Sarante menjelaskan, pendalaman ini dilakukan guna memastikan status hukum kedua prajurit tersebut.
"Apakah bisa diangkat sebagai tersangka atau hanya sebagai saksi," kata Sarante.
Adapun satu prajurit TNI AU yang telah ditetapkan sebagai tersangka disangkakan dengan pasal 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
Pasal 170 ayat (1) KUHP menyatakan, barangsiapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
Kemudian pada Pasal 170 ayat (2) mengatur;
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat;
3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.
"Dari 19 orang ini, yang sudah kita angkat sebagai tersangka satu orang. Kita kenakan pasal 170, di mana dia memang mengikuti dan di waktu yang bersamaan dengan kejadian yang ada," jelas Sarante.
Belum ditemukan keterkaitan dengan insiden 2018
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, penyidik belum menemukan fakta jika 65 tersangka ini sebelumnya pernah terlibat dalam penyerangan Mapolsek Ciracas pada 2018.
"Sampai saat ini hasil pemeriksaan yang kita lakukan, belum ditemukan adanya prajurit yang melakukan kegiatan pada tahun 2018, itu," ujar Eddy.
Hal senada juga diungkapkan Komandan Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Puspom AD), Letjen TNI Dodik Widjonarko.
Menurutnya, 47 tersangka dari TNI AD merupakan prajurit Tamtama lulusan 2017 dengan pangkat saat ini prajurit dua (prada). Dengan demikian, saat peristiwa 2018 terjadi, mereka masih menempuh pendidikan lanjutan.
"Sehingga pada saat kejadian 2018 itu, mereka masih proses pendidikan, sehingga mereka tidak ikut," kata Dodik.
Penyesalan Prada MI
Komandan Polisi Militer (Danpom) Kodam Jaya Kolonel CPM Andrey Swatika Yogaswara mengungkapkan, Prada MI tak menyangka berita bohong mengenai penganiayaan yang dialaminya ternyata berujung penyerangan Mapolsek Ciracas.
Hal tersebut diungkapkan Prada MI saat menjalani penyidikan sebagai tersangka kasus dugaan penyerangan Mapolsek Ciracas.
"Dari apa yang disampaikan oleh tersangka, tersangka tidak sampai pemikiran efek dampak cerita bohong (hingga berujung penyerangan) ini," ujar Yogaswara.
Prada MI, kata dia, juga merasa malu dan takut atas perbuatannya setelah mengetahui dampak perbuatannya itu.
Sementara itu, Dodik mengungkapkan, Prada MI mengaku telah menyesali perbuatannya setelah mengetahui dampak buruk atas berita bohong.
"Dari pemeriksaan yang kita lakukan, dari keterangan yang diberikan tentunya dia saat ini sudah merasakan bagaimana dampak buruknya dan penyesalan itu terjadi," ungkap Dodik.
Source | : | kompas |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR