Advertorial

Menewaskan Ribuan Nyawa, Kenapa Armenia-Azerbaijan Perang di Nagorno-Karabakh? Apa yang Sebenarnya Direbutkan?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Perjanjian damai baru saja disepakati oleh Armenia dan Azerbaijan, dua negara pecahan Uni Soviet yang selama beberapa bulan terakhir terlibat sengketa militer.

Perang itu telah menewaskan ribuan orang dan memaksa ribuan lainnya mengungsi.

Pusat sengketa berada di kawasan Nagorno-Karabakh, yang diklaim Azerbaijan sebagai wilayah kedaulatan mereka, tapi selama ini dikuasai etnis Armenia.

Dua negara itu pernah terlibat perang berdarah pada akhir dekade 1980-an dan awal 1990-an.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu; 8 Tanda Anda Terlalu Banyak Minum Air, Termasuk Ini!

Perang itu hingga saat ini masih terus memicu konflik bersenjata yang berkelanjutan.

Cerita dalam 100 kata

Nagorno-Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan, tapi mayoritas penduduk wilayah itu berlatar belakang etnis Armenia.

Namun saat sejumlah anggota Uni Soviet menggugat kemerdekaan mereka tahun 1980-an, warga Nagorno-Karabakh memilih bergabung ke Armenia.

Baca Juga: Ingin Tahu Bagaimana Israel Terus-terusan Memenangkan Perang? Ternyata Berikut Ini Deretan Rahasianya

Keputusan itu lalu memicu konflik yang baru diakhiri dengan gencatan senjata tahun 1994.

Di akhir konflik, Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian Azerbaijan tetapi dikendalikan oleh etnis separatis Armenia yang didukung oleh pemerintah Armenia.

Sampai beberapa waktu lalu, negosiasi damai yang dimediasi negara-negara berpengaruh di dunia gagal disepakati.

Armenia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.

Baca Juga: Tak Pernah Punya Hubungan Apapun, Timor Leste Kena Imbas dari Perang Irak, Negara Tersebut Bahkan sampai Merugi Gara-gara Hal Ini

Sementara itu, agama terbesar di Azerbaijan adalah Islam.

Turki memiliki hubungan dekat dengan Azerbaijan, sedangkan Rusia bersekutu dengan Armenia, walau Rusia sebenarnya juga berhubungan baik dengan Azerbaijan.

Cerita dalam 500 kata

Kaukasus merupakan wilayah pegunungan yang penting secara strategis di Eropa Tenggara.

Baca Juga: Begini Cara Terbaik Agar Si Kecil Mau Pakai Masker untuk Cegah Covid-19, Bukan dengan Paksaan, Tapi Coba Ini!

Selama berabad-abad berbagai kekuatan di wilayah ini, baik penganut Kristen maupun Muslim, bersaing memegang kendali di sana.

Armenia dan Azerbaijan modern menjadi bagian dari Uni Soviet ketika dibentuk pada 1920-an.

Nagorno-Karabakh adalah wilayah mayoritas etnis Armenia, tetapi Soviet memberikan kendali atas wilayah tersebut kepada otoritas Azerbaijan.

Baru setelah Uni Soviet mulai runtuh di akhir tahun 1980-an, parlemen regional di Nagorno-Karabakh secara resmi memilih bergabung ke Armenia.

Baca Juga: China Kerahkan Segala Cara yang Sekuat-kuatnya untuk Memastikan Bisa Membunuh Kapal Selam AS, Makin Moncer Teknologi Militernya?

Azerbaijan kala itu berupaya menekan gerakan yang menghendaki Nagorno-Karabakh menjadi bagian Armenia.

Di sisi lain, Armenia mendukung kelompok itu.

Situasi ini menyebabkan bentrokan etnis.

Setelah Armenia dan Azerbaijan mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet, perang pun pecah di antara dua negara tersebut.

Baca Juga: Kian Terperosok, Inilah Militer Paling Lemah di Dunia, Salah Satunya Negara Asia Tenggara

Puluhan ribu orang tewas dalam perang itu.

Sekitar satu juta orang pun mengungsi.

Dua belah pihak diduga melakukan genosida dan pembersihan etnis.

Kebanyakan pengungsi dalam perang itu merupakan warga Azerbaijan.

Baca Juga: Kian Terperosok, Inilah Militer Paling Lemah di Dunia, Salah Satunya Negara Asia Tenggara

Tentara Armenia menguasai Nagorno-Karabakh sebelum gencatan senjata yang dimediasi Rusia disepakati tahun 1994.

Setelah kesepakatan itu, Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian dari Azerbaijan.

Akan tetapi wilayah itu dikendalikan separatis beretnis Armenia yang mendeklarasikan republik tersendiri.

Pemerintah Armenia terang-terangan mendukung mereka. Kesepakatan gencatan senjata itu juga memuat Garis Kontak Nagorno-Karabakh.

Tujuannya adalah memisahkan pasukan Armenia dan Azerbaijan.

Baca Juga: Berambisi Jadi PM Malaysia, Anwar Ibrahim Justru Disebut Mahathir Tak Cocok Jadi Orang Nomor Satu Malaysia, Sebabnya?

Sejak gencatan senjata itu perundingan damai terus dijajaki oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Minsk Group.

Ini adalah badan yang dibentuk tahun 1992, diketuai Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat.

Namun bentrokan terus berlanjut.

Gejolak serius tahun 2016 menewaskan puluhan tentara, baik di pihak Armenia maupun Azerbaijan.

Konflik itu semakin diperumit situasi geopolitik.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Film Netflix Yang Dapat Penghargaan Meski Sedikit Penonton

Negara anggota NATO, Turki, adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Azerbaijan pada tahun 1991.

Mantan Presiden Turki, Azeri Heydar Aliyev, pernah menyebut negaranya dan Azerbaijan sebagai "satu bangsa-dua negara".

Keduanya, menurut dia, memiliki budaya dan dan dihuni warga berbangsa Turki.

Turki tidak memiliki hubungan resmi dengan Armenia.

Pada 1993, Turki menutup perbatasan mereka dengan Armenia.

Kebijakan itu untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap Azerbaijan selama perang di Nagorno-Karabakh.

Sementara itu, Armenia berhubungan baik dengan Rusia.

Baca Juga: Masih Tak Terima Kekalahan, Trump Terus Ulang Klaim Dirinya Dicurangi di Pilpres AS Tanpa Ungkap Dasar yang Jelas

Rusia memiliki pangkalan militer di Armenia.

Dua negara itu adalah anggota aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).

Namun Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga memiliki hubungan erat dengan Azerbaijan.

Pada 2018, terjadi revolusi damai di Armenia saat rezim yang dipimpin Serzh Sargysan tumbang.

Pemimpin kelompok pro-revolusi, Nikol Pashinyan, terpilih menjadi Perdana Menteri Armenia usai pemilu tahun itu.

Pashinyan lalu bersepakat dengan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, untuk mengurangi ketegangan.

Baca Juga: Salah Alamat Mati-matian Rebut Jerussalem untuk Amankan Masjid Al Alqsa, Orang Ini Malah Bocorkan Lokasi Asli Masjid Al Aqsa, Bukan di Jerussalem tetapi di Kota Ini

Mereka membuat pusat kontak militer pertama yang akan menjembatani kedua negara.

Pada 2019, Armenia dan Azerbaijan bersama-sama menyatakan perlunya "mengambil langkah konkret untuk mempersiapkan penduduk menyambut perdamaian".

Namun tahun ini, selama beberapa bulan ketegangan antara dua negara meningkat.

Pertempuran bersenjata yang sengit di Nagorno-Karabakh juga terjadi.

Tidak jelas siapa yang pertama kali memercikkan konflik baru Juli lalu.

Peristiwa bulan itu menimbulkan korban di kedua sisi.

Pertempuran Armenia dan Azerbaijan berakhir November ini ketika mereka setuju meneken kesepakatan perdamaian yang dimediasi Rusia.

Berdasarkan dokumen itu, Azerbaijan akan mempertahankan beberapa daerah yang mereka kuasai selama konflik.

Adapun Armenia akan menarik pasukan dari beberapa daerah yang berdekatan dengan wilayah tersebut.

Baca Juga: Kekuatannya Bersaing Meski Jadi Militer Paling Miskin di Dunia, Kirgistan dan Zambia Masuk 100 Besar Militer Terkuat

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Armenia-Azerbaijan Perang di Nagorno-Karabakh? Apa yang Direbutkan?"

Artikel Terkait