Pada Juli 1937, bentrokan di Jembatan Marco Polo Beijing memulai perang Tiongkok-Jepang lainnya.
Desember itu, setelah pasukan Jepang merebut Nanjing (Nanking), ibu kota Partai Nasionalis China, atau Guomindang (Kuomintang), mereka melanjutkan untuk melakukan enam minggu pembunuhan massal dan pemerkosaan yang sekarang terkenal sebagai Pembantaian Nanjing.
AS Mencoba Menghentikan Ekspansi Global Jepang
Mengingat kekejaman tersebut, Amerika Serikat mulai menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Jepang, termasuk embargo perdagangan atas ekspor pesawat terbang, minyak dan besi tua, di antara barang-barang utama lainnya, dan memberikan dukungan ekonomi kepada pasukan Guomindang.
Pada September 1940, Jepang menandatangani Pakta Tripartit dengan Jerman dan Italia, dua rezim fasis yang saat itu berperang dengan Sekutu.
Tokyo dan Washington bernegosiasi selama berbulan-bulan menjelang serangan Pearl Harbor, tanpa hasil.
Sementara Amerika Serikat berharap embargo minyak dan barang-barang penting lainnya akan membuat Jepang menghentikan ekspansionismenya.
Sanksi dan hukuman lain sebenarnya meyakinkan Jepang untuk berdiri tegak, dan memicu kemarahan rakyatnya terhadap campur tangan Barat yang terus berlanjut dalam urusan Asia.
Bagi Jepang, perang dengan Amerika Serikat tampaknya tak terhindarkan, untuk mempertahankan statusnya sebagai kekuatan utama dunia.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR