Advertorial
Intisari-online.com - Ketika Nazi berkuasa atas Jerman, banyak hal besar terjadi,salah satunya genosia Yahudi yang dilakukan oleh Adolf Hitler.
Hitler sendiri percaya pada keyakinan bahwa bangsa Arya umumnya orang Jerman adalah orang-orang pilihan.
Selain itu dia menaruh kebencian pada orang Yahudi sebagai musuh rasial, perusakkemurnian ras Arya.
Untuk itu, pemusnahan massal bangsa Yahudi dilakukan oleh Nazi, termasuk dengan menebar propaganda untuk memusuhi bangsa Yahudi.
Melansir The Washington Post pada tahun 1930-an Nazi menggunakan taktik propaganda untuk menebar kebencian pada orang Yahudi.
Professor Richard Weikart dari California State University, menjelaskan para pemimpin Nazi menggunakan berbagai jenis alat komunikasi.
Untuk menjual pesan yang menjatuhkan bangsa Yahudi dan menebar kebencian pada mereka.
Perkataan itu disebarkan terus-menerus, untuk mengkriminalisasi Yahudi dalam arahan Nazi tahun 1943 kepada pers Jerman.
Dalam propaganda itu salah satunya yang diungkapkannya adalah:
"Orang-orang Yahudi bukan bangsa seperti negara lain, mereka membawa kriminalitas turun temurun," katanya tahun 1940.
Menggambarkan orang Yahudi sebagai parasit budaya yang mengembara, dan itu terbukti hari ini di mana bangsa Yahudi menjadi parasit yang hidup di tanah Palestina.
Koran seprti Der Sturmer mencetak kartun anti-Semit secara teratur.
Kemudian pada akhir 1930-an, nada propaganda Nazi yang semakin fanatik mencerminkan meningkatnya radikalisme kebijakan anti-semit rezim, ungkap BBC.
Stereotipe itu menjelaskan tentang kecemasan, jika Yahudi dibiarkan hidup dalam perkembangan modern.
Sementara itu dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam academia.oup.com, berbicara tentang "Kebenaran batin tetua Zion dalam propaganda Nazi tahun 1933-1945."
Hal itu kemungkinan besar menjadi alasan ketakutan Nazi bahwa Yahudi adalah ancaman nyata di masa depan.
Diramalkan bangsa Yahudi bisa menguasai dunia, hal itu tertuang dalam dokumen The Protocol of The Elders of Zion.
Awalnya dokumen itu dituduh sebagai berita palsu, namun hal itu kemungkinan besar menjadi pemicu ketakutan Adolf Hitler dan Goebbels.
Pada 10 April 1924, pemuda Joseph Goebbels menulis dalam buku hariannya, "Saya percaya bahwaProtokol Para Tetua Zionadalah sebuah pemalsuan."
"Itu bukan karena pandangan dunia aspirasi Yahudi yang diekspresikan di dalamnya terlalu utopis atau fantastis orang melihat hari ini, bagaimana satu hal demi satu dariThe Protocolsdirealisasikan melainkan karena saya tidak berpikir orang Yahudi begitu bodoh sehingga tidak mematuhinya."
"Rahasia protokol penting tersebut.Saya percaya pada kebenaran bagian dalam, tetapi tidak faktual, dariThe Protocols," katanya.
Pada waktu yang hampir bersamaan, Adolf Hitler mendikteMein Kampf.Dia juga sedang memikirkan tentangThe Protocols.
Kedua pemimpin menyadari bahwaThe Protocolsadalah palsu, tetapi keduanya mengira itu berisi "kebenaran batin".
Sembilan belas tahun kemudian keduanya membahasThe Protocolstepat sebelum Goebbels meluncurkan salah satu kampanye anti-semitnya secara berkala.
Goebbels, yang telah membaca ulang, berkomentar bahwa rekan-rekan propagandanya menyatakan bahwa itu tidak berguna untuk propaganda kontemporer.
Tetapi dia berpikir, "Saya menyimpulkan dari bacaan saya (meskipun demikian) bahwa kita dapat menggunakannya dengan sangat baik. JikaProtokolZionistidak asli, itu dihasilkan oleh kritikus kontemporer yang brilian."
Setelah membicarakannya dengan Hitler, menteri propaganda menulis dalam buku hariannya: "Sudut pandangHitler adalah bahwaProtokolZionisdapat mengklaim keaslian mutlak."
"Tidak ada yang bisa mengungkapkan rencana Yahudi untuk menguasai dunia sebaik orang Yahudi sendiri," ungkapnya.