Intisari-online.com -China adalah satu negara yang aktif membangun pangkalan militer di Laut China Selatan.
Cara mereka melakukannya juga terbilang kontroversial.
Tidak seperti Amerika Serikat yang bisa bekerja sama dengan negara lain untuk membangun pangkalan militer di suatu negara, China tidak berhasil mendapatkan kepercayaan tersebut.
Alhasil, mereka menyasar timbulan batu-batu karang yang ada di Laut China Selatan kemudian melakukan reklamasi lahan di tempat tersebut.
Beijing memulai proyek-proyek tersebut sejak tahun 2013 lalu.
Semenjak itu terumbu-terumbu karang tersebut diubah sedemikian rupa untuk menjadi pangkalan militer oleh Beijing.
Namun dilaporkan dari Naval and Merchant Ships, musuh China malah disebutkan bisa dengan mudah menyerang pangkalan militer yang berdiri dari batu karang tersebut.
Sifat pangkalan tersebut adalah kesepian dan jauh dari China daratan atau pulau lain di Laut China Selatan.
Untuk diketahui saja, Laut China Selatan berukuran 3,3 juta kilometer persegi.
Naval and Merchant Ships merupakan majalah yang dipublikasikan perusahaan China, China State Shipbuilding Corporation.
Majalah ini sudah lama dipakai acuan bagi Tentara China.
Disebutkan bahwa"ada keuntungan yang dimiliki pulau-pulau dan terumbu karang di Laut China Selatan yang berkaitan dengan terjaganya kedaulatan nasional dan mempertahankan kehadiran militer di laut terbuka.
"Tapi, ada juga cacat besar yang dimiliki pulau-pulau dan terumbu karang itu dalam konteks sebagai tempat pertahanan militer."
Hampir semua wilayah di Laut China Selatan diklaim oleh China, dan sudah sejak 2014 terumbu karang kecil-kecil itu dikirimi rudal, jalan untuk take off serta dilengkapi sistem senjata.
Banyak pemerintah negara lain yang berang karena tindakan China tersebut.
Sejauh ini ada 6 kepemerintahan yang dirugikan atas klaim China di wilayah sengketa: Filipina, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Brunei dan Taiwan.
Klaim China dianggap ilegal pula oleh Amerika Serikat, dan China dibuat berang dengan dikirimkannya kapal perang milik negara Paman Sam ke wilayah yang mereka klaim atau mereka duduki.
Patroli tersebut dikatakan Washington beserta para sekutunya berguna untuk menjaga jalur bebas Laut China Selatan yang merupakan perairan internasional.
Kedaulatan China diklaim China telah dilukai oleh berbagai patroli tersebut.
Hukum internasional yaitu UNCLOS 1982 sendiri sebenarnya sudah merugikan siapapun yang memulai sengketa atas kepemilikian wilayah di badan laut internasional.
Pasalnya, Laut China Selatan adalah perairan bersama, sehingga segala kekayaan alam di dalamnya seperti ikan, minyak dan gasnya serta terpenting jalur perdagangannya seharusnya bisa dinikmati oleh semua negara, tidak hanya China saja.
Masih menjadi pertanyaan besar mengapa Beijing ngotot untuk memiliki kontrol di area tersebut.
Dengan membangun pangkalan militer sebenarnya tidak banyak membantu Beijing, karena seperti dijelaskan tadi, pangkalan militer itu ada di tempat yang terhitung sepi terutama dari pergerakan militer.
Contohnya adalah Fiery Cross Reef, jarak 1000 km dimiliki pulau tersebut dari Sanya, kota di pulau Hainan, yang ada di sebelah selatan pantai China.
Fiery Cross Reef juga berjarak 800 km dari Pulau Paracel, pangkalan militer Beijing lainnya.
"Bahkan jika bantuan kapal segera melaju dengan kecepatan maksimal, masih perlu waktu lebih dari sehari untuk mencapai pangkalan militer lain," tulis laporan tersebut.
Memang benar jalur udara melengkapi beberapa pulau lain, tapi jangkauan ke seluruh laut terhitung terbatas, belum lagi mengerahkan jet tempur tertentu ke pulau lain dengan cukup cepat memerlukan bahan bakar yang banyak.
Secara teori, ada dua kapal induk yang dimiliki Beijing untuk saat ini, dan secara teori Beijing bisa mengirimkannya ke Laut China Selatan kapan saja.
Namun pengiriman itu tidak juga memerlukan waktu singkat.
Sementara itu, serangan medium dikabarkan sudah bisa menghancurkan pangkalan militer China, disebabkan karena lokasi terpencil, belum lagi jika kemudian ditargetkan oleh kedua sistem rudal jangka panjang AS dan Jepang atau oleh kekuatan militer negara lain di wilayah tersebut.
Bahkan jika pulau tersebut tidak diserang, maka akan ada blokade yang terjadi, sebabkan kelaparan bagi para penghuni pulau tersebut.
Hal tersebut segera membawa kerugian China ke kerugian lainnya dari membangun pangkalan militer dari seonggok terumbu karang.
Pulau-pulau tersebut tidak memiliki tanaman apapun yang tumbuh, batu alami atau tutupan lain, sementara permukaannya terhitung rendah sementara garis pantai lebih tinggi dari pulau itu sendiri.
Air dari Laut China Selatan sendiri bisa dengan mudah sebabkan kerusakan di pulau tersebut.
Dengan kondisi air laut, korosi rentan terjadi, lebih-lebih dengan cuaca yang tidak mendukung, sangat sulit mengirimkan bantuan ke pulau tersebut bahkan untuk mempertahankan diri.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini