Advertorial
Intisari-Online.com - Bicara soal perang pasti sangat menakutkan.
Apalagi jika melihat perang-perang yang pernah terjadi sebelumnya.
Misalnya Perang Koreadimulai pada tahun 1950 ketika Korea Utara menginvasi Korea Selatan menyusul bentrokan di sepanjang perbatasan.
Lalu China dan Uni Soviet mendukung utara sementara PBB, khususnya AS, mendukung Selatan.
Sekarang di tengah meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington, Presiden China Xi Jinping telah mengeluarkan peringatan mengerikan yang pasti akan membuat alarm berbunyi di seluruh Barat.
Mengutip bapak pendiri Republik Rakyat China, Mao Zedong, Presiden Xi berkata: "Biarkan dunia tahu bahwa 'rakyat Tiongkok sekarang terorganisir dan tidak boleh dianggap enteng'.”
Dilansir dariexpress.co.uk pada Sabtu (24/10/2020),Presiden Xi mengatakan China siap untuk "berperang dengan perang".
“Tujuh puluh tahun yang lalu, penjajah Imperialis menembaki ambang pintu China baru."
"Rakyat China memahami bahwa Anda harus menggunakan bahasa yang dapat dimengerti para penjajah."
"Untuk berperang dan menghentikan invasi dengan kekuatan, mendapatkan perdamaian dan keamanan melalui kemenangan."
“Orang-orang China tidak akan membuat masalah."
"Tetapi kami juga tidak takut dan tidak peduli kesulitan tantangan yang kami hadapi."
"Kaki kami tidak akan goyang dan punggung kami tidak akan menekuk."
"Tanpa pasukan tali, tidak akan ada ibu pertiwi yang kuat," ungkap Presiden Xi.
Selama perang, lebih dari dua juta tentaraChina dikerahkan untuk membantu Korea Utara.
Perang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953, tetapi tidak adanya perjanjian damai berarti membuat semenanjung Korea masih tetap berperang.
Dalam pidatonya, Presiden Xi mengecam motto "tak terkalahkan" dari tentara AS dan mengatakan pasukan China dan Korea Utara memaksa "penjajah" untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata.
“Setelah pertempuran yang sulit, pasukanChina danKorea Utarabersenjata lengkap, mengalahkan lawan mereka, menghancurkan mitos tentang tak terkalahkannya militer AS."
"Lalu kami memaksa penjajah untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata pada 27 Juli 1953."
Seperti diketahui bersama, ketegangan antara AS dan China telah mencapai titik didih selama beberapa bulan terakhir setelah pandemi Covid-19.
Presiden AS Donald Trump terus-menerus menyalahkan Beijing dengan tuduhan sengaja menyebarkan penyakit mematikan itu ke seluruh dunia.
Tentu sajatuduhansepihak itu dibantah oleh China.
Lalu ketegangan antara dua negara terus meningkat karena kehadiran militer mereka di Laut Cina Selatan.
Selama beberapa bulan terakhir, China telah membangun beberapa pangkalan militer di beberapa atol di wilayah tersebut dan menegaskan dominasi mereka.
Lalu militer AS melaluiMenteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak negara lain untuk melawan dominasi China di wilayah tersebut.
Sebab menurutnya China telah melanggarhukum internasional.
Diketahui Laut China Selatan adalah daerah yang sangat diperebutkan oleh beberapa negara seperti China, Malaysia, Taiwan, Vietnam dan Filipina.