"Bioskop tidak ingin berurusan dengan popcorn, karena mereka mencoba meniru apa yang dilakukan di bioskop yang sebenarnya.
"Mereka memiliki karpet dan permadani yang indah dan tidak ingin popcorn digiling ke dalamnya," ungkap Smith.
Bioskop mencoba menarik pelanggan kelas atas dan tidak ingin berurusan dengan sampah konsesi yang mengganggu.
Mereka juga tidak ingin ada kebisingan mengganggu yang ditimbulkan dari suara orang makan selama pemutaran film.
Ketika film bioskop mulai menambahkan suara pada 1927, industri bioskop mulai membuka dirinya untuk pelanggan yang lebih luas.
Dulunya hanya ada film bisu (tanpa suara).
Pada 1930, penonton di bioskop telah mencapai 90 juta per minggu, meski begitu pemilik bioskop masih ragu untuk membawa makanan ringan ke dalam bioskop.
Popcorn masuk bioskop
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR