Selain Mirage-IIICI, Israel juga mendapatkan tipe Mirage-IIIB yang bertempat duduk ganda.
Mirage III R berkemampuan Recce (tempur dan pengintai), juga dilengkapi kamera di hidungnya.
Sambil diterbangkan, para ahli Israel kemudian mengevaluasi kelebihan dan kekurangan pesawat-pesawat itu.
Hal ini penting dilakukan mengingat pesawat-pesawat tersebut akan bertarung melawan MiG-21 yang sangar.
Belakangan setelah Kapten Munir Refka dari AU Irak yang membelot “menyerahkan” sebuah MiG-21 ke Israel, para ahli di AU Israel malah terkejut.
Pasalnya setelah “dibedah” diketahui bahwa ternyata terlalu riskan mengerahkan Mirage III sebagai lawan MiG-21.
Untuk itu diputuskan MiG-21 yang menjadi ujung tombak Mesir, Suriah dan Irak, harus diserang di darat, sebelum mereka sempat terbang.
Kalaupun sudah terbang, jet-jet itu harus diserang sebelum mencapai ketinggian 1.000 meter di atas tanah dan mencapai kecepatan supersonik.
Pesawat MiG-21 jelas akan sulit dijatuhkan oleh pesawat-pesawat sekelasnya. Termasuk oleh sesama MiG-21.
Untuk serangan di darat maka dirancanglah empat taktik yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Pattern Alpha, Bravo, Charlie, dan Delta.
Taktik ini sangat mudah dikerjakan, efesien dalam pelaksanaannya, serta menghasilkan fire power yang baik namun berisiko kecil.
Pasalnya yang diserang jet-jet tempur yang masih "duduk seperti angsa di darat", dan diserang saat dini hari ketika para pasukan yang seharusnya menjaga pangkalan udara serta pesawat dalam kondisi masih tidur. (Agustinus Winardi)
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR