Advertorial
Intisari-online.com -Tahun 2020 akan segera berakhir.
Saat berakhirnya suatu tahun untuk diganti tahun selanjutnya, beberapa fenomena alam pun juga menandai berakhirnya suatu tahun.
Contohnya adalah kejadian gerhana.
Fenomena astronomi yang akan terjadi pada 30 November 2020 malam nanti merupakan Gerhana Bulan Penumbra (GBP).
Gerhana bulan penumbra terjadi saat posisi bulan-matahari-bumi tidak persis sejajar.
Ini membuat bulan hanya masuk ke bayangan penumbra bumi.
Akibatnya, saat gerhana terjadi, bulan akan terlihat lebih redup dari saat purnama. Baca juga:
Dikutip dari situs BMKG, selama tahun 2020 terjadi 6 kali gerhana, yaitu 2 kali gerhana Matahari dan 4 kali gerhana Bulan.
Adapun gerhana bulan 30 November adalah yang terakhir di tahun 2020.
Sejarah mencatat gerhana selalu berkaitan dengan berbagai mitos dan beragam tragedi umat manusia.
Seperti contohnya yang terjadi pada tahun 2018 lalu.
Pada tahun 2018 lalu terjadi peristiwa superlangka.
Bagaimana tidak, ada 3 kejadian terjadi bersamaan: blue moon, supermoon serta gerhana bulan total.
Supermoon sendiri terjadi ketika purnama, bulan berada dalam jarak terdekat dengan bumi.
Ini membuat ukuran satelit alam milik bumi terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang daripada biasanya.
Sedang blue moon merupakan bulan purnama yang terjadi 2 kali dalam 1 bulan.
Tidak disangka, gerhana bulan semalam menyisakan sekelumit tanda tanya bagi orang Indonesia.
Pertama, warga Puncak, Bogor, dibuat merinding dengan kemunculan makhluk bersayap.
Kepakan sejumlah sayap nampak beterbangan di setiap sudut.
Dikutip dari Grid.ID, gerombolan makhluk ini berada di jalan, di depan villa, rumah makan, serta bermacam tempat lainnya.
Jalan Raya Puncak dari kawasan Gadog, Cipayung, hingga Cisarua, dipenuhi makhluk ini.
Keberadaannya dalam jumlah besar cukup mengganggu pengendara motor, apalagi bila tidak memakai atau menutup kaca helm.
Adegan kedua, yang terjadi di Gunungkidul, Yogyakarta, tidak kalah mengejutkan.
Bertepatan saat terjadi gerhana bulan, masyarakat secara mengagetkan memukul-mukul kentongan.
Baca Juga: Tradisi Unik! Ini yang Disiapkan Warga Yogyakarta Menyambut Gerhana Bulan Super Blue Blood Moon
Momen paling bikin heran, wanita hamil mendadak disembunyikan ke bawah tempat tidur.
Terkait kejadian di Puncak, Bogor, menyisakan kekhawatiran tersendiri.
Sejumlah makhluk kecil bersayap ditakutkan dapat mengganggu mata atau mulut pengendara motor yang tengah melaju.
Gerombolan tersebut beterbangan secara berhamburan untuk mencari asal cahaya lampu.
Seorang warga Megamendung, Supardi, menjelaskan bahwa makhluk tersebut bernama siraru.
"Ini namanya siraru, biasanya sih muncul pas mau musim hujan," ungkpanya pada rabu (31/1/2018).
Kemunculan makhluk yang juga punya nama lain laron begitu membuat heran.
Pasalnya, di malam sebelumnya gerombolan serangga bersayap ini tidak ada.
"Baru malam in, baru tadi maghrib, kalo kemarin mah gak ada," terangnya.
Menyangkut pukul kentongan dan wanita hamil yang disembunyikan saat terjadi gerhana di Gunungkidul, rupanya adegan tersebut adalah tradisi yang telah dilestarikan.
Selama ratusan tahun tradisi ini telah dilakukan dengan mitos yang mengikutinya.
Kisahnya dikenal masyarakat dengan nama Gugon Tuhon.
Seorang sesepuh Desa, Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, berkesempatan berbagi cerita.
Berdasarkan mitos, Tukijo menyebut saat terjadi fenomena gerhana, sebenarnya ada Buto atau raksasa yang telah memakan bulan atau matahari (dalam konteks gerhana matahari).
Adegan makan Buto inilah yang konon membuat bulan atau matahari hilang.
"Masyarakat di sini percaya tentang fenomena gerhana matahari dan bulan ialah adanya raksasa yang (sedang) memakan," ungkap Tukijo pada hari rabu (31/1/2018).
Lanjutnya, kentongan dipukuli warga berkali-kali untuk menciptakan kegaduhan.
Bunyi ini dipercayai dapat mengusir raksasa yang menelan bulan atau matahari.
Ungkapnya, fenomena gerhana adalah momen yang paling ditakuti oleh masyarakat setempat.
Alasannya karena menimbulkan kegelapan.
Suasana gerhana juga dianggap mencekam karena dulu tidak ada listrik maupun lampu sebab masih menggunakan cahaya seadanya.
Ternyata, gerhana juga dianggap punya dampak buruk terhadap bayi dalam kandungan.
Maka dari itu, bagi wanita hamil wajib diungsikan masuk ke bawah tempat tidur agar tidak terjadi apa-apa pada calon bayi.
Namun menurut Tukijo, tradisi pukul kentongan sudah mulai berangsur-angsur pudar. (*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul "Dari Kemunculan Makhluk Bersayap, Hingga Wanita Hamil yang Disembunyikan, Inilah 2 Adegan Ganjil Saat Terjadi Gerhana Bulan di Indonesia"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini