Advertorial

Tembakan Dilepaskan, Sebagian Pendemo Roboh dan Lainnya Lari Tunggang Langgang, Begini Mencekamnya Peristiwa Santa Cruz 1991 Timor Leste

Khaerunisa

Editor

Para pemuda bergabung dalam kelompok 'pejuang kemerdekaan Timor', 
melakukan perlawanan demi perlawanan selama 1975-1999
Para pemuda bergabung dalam kelompok 'pejuang kemerdekaan Timor', melakukan perlawanan demi perlawanan selama 1975-1999

Intisari-Online.com - Perlawanan terhadap tentara Indonesia terus dilancarkan kelompok pro kemerdekaan Timor Leste selama masa pendudukan tahun 1975 hingga 1999.

Para pemuda bergabung dalam kelompok 'pejuang kemerdekaan Timor', melakukan perlawanan demi perlawanan.

Salah satu nama pemuda yang akan terus diingat oleh rakyat Timor Leste adalah Sebastiao Gomes.

Dipicu oleh tertembaknya pemuda tersebut, rakyat Timor Leste melakukan aksi ke pemakaman Santa Cruz.

Baca Juga: Baru Merdeka Malah Perang Saudara, Media Jepang Ini Ungkap Kacaunya Pemerintahan Timor Leste yang Gagal Satukan Suara Rakyatnya Sendiri

Di hari rakyat Timor Leste ziarah ke makam Sebastiao itu pula, sebuah peristiwa mencekam terjadi, peristiwa yang dikenal sebagai pembantaian Santa Cruz.

Momen itu mengubah sejarah perjuangan kemerdekaan Timor, ketika dunia tidak bisa lagi menutup mata atas apa yang terjadi di Bumi Lorosae.

Seperti apa peristiwa Santa Cruz 1991 Timor Leste itu terjadi?

Melansir Tribun Pontianak dalam artikel berjudul 'Peluru Masih Bersarang di Pinggang' (13/12/2013), sebuah catatan perjalanan wartawan Tribun Pontianak, Stefanus Akim, mengisahkan betapa mencekamnya peristiwa Santa Cruz.

Baca Juga: ‘Jangan Minum Obat Maag dengan Air,’ Pesan dr. OZ Sebelum Meninggal Buat Penderita Maag yang Punya Golongan Darah O

Sebastiao Gomes meninggal dalam gereja Antonio Padua, Motael, Dili, setelah tubuhnya ditembus peluru panas.

Penembakan di gereja St Antonio Padua di Motael itu pun terus menjadi pembicaraan dan menyulut emosi warga Dili.

Rasa nasionalisme dan ingin berpisah dari Indonesia membuncah. Dua pekan kemudian, Minggu 12 November 1991, emosi warga Timor Leste semakin memuncak.

Usai misa di gereja St Antonio Padua Motael orang-orang mulai melakukan aksi protes di jalan. Warga berjalan kaki menuju pemakaman St Cruz. Mereka sekaligus ingin berziarah ke makam Sebastiao Gomes.

Baca Juga: China Tak Bisa Berkutik Lagi, Militer Negeri Panda Bisa Kalah Bahkan Hancur Lebur Ketika Lawan Taiwan Setelah AS Kirim3 Senjata Canggih nan Mematikan Ini

Bulan Novermber kebetulan adalah adalah bulan arwah dalam kalender liturgi, umat Katolik biasanya berziarah ke makam, mendoakan mereka yang meninggal.

Menunju pemakaman Santa Cruz, warga Timor Leste dalam aksi itu pun membentangkan spanduk, Viva Xanana.

Sementara itu tentara Indonesia berjaga di sudut-sudut jalan dengan senjata siaga.

Namun, aksi demo itu berakhir rusuh, tiba-tiba datang rentetan tembakan.

Baca Juga: Jumlah Kekayaannya Lebih dari 50 Kali Kekayaan Ratu Elizabeth, 2 Negara Tetangga Indonesia Ini Masuk 5 Negara Terkaya di Dunia, Indonesia Kira-kira Nomor Berapa?

Pendemo di bagian belakang roboh, yang lain bubar, lari tunggang-langgang.

Suasana pemakaman Santa Cruz berubah mencekam dan menjadi pertumpahan darah.

Dalam peristiwa itu, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor Leste memperkirakan sedikitnya 271 orang tewas.

Pembantaian ini disaksikan dua jurnalis Amerika Serikat, Amy Goodman dan Allan Nairn, serta terekam video Max Stahl.

Dalam video Max Stahl juga terekam aksi Amali, salah satu pendemo, yang menolong Levi, pendemo lainnya.

Baca Juga: Cara Ampuh Memutihkan Gigi yang Kuning dengan Baking Soda, Mudah dan Hasilnya Langsung Terlihat

Dalam rentetan tembakan Amali menggendong Levi yang berlumuran darah.

Kini, aksi heroik Amali mendapat penghargaan dari pemerintah Timor Leste.

Pemerintah membuat patung yang menggambarkan Amali menolong Levi di pinggir Pantai Motael tak jauh dari Gereja St Antonio Padua, Motael, tempat pertama kali aksi demo berlangsung.

Kejadian itu diperingati sebagai Hari Pemuda.

Baca Juga: Jumlah Kekayaannya Lebih dari 50 Kali Kekayaan Ratu Elizabeth, 2 Negara Tetangga Indonesia Ini Masuk 5 Negara Terkaya di Dunia, Indonesia Kira-kira Nomor Berapa?

"Ada di antara anak muda yang meletakkan bunga di patung kami, mereka mungkin mengira kami sudah meninggal," kata Amali.

Pendemo lainnya bernama Saldahnya. Ia punya kisah lainnya ketika penembakan itu terjadi.

Pemuda Timor Leste tersebut ikut tertembak, bahkan peluru itu tetap bersarang di pinggangnya.

"Saya disarankan operasi ke Surabaya untuk angkat peluru. Tapi saya khawatir, siapa tahu dokternya anak seorang tentara Indonesia yang ayahnya bertugas di sini dan kebetulan meninggal di Timor Leste," ujar dia.

Baca Juga: Gunakan Drone, Pasukan Khusus, hingga Pasukan Udara, Militer China Siap Invasi Taiwan Habis-habisan, Pemerintah Taiwan Hanya Diberi 2 Pilihan Ini

Mengutip irishtimes.com, rekaman Max Stahl sendiri merupakan satu-satunya bukti video yang ada, diselundupkan ke luar wilayah beberapa hari kemudian setelah peristiwa itu.

Rekaman itu membawa titik balik dalam sejarah Timor Lorosa'e: mengingatkan dunia akan kekejaman yang terjadi di sana; mendapatkan, akhirnya, dukungan internasional yang luas untuk perjuangan rakyat Timor; dan menempatkan negara kecil di Asia Tenggara ini di jalan menuju penentuan nasib sendiri.

Stahl adalah salah satu dari sedikit jurnalis asing yang bekerja secara diam-diam di negara itu.

Ia merekam tentara yang menembak, memukuli, dan menyeret orang pergi.

Baca Juga: Susi Pudjiastuti Tak Kuasa Tahan Kesedihan Saat AdaMahasiswa UGM Dipukul Bertubi-tubi Saat Demo Omnibus Law,Hanya Berikan Komen Seperti Ini

Dia memperhatikan bahwa korban yang masih bisa bergerak sedang menuju ke arahnya.

“Mereka menunjukkan kepada saya luka mereka,” kenangnya.

“Mereka melihat kamera, dan mereka ingin dunia melihat. Mereka sekarat di sekitarku, dan yang selamat kemudian mengatakan ini padaku - yang lebih penting daripada fakta kematian mereka adalah bahwa kematian mereka bermakna; bahwa semua ini harus 'untuk' sesuatu."

Dia ditangkap, tetapi sebelumnya mengubur dua gulungan film di kuburan. Malam itu, setelah diinterogasi selama sembilan jam, dia mengambil rekaman itu.

Baca Juga: Bukannya Kabur Tanpa Tinggalkan Jejak, Pencuri Ini Justru Minta Maaf Setelah Mencuri Uang dan Barang Seharga Rp14 Juta

Sementara itu mengutip amnesty.org (13/11/2012), disebut belum ada proses yang komprehensif untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran HAM berat yang dilakukan pada tahun 1999 dan selama pendudukan Indonesia yang dimulai pada tahun 1975.

Lebih dari 300 orang yang didakwa melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran HAM berat terus menghindari keadilan di Indonesia.

Disebut juga bahwa otoritas negara telah menolak untuk bekerja sama dengan sistem peradilan yang disponsori PBB di Timor-Leste dan untuk mengekstradisi warga negara mereka yang dicurigai melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia yang serius.

Menurut amnesty.org, di Indonesia, semua 18 terdakwa yang semula diadili atas kejahatan yang dilakukan di Timor-Leste selama 1999 oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia ad hoc di Jakarta kemudian dibebaskan oleh pengadilan tersebut atau kemudian pada tingkat banding.

Baca Juga: Pantas Jadi Incaran China, Cadangan Gas Kembali Ditemukan di Natuna, Dinilai Jadi Potensi yang Masih Menjanjikan

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait