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Kian panas, Iran dan AS tingkatkan aktivitas militer di Teluk Persia" dan "Hubungan dengan Iran memanas, AS kirim pesawat bomber ke Timur Tengah")