Advertorial
Intisari-Online.com - Berdasarkan data dari Worldometers.info pada Rabu (4/11/2020), jumlah kasus virus corona (Covid-19) di seluruh dunia mencapai 47.833.664 kasus.
Sementara ada 1.219.680 kasus kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia.
Hampir seluruh negara di dunia telah melaporkan kasus positif Covid-19.
Namun ada juga beberapa negara yang mengonfirmasi tak memiliki kasus positif Covid-19.
Baca Juga: Catat, Ini Obat Penurun Panas Alami Untuk Mengobati Demam Bayi
Salah satunya Korea Utara.
Namun setelah hampir 11 bulan pandemi, kini Korea Utara dan Kim Jong Un tak bisa berkutik.
Dilansir dari nypost.com pada Rabu (4/11/2020), sebuahsumber mengatakan para korban virus mematikan itu dibiarkan kelaparan di "kamp karantina" rahasia, menurut sebuah laporan.
Tim Peters, seorang aktivis yang menjalankan Helping Hands Korea nirlaba yang berbasis di Seoul, mengatakan kepada South China Morning Post bahwa sumber telah melaporkan bahwa pasien Covid-19 menderita di kamp-kamp dekat perbatasan China.
“Salah satu informasi yang lebih mengkhawatirkan yang datang kepada kami adalah bahwa pemerintah Korea Utara sama sekali tidak menyediakan makanan atau obat-obatan kepada mereka yang dikebumikan di sana,” kata Peters.
“Jadi, terserah keluargapasien yang dikarantina untuk datang ke tepi kamp dan membawa makanan."
"Ini untuk menjaga pasienyang dikarantina tetap hidup beserta bantuan kesehatan apa pun yang bisa mereka kerahkan, baik itu membeli obat yang dijual atau bahkan pengobatan rumahan yang dikumpulkan dari lereng gunung."
"Sumber saya menunjukkan banyak orang di kamp-kamp ini telah meninggal."
"Tidak hanya karena pandemi tetapi juga karena kelaparan dan penyebab terkait," tambah Peters, yang kelompoknya mengirimkan pasokan medis dan lainnya ke Korea Utara.
Dia mengatakan laporan pengabaian yang sesuai dari orang-orang yang selamat dari kamp-kamp penjara rezim jahat, di mana "menyediakan makanan dalam jumlah yang benar-benar minimum" adalah rutin dan narapidana sering mati kelaparan tanpa bantuan dari keluarga mereka.
"Singkatnya, menurut saya situasi yang berkaitan dengan Covid-19 di Korea Utara sangat serius," katanya.
David Lee, seorang pendeta yang berbasis di Seoul yang bekerja dengan para pembelot Korea Utara, mengatakan para pengungsi telah melaporkan kasus orang dengan gejala virus corona.
Lalu mereka dipaksauntuk diisolasi atau ditampung di rumah mereka tanpa makanan atau dukungan lain dan dibiarkan mati.
Dia mengatakan para pejabat Korea Utara kekurangan sarana untuk melacak penyebaran penyakit yang dikenal di dalam negeri sebagai "penyakit hantu".
"Mereka tidak memiliki alat penguji yang tepat," katanya.
Aktivis hak asasi manusia lain yang berbasis di Korea Selatan mengatakan dia telah mengetahui bahwa beberapa mayat baru-baru ini dibakar setelah kasus dugaan virus corona yang melibatkan seorang pedagang yang diam-diam melakukan bisnis dengan China.
"Otoritas inspeksi pusat datang dari Pyongyang dan membakar semua jenazah," kata aktivis itu.
“Penduduknya sangat cemas,” katanya.
Sementara pada bulan lalu, Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un mengatakantidak ada orang di negaranya yang tertular virus tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengatakan kepada NK News bahwa hampir 3.400 warga Korea Utara telah dites penyakit itu pada pertengahan September.
Dan hasilnya negatif.