Jadi Satu-satunya Alat yang Bisa Buktikan Kita Positif Virus Corona Atau Tidak, Warga Indonesia Keluhkan Lamanya Hasil Tes Swab atau PCR, Dokter: Kapasitas Kita Memang Kurang

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Tahun 2020 akan segera berakhir.

Namun sepertinya pandemi virus corona (Covid-19)masih belum menunjukkan tanda-tanda akan menghilang dalam waktu dekat.

Malahan sebagian besar negara mengalami gelombang kedua hingga gelombang ketiga.

Melansirworldometers, setidaknya 58 juta infeksi telah terjadi di seluruh dunia hingga Sabtu (21/11/2020) malam.

Baca Juga: Padahal Jadi Pasukan Elite, Tapi Tingkah Pemimpin Pasukan Elite Australia Ini Bertolak Belakang, Paksa Anggota Baru Tembak Mati Tahanan Afghanistan, Menham: Saya Jijik Mendengarnya

Jumlah kematian akibat virus SARS-CoV-2 disebutkan mencapai 1,3 juta, dan pasien yang dikabarkan sembuh mencapai 40 juta jiwa.

Di Indonesia sendiri, pandemi virus coronatelah berlangsung sekitar 8 bulan sejak kasus pertama diumumkan pada awal Maret 2020 lalu.

Dalam upaya penanganan pandemi, sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah termasuk menambah sejumlah laboratorium untuk deteksi Covid-19.

Namun sayangnya, masih ada keluhan dari masyarakat perihal lamanyahasil tes swabatau PCR hingga detik ini.

Lantas mengapa hasil tes Swab atau PCR cenderung lama diterima pasien atau masyarakat yang membutuhkan?

Baca Juga: Nyaris Mustahil, Bersama Rusia, 2 Negara Ini Jadi Negara Paling Sulit Ditaklukan Secara Militer, 'Benteng Alami' Ini yang Jadi Penyebab Utamanya

Penjelasan

Ahli Patologi Klinis sekaligus Wakil Direktur RS UNS Hartono, Tonang Dwi Ardyanto menilai, lamanya hasil tes swabatau PCR lebih dikarenakan kapasitas yang ada saat ini masih kurang.

“PCR lama karena memang kapasitas kita kurang."

"Mau tidak mau, tentu masa tunggu lebih lama,” ujarnya saat dihubungiKompas.com, Sabtu (21/11/2020).

Menurutnya kemampuan yang terbatas ini susah apabila harus dipaksakan.

“Target kita sekitar 38.700. Kita pernah mencapainya, tapi dalam 1-2 hari, setelah itu turun lagi."

"Artinya sebenarnya memang kapasitas kita kurang. Tidak bisa dipaksakan,” katanya lagi.

Guna mengatasi kelemahan ini, solusi yang dapat dipertimbangkan adalah penggunaan tesantigen.

Tes antigen menurutnya bisa digunakan pada situasi dan kondisi tertentu sebagai alternatif dari penggunaan PCR.

“Lebih baik dipertimbangkan tes antigen,” kata Tonang.

Alternatif

Tes antigen, imbuhnyamerupakan tes dengan menggunakan sampel swab mirip dengan PCR.

Baca Juga: Pesan WhatsApp Anda Tak Sengaja Terhapus? Jangan Panik, Begini Cara Mengembalikannya

Namun, setelah diambil swab-nya, pemeriksaan lanjutan yang dilakukan adalah sebagaimana yang dilakukan pada tes antibodi.

Sehingga dengan tes antigen, hasil yang didapat bisa langsung diketahui.

“Bisa dikerjakan di lab, bisa juga di luar lab, asal hati-hati dan menggunakan reagen yang sesuai,” ungkap Tonang.

Tes antigen ketika digunakan, maka ia akan reaktif saat seseorang terinfeksi dan jumlah virusnya sedang tinggi.

Di mana, saat jumlah virus tinggi maka saat itu adalah saat paling berisiko untuk seseorang menularkan ke orang lain.

Tes antigen sendiri memiliki biaya lebih tinggi dibanding tes antibodi, namun harganya di bawahtes PCR.

“Tes ini tidak bisa sepenuhnya menggantikan PCR."

"Tapi bisa digunakan dalam keadaan memang mendesak dan tidak sempat menunggu hasil PCR."

"Atau kapasitas PCR lebih diutamakan untuk kasus-kasus lain yang bergejala."

"Apalagi di tengah situasi kasus yang sedang melonjak tinggi seperti saat ini,” imbuh dia.

(Nur Rohmi Aida)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Sering Dikeluhkan, Mengapa Hasil Tes Swab atau PCR Cenderung Lama?")

Baca Juga: Ingin Turunkan Sang Raja, Siswa SMA Pimpin Aksi Demo Besar-besaran di Thailand, 'Kami Meminta Kebebasan'

Artikel Terkait