Advertorial
Intisari-Online.com - Kopassus merupakan pasukan khusus yang berada di bawah naungan TNI AD.
Nama Kopassus sudah terkenal sampai ke militer negara lain.
Bahkan Kopassus disebut sebagai salah satu pasukan khusus terbaik di dunia.
Beberapa pasukan khusus dari Amerika Serikat (AS), Inggris, bahkan Australia mengaku segan terhadap Kopassus.
Melihat kehebatan Kopassus yang diakui militer negara lain,mungkin banyak orang bertanya-tanya, seperti apa latihan para prajuritbaret merah ini?
Sebagai pasukan khusus, tentunya latihan prajurit Kopassusagak 'berbeda' dan memang dilatih secara khusus di beberapa bidang tertentu.
Latihan prajurit Kopassussempat diceritakan oleh mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo dalam bukunya yang berjudul'Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan'.
Dalam buku biografinya, Pramono Edhie Wibowo yang juga pernah bertugas di krops baret merah itu menceritakan latihan terberat prajurit Kopassussudah menanti saat sampai di Cilacap.
Ini merupakan latihan tahap ketiga yang disebut latihan Tahap Rawa Laut, calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.
Di sini, materi latihan meliputi navigasi Laut, Survival laut, Pelolosan, Renang ponco, dan pendaratan menggunakan perahu karet.
Para prajuritKopassus harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.
“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir."
"Oleh karena itu, ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka."
"Yang paling berat, materi latihan ‘pelolosan’ dan ‘kamp tawanan’,”tulis Pramono dalam bukunya
Dalam latihan itu, para calon prajuritKopassus dilepas tanpa bekal pada pagi hari, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu.
Selama “pelolosan”, calon prajurit Kopassus harus menghindari segala macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.
Dalam pelolosan itu, kalauada prajurityang tertangkap maka berarti itu merupakan 'neraka' baginya karena dia akan diinterogasiseperti dalam perang.
Para pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit malang itu untuk mendapatkan informasi.
Dalam kondisi seperti itu, para prajurit Kopassusharus mampu mengatasi penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya.
Untuk siswa yang tidak tertangkap bukan berarti mereka lolos dari neraka.
Pada akhirnya, mereka pun harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.
Selama tiga haripra prajurit Kopassusmenjalani latihan di kamp tawanan.
Dalam kamp tawanan ini semua prajurit Kopassus akan menjalani siksaan fisik yang nyaris mendekati daya tahan manusia.
“Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa."
"Namun, para calon prajurit Komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi."
"Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando di perlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya,” tulis Pramono Edhie.
Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit Kopassus dapat dilihat dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan.
Nilai standar fisik untuk prajurit non-komando adalah 61.
Namun harus mengikuti tes prajurit komando, nilainya minimal harus 70.
Begitu juga kemampuan menembak dan berenang nonstop sejauh 2.000 meter.
“Hanya mereka yang memiliki mental baja yang mampu melalui pelatihan komando."
"Peserta yang gagal akan dikembalikan ke kesatuan Awal untuk kembali bertugas sebagai Prajurit biasa,” tutup mantan DanjenKopassusini
(Putra Dewangga Candra Seta)
(Artikel ini telah tayang disurya.co.iddengan judul "Sosok Pendiri Kopassus yang Dikabarkan Pernah Tampar Soeharto Muda, Punya Banyak Pengalaman Tempur")