Advertorial
Intisari-online.com -Saat ini sedang ramai pemberitaan mengenai proyek pembangunan wisata premium Jurassic Park di Pulau Rinca.
Proyek tersebut adalah proyek peningkatan dan pengembangan wisata Komodo di Indonesia.
Proyek tersebut menuai banyak polemik setelah diberitakan kehidupan komodo terganggu dengan adanya truk dan mesin berat lain.
Namun, rupanya ada alasan mengapa megaproyek ini tetap dikerjakan oleh pemerintah.
Tahun 2019 lalu, mengutip Kompas.com, media wisata asal Amerika Serikat, Fodor's Travel meluncurkan daftar destinasi untuk dikunjungi dan lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada tahun 2020 ini.
Ada dua destinasi wisata Indonesia yang masuk daftar No List atau lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada 2020.
Yang pertama adalah Bali, dengan paparan Fodor's Travel berfokus pada dampak lingkungan dari pariwisata massal.
Sedangkan yang kedua adalah Pulau Komodo.
Fodor's Travel mengamati Pulau Komodo sebagai destinasi dengan biaya wisata yang terlalu murah.
Bahkan, pemerintah disebutkan patut menaikkan pajak turis untuk kelestarian hewan langka endemik tersebut.
"Pemangku kebijakan di Indonesia pada awalnya berencana untuk menutup Pulau Komodo selama satu tahun dari Januari 2020, tetapi membatalkan inisiatif itu setelah menentukan bahwa komodo yang hidup di sana tidak terancam oleh campur tangan wisatawan terhadap perilaku dan habitat mereka," tulis Fodor's Travel.
Menurut Fodor's Travel, saat ini UNESCO sedang mengawasi Pemerintah Indonesia, terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam pengelolaan Taman Nasional Komodo.
Meskipun menulis keterangan bahwa Pemerintah Indonesia sedang membahas pemberlakuan pajak turis dan pembatasan jumlah pengunjung ke Pulau Komodo, Fodor's Travel tetap mengajak turis untuk mempertimbangkan kunjungan ke sana.
Pulau Komodo dan Pulau Rinca sudah ditetapkan sebagai taman nasional sejak 1980 untuk melindungi satwa komodo atau Varanus komodoensis.
Komodo adalah hewan endemik purba yang hanya bisa ditemukan di NTT.
Mengutip keterangan resmi Kementerian PUPR, Senin (26/10/2020), proyek di TN Komodo tersebut merupakan bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur ( NTT).
Pembangunan besar-besaran
Salah satu kawasan yang akan mengalami perubahan desain secara signifikan adalah Pulau Rinca di Kabupaten Manggarai Barat.
Pulau habitat komodo ini akan disulap besar-besaran oleh pemerintah dan investor swasta sebagai destinasi wisata premium.
Pemerintah mengeklaim, proyek-proyek yang dikerjakan di TN Komodo tersebut tetap memprioritaskan aspek ekologi berkelanjutan bagi spesies komodo dan sosial bagi penduduk sekitar.
Baca Juga: 'Makhluk Purba' Ini Berani-beraninya Ganggu Kawanan Singa, Kisah si Buaya Akhirnya Seperti Ini
Pemerintah pusat menganggarkan dana sebesar Rp 69,96 miliar untuk menata kawasan Pulau Rinca yang meliputi bangunan pusat informasi, sentra suvenir, kafe, dan toilet publik.
Kementerian PUPR yang ditugaskan Presiden Jokowi juga akan membangun kantor pengelola kawasan, selfie spot, klinik, gudang, ruang terbuka publik, dan penginapan untuk peneliti.
Lalu pembangunan pemandu wisata (ranger), area trekking untuk pejalan kaki dan selter pengunjung didesain melayang atau elevated agar tidak mengganggu lalu lintas komodo.
Basuki mengeklaim, pembangunan infrastruktur pada setiap KSPN direncanakan secara terpadu, baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, serta perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pengembangan infrastruktur.
Kondisi yang sama di Pulau Komodo juga terjadi di Kepulauan Galapagos.
Fodor's Travel menyebutkan Kepulauan Galapagos memiliki permasalahan hampir mirip.
Pajak turis di Galapagos dinilai terlalu murah dan tidak naik selama 20 tahun.
Pajak turis yang terlalu murah dinilai tidak akan mengurangi dampak pariwisata massal.
Banyaknya kunjungan wisatawan ditakutkan akan berpengaruh pada kelestarian hewan langka, seperti komodo di Pulau Komodo dan kura-kura terbesar di dunia yang ada di Kepulauan Galapagos.
"Dengan keunikan dan keistimewaan dari pulau-pulau ini. memanfaatkan pariwisata sebagai potensi uang memang masuk akal. Namun, apakah kamu semua harus pergi ke sana?"
Seberapa jauh pemerintah dan komunitas lokal berupaya menjaga destinasinya, menurut Fodor's Travel, patut diperhatikan oleh setiap turis.
Hal tersebut juga dinilai lebih penting ketimbang menandai daftar impian petualangan.
Namun demikian, Fodor's Travel menulis bahwa keputusan diserahkan kepada pembaca karena pembaca yang merencanakan perjalanan sendiri.
"Oleh karena itu, yang ditampilkan dalam No List bukan daftar terlarang. Sebaliknya, ini adalah janji ketika kita benar-benar membahas tujuan yang disebutkan di sini, di tempat yang menakjubkan, kita akan berwisata dengan bertanggung jawab," tulis Fodor's Travel.
Fodor's Travel adalah media wisata yang berawal dari buku panduan wisata dengan cikal bakal berawal pada 1936 di London, Inggris.
Pada 1949, buku panduan wisata modern Fodor's Travel diproduksi di Perancis.
Kemudian, pada 1996 situs resmi Fodor's Travel dibuat. Selanjutnya, pada 2016 situs ini diakuisisi oleh perusahaan internet di California, Amerika Serikat.
(Muhammad Idris, Silvita Agmasari)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Proyek "Jurassic Park" di TN Komodo yang Jadi Polemik" dan "Pulau Komodo Masuk Destinasi yang Sebaiknya Tidak Dikunjungi 2020, Kenapa?"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini