Advertorial
Intisari-Online.com - Selama ini China berselisih dengan banyak negara.
Mulai dari konflik di Laut China selatan hingga konflik di perbatasan China-India.
Dalam menghadapi setiap konflik, China pun selalu menunjukkan kekuatan militeryang dilengkapi dengan senjata perang yang canggih.
Hal itu untuk menunjukkan bahwa China ingin mendominasi dalam setiap konflik dengan negara mana pun.
Bahkan, presidennya sendiri sampai turun tangan untuk memberikan perintah kepada pasukan untuk melakukan latihan perang.
Melansir Express.co.uk, Rabu (14/10/2020), Badan Keamanan Maritim Beijing mengatakan latihan sedang berlangsung di Laut Bohai di Timur Laut negara itu pada malam hari antara pukul 10 malam dan 6 pagi waktu setempat.
Latihan terjadi ketika Presiden Xi Jinping memeriksa Korps Angkatan Laut-Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) di Chaozhou pada hari Selasa.
Kunjungan itu sebagai bagian dari perjalanan ke Provinsi Guangdong, China Selatan.
Selama kunjungannya, Presiden Xi menekankan Korps Marinir China yang melindungi perairan laut negara itu harus fokus pada "kesiapan perang dan kemampuan tempur serta menjaga kesiapan tingkat tinggi."
Xi juga menekankan kepada pasukan China untuk fokus pada latihan "berorientasi pertempuran" dan "pasukan-ke-pasukan".
Kunjungan Presiden Xi, klaim analis militer, akan mengirimkan sinyal bahwa China akan "mempercepat persiapannya untuk setiap potensi konflik militer" di beberapa area.
Area yang dimaksud termasuk Laut China Selatan dan Taiwan yang disengketakan, yang diklaim Beijing sebagai bagian dari China.
China, yang selama bertahun-tahun terkunci dalam sengketa maritim dengan negara-negara pesisir lainnya di Laut China Selatan, dalam beberapa bulan terakhir mengadakan latihan militer di bagian-bagian jalur perairan strategis yang disengketakan.
Tapi AS menuduh China berusaha membangun "kerajaan maritim" di daerah itu.
Anggota Dewan Negara Wang Yi, diplomat tinggi pemerintah China, mengatakan Beijing dan anggota ASEAN harus bekerja sama untuk menghilangkan "gangguan eksternal" di Laut China Selatan.
Yi, yang sedang berkunjung ke Malaysia sebagai bagian dari tur singkat Asia Tenggara, tidak menjelaskan lebih lanjut tetapi menekankan pada konferensi pers kemarin: “Menurut pandangan kami, masa depan kawasan harus ditentukan oleh orang-orang di kawasan itu.
“Untuk negara-negara Asia Timur, kami memiliki hak untuk mencapai stabilitas kami sendiri.
"Kami juga memiliki hak untuk mengejar kebijakan luar negeri yang independen."
Namun, Menteri Luar Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan perselisihan tentang Laut Cina Selatan harus diselesaikan secara damai melalui dialog regional.