Advertorial
Intisari-Online.com- Akhir-akhir ini, kekhawatiran akan terjadinya Perang Dunia III semakin bertambah mengingat banyak konflik yang berkobar di berbagai belahan dunia.
Meski miliki tenaga nuklir terbesar di dunia, Rusia rupanya juga was-was akan terjadinya Perang Dunia III.
Untuk itu, Rusia pun telah meningkatkan persiapan untuk Perang Dunia III.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah membangun pos komando nuklir.
Melansir BCFokus, Kamis (12/11/2020), bunker itu dilengkapi dengan langkah-langkah keamanan mutakhir untuk mengendalikan 6.375 bom nuklir di negara itu.
Pos komando nuklir Rusia yang didirikan di antara pegunungan ini juga akan menahan serangan bom atom selama PD III dan terus berfungsi.
Putin mengatakan pos komando nuklir ini hampir siap.
Dia juga mengatakan Rusia akan dapat mengendalikan bom nuklirnya bahkan jika terjadi serangan nuklir melalui pusat komando ini.
Bom Nuklir Rusia
Seperti diketahui, Rusia memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada Amerika.
Putin telah memberi tahu kepala pertahanannya untuk terus meningkatkan sistem kontrol senjata tersebut, meski telah ditingkatkan berulang kali.
Rusia memiliki 6.375 bom nuklir sedangkan Amerika Serikat memiliki 5.800 bom nuklir.
Putin baru-baru ini mengatakan dalam sebuah pertemuan dengan para kepala pertahanan bahwa triad nuklir akan selalu menjadi jaminan paling penting dan terpenting bagi keamanan militer Rusia.
Dengan bom nuklirnya tersebut, Rusia memiliki kapasitas untuk menghancurkan seluruh Bumi sekaligus.
Rusia mampu menjatuhkan bom atom menggunakan rudal permukaan ke permukaan, yang ditembakkan dari kapal selam nuklir dan pesawat pembom (melalui air, darat, maupun udara).
Laporan baru-baru ini, di tengah ketegangan Rusia yang terus berlanjut dengan negara-negara Barat, mengatakan bahwa sekarang militer Rusia menjadi yang terkuat untuk pertama kalinya sejak runtuhnya Uni Soviet.
Di zaman Uni Soviet, dulu jumlah bom atom di Rusia mencapai 40 ribu.
Rusia kemudian mengurangi jumlah senjata nuklirnya setelah perjanjian dengan Amerika Serikat.
Sebelumnya, karena Perjanjian INF (Perjanjian Kekuatan Nuklir Jangka Menengah), Amerika Serikat dan Rusia dilarang memproduksi rudal jarak pendek dan menengah tersebut.
Namun,karena Amerika Serikat (oleh Donald Trump) menarik diri dari perjanjian Perang Dingin tersebut, Rusia kini mulai membangun rudal permukaan-ke-permukaan lagi.
Hingga saat ini, rudal pembunuh ini hanya bisa ditembakkan dari kapal perang dan kapal selam.
Tak hanya itu, Putin mengizinkan Angkatan Laut Rusia membangun drone atau torpedo bawah air.
Torpedo ini juga memiliki kemampuan untuk melakukan atomisasi nuklir. Itu bisa ditarik oleh kapal selam.
Bunker nuklir Rusia sudah ada di bukit Ural
Putin menegaskan bahwa Amerika Serikat menganggap Rusia sebagai musuh militer utamanya dan berencana untuk melakukan serangan nuklir sebagai tanggapan atas serangan konvensionalnya.
Dia juga mengatakan bahwa sistem kendali senjata melemah.
Rusia membangun bunker bawah tanah ini untuk mengantisipasi kabar dari Amerika ini.
Putinmengatakan semua peralatan dan sistem komunikasi harus sesederhana dan dapat diandalkan seperti senapan AK-47.
Putin percaya bahwa serangan nuklir di negara itu akan menghasilkan serangan kontra-nuklir dengan bantuan bunker ini.
Saat ini, Rusia sudah memiliki duabunker, salah satunya di pegunungan Ural bagian utara dan satu lagi di pegunungan Ural bagian selatan di Yamatau.
Namun, Amerika pun tak tinggal diam dengan upaya Rusia dalam membangun bunker perlindungan tersebut.
Amerika Serikat pun membuat bom bunker nuklir B61-11 untuk menghancurkan bunker yang dibangun. Atom-atom ini akan siap tahun depan.
Tidak hanya itu, seperti Rusia, Amerika Serikat membangun bunker di kompleks Gunung Cheyenne milik Angkatan Udara AS.
Bunker komando nuklir Rusia ini bahkan menjadi target teratas Amerika.
Bunker Rusia dirancang untuk tetap berhubungan bahkan jika terjadi serangan nuklir.
Bunker di perbukitan utara Ural konon dibangun di bawah batu granit setebal 1000 kaki (304 meter).
Bunker nuklir kedua Rusia ada di Gunung Yamantau, dibangun di bawah batu setebal 3.000 kaki (914 meter).