Namun, tidak lama, tujuan AS melebar, dan pergantian presiden dari George H. W. Bush menjadi Bill Clinton tidak membantu.
Clinton hanya memiliki sedikit pengalaman kebijakan luar negeri, dan ia tidak tahu apa yang ia inginkan dari Somalia.
Pada 3 Oktober 1993, dalam upaya menangkap panglima perang Mohammad Farah Aidid, sekelompok pasukan Penjaga AS dan Pasukan Deltan mencoba lakukan serangan gabungan udara dan darat terhadap sasaran di pusat Mogadishu.
Kedua cabang operasi dengan cepat menjadi tidak beres, kendaraan darat berjuang untuk menemukan jalan mereka ke daerah sasaran, sementara salah satu helikopter jatuh setelah terkena granat berpeluncur roket.
Perkelahian berikutnya berlangsung hampir sepanjang malam, dan sebabkan jatuhnya helikopter lain, hilangnya 19 operator AS dan kematian lebih dari 1000 orang Somalia.
Saat unit-unit ini akhirnya memakan korban, kerugian yang dicapai akan sulit diganti, setiap operator telah hadiri pelatihan intensif bertahun-tahun, sehingga saat pasukan khusus didorong ke dalam situasi taktis konvensional di mana mereka tidak dapat memanfaatkan kemampuannya, pada akhirnya mereka akan menderita dan meninggal seperti prajurit lainnya.
Lebih ironis lagi, dalam kasus ini, banyak hilang beberapa pejuang terbaik AS.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
Source | : | national interest |
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR