Wira mengatakan, terasi mulanya disebut sebagai terasih. “Terasih memiliki makna "yang sangat disukai".
Kata terasih dipercaya berasal dari kata asih yang dalam bahasa Sunda bermakna cinta atau suka,” ujarnya.
Seiring waktu, terasi yang dikenal sekarang ini umumnya terbuat dari campuran garam, tepung, dan udang rebon yang ditumbuk.
Setelah itu terasi kemudian dibentuk menjadi persegi atau bulat untuk kemudian dikeringkan.
Setelah kering baru terasi dapat dicampurkan sebagai penyedap makanan.
Dapat juga sebagai bumbu olahan untuk memasak daging, ikan, sayur-mayur atau bahkan disertakan sebagai penyedap rasa dalam aneka olahan sambal yang dikenal saat ini. (Ryana Aryadita Umasugi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Terasi, dari Tangan Sultan Cirebon hingga Laksamana Cheng Ho"
Baca Juga: Ternyata Cabe Rawit Bermanfaat Bagi Kesehatan!
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR