Bob, kata Petit, datang ke Yogyakarta demi mendapatkan uang. "Namun, saat melakukannya, ia tak pernah mengeluh soal cuaca seburuk apa pun, berapa jumlah penumpang, atau soal berat kargo yang harus diangkut..."
"Ia makan makanan yang sama dengan kami. Ketika tak ada akomodasi, ia akan tidur di sayap RI-002, membiarkan kru dan para penumpangnya terlindung di dalam kabin."
Penerbangan Maut
Pagi itu, 29 September 1948, pesawat kargo Douglas DC-3 lepas landas dari Yogyakarta. Ada lima awak di dalamnya, satu penumpang, perbekalan medis, dan 20 kilogram emas yang diambil dari Cikotok, Banten, untuk ditukar dengan pesawat baru di India.
Namun, mereka tak pernah kembali. Beberapa saat setelah mengudara dari Tanjung Karang, kapal terbang itu raib tak berjejak.
RI-002 hilang di siang bolong. Sesuatu yang nyaris tak masuk akal menimpa penerbang seandal Bob.
Pada 1978, sekitar 30 tahun kemudian, dua petani menemukan puing pesawat di hutan terpencil, juga bagian jasad manusia. Namun tak ada jenazah Bob. Ia hilang secara misterius.
"PBB mencarinya, demikian juga dengan Australia. Semua mencari, namun tak bisa menemukannya," kata Bickham. "Pihak Belanda mengaku tak pernah tahu soal dia."
Bob baru berusia 27 tahun saat ia menghilang. Ia telah bertunangan dengan seorang perawat Angkatan Laut AS yang ia temui di Filipina. Natal tahun itu sang pilot berniat pulang ke kampung halamannya.
Selama bertahun-tahun keluarganya mendengar banyak desas-desus atau rumor yang beredar soal keberadaannya.
Dua orang mengaku melihat Bob di penjara Belanda. Dan, seorang pria Inggris yang bekerja sebagai wartawan mengaku mendengar sang pilot tertangkap Belanda.
"Mereka mengontak kakek dan nenekku dan mengatakan mereka mungkin telah menemukannya. Namun tak ada bukti kalung nama (dog tag). Pilot US Navy selalu mengenakannya hingga ia meninggal dunia. Jadi, kami masih yakin, jasadnya belum ditemukan.
Bickham bertekad menemukan kebenaran. Dalam pencariannya ia menemukan sejumlah bukti, di antaranya memo Departemen Luar Negeri AS dan dari CIA yang menyebut pamannya ditangkap dan mendekam dalam penjara.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR