Luar Biasa! China Berhasil Nyalakan 'Matahari Buatan' untuk Pertama Kali, Suhunya Bisa Capai 15 Juta Derajat Celsius

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Matahri buatan China
Matahri buatan China

Intisari-Online.com - China berhasil menyalakan reaktor fusi nuklir yang mereka sebut sebagai " matahari buatan" untuk pertama kalinya.

Kabar tersebut disampaikan oleh media pemerintah pada Jumat (4/12/2020), sebagaimana dilansir AFP.

Pengoperasian reaktor fusi nuklir tersebut menandai kemajuan besar dalam kemampuan penelitian tenaga nuklir "Negeri Panda”.

Reaktor bernama HL-2M Tokamak tersebut adalah perangkat penelitian eksperimental fusi nuklir terbesar dan tercanggih di China.

Baca Juga: Pakar: Saat Indonesia Sudah Menerima Vaksin Covid-19 Dari China, Artinya Diplomasi Vaksin Sudah Terlaksana, Ekonomi ASEAN Sudah Dalam Genggaman

Para ilmuwan di China juga berharap perangkat tersebut berpotensi membuka sumber energi bersih yang kuat.

Reaktor tersebut menggunakan medan magnet yang kuat untuk memadukan plasma panas dan dapat mencapai suhu lebih dari 150 juta derajat celsius, menurut surat kabar People's Daily.

Itu berarti, panas yang dihasilkan reaktor tersebut kira-kira 10 kali lebih panas dari inti matahari yang suhunya sekitar 15 juta derajat celsius.

Karena tenaga dan panas yang dihasilkan sangat besar, reaktor yang terletak di Provinsi Sichuan tersebut sering dijuluki sebagai “matahari buatan”.

Baca Juga: Nasib Tragis dan Aneh dari Penis Kecil Napoleon, Diperjualbelikan dengan Harga Fantastis Selama 50 Tahun

"Pengembangan energi fusi nuklir tidak hanya sebagai cara untuk menyelesaikan kebutuhan energi strategis China, tetapi juga memiliki signifikansi besar untuk pengembangan energi dan ekonomi nasional China yang berkelanjutan di masa depan," tulis surat kabar People's Daily.

Ilmuwan China telah bekerja mengembangkan versi yang lebih kecil dari reaktor fusi nuklir sejak 2006.

Baca Juga: 13 Mitos Tentang Virus Corona Berikut Ini Perlu Diluruskan Agar Jangan Bikin Bingung, Salah Satunya Mitos Covid-19 Tidak Menyebar di Udara

Mereka berencana untuk menggunakan perangkat tersebut bekerja sama dengan para ilmuwan yang mengerjakan Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER).

ITER merupakan proyek penelitian fusi nuklir terbesar di dunia yang berbasis di Perancis, yang diharapkan selesai pada 2025.

Fusi nuklir yang diteliti melalui ITER yakni menggabungkan inti atom untuk menciptakan energi dalam jumlah besar.

Baca Juga: Mata-mata Trump Melaporkan Bahwa China Lakukan Rekayasa Genetika dengan Pengeditan Gen Guna Ciptakan 'Tentara Super' yang Kuat, Benarkah?

Mekanisme fusi nuklir tersebut berkebalikan dari proses fisi nuklir yang digunakan dalam senjata atom dan pembangkit listrik tenaga nuklir.

Baca Juga: Coba Lakukan Langkah Berikut Ini untuk Selamatkan Tanaman Hias yang ‘Rusak’ Karena Terlalu Sering Disiram, Begini Kenali Kebutuhan Air Setiap Jenis Tanaman

Tidak seperti fisi, fusi tidak mengeluarkan gas rumah kaca dan mengurangi risiko kecelakaan atau pencurian bahan atom.

Namun, untuk mencapai fusi sangatlah sulit dan sangat mahal, ITER sendiri diperkirakan menelan anggaran sebesar 22,5 miliar dollar AS (Rp 318 triliun).

Baca Juga: Hendak Perjuangkan Nasib Ekspor Negaranya, Pakar Jelaskan Mengapa Perjuangan Australia Lewat WTO Akan Tetap Sia-sia Setelah Sanksi China Muncul

Artikel ini pernah tayang di Kompas dengan judul 'China Berhasil Nyalakan "Matahari Buatan" untuk Pertama Kali, Ini Bentuknya'

Artikel Terkait