Advertorial
Intisari-Online.com - SaatTimor Timur masih bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ada sejumlah gangguan keamanan yang dilancarkan oleh kelompok bersenjata yang bertujuan ingin memisahkan diri dari Indonesia.
Saat itu, Fretilin adalah salah satu kelompok yang ingin mendapatkan kemerdekaan bagi Timor Timur.
Pemimpin kelompok itu menyerukan anggotanya untuk menyerang prajurit TNI, yang ketika itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Untuk menumpas Kelompok Kriminal Bersenjata Fretilin itu ABRI mengirimkan sejumlah pasukan khusus.
Bahkan, Prabowo Subianto dan timnya juga turut memburu pimpinan KKB Timor Timur yang bernama Nicolau Lobato itu.
Melansir dari Surya yang mengutip dari Buku 'Jenderal M. Jusuf, Panglima Para Prajurit' karya Atmadji Sumarkidjo, awalnya Prabowo Subianto beserta pasukannya dikerahkan setelah ABRI menerjunkan pasukan gabungan yang dinamai Batalyon Parikesit.
Prabowo Subianto beserta pasukannya diterjunkan untuk membantu misi pasukan gabungan Yon Parikesit yang berisi prajurit dari kesatuan elit seperti Kopassandha (Kopassus), Marinir serta Kopasgat (Paskhas).
Tugas mereka hanya satu yakni mengeksekusi Nicolao Lobato yang merupakan pimpinan Fretilin
"Tangkap Nicolao Lobato, hidup atau mati!" tegas panglima kepada Kolonel Dading Kalbuadi selaku komandan operasi Seroja.
Konsep perburuan pasukan ABRI saat itu menggunakan taktik Mobile Udara (Mobud), dimana pasukan akan diterjunkan menggunakan helikopter melalui tali (fast ropping) di titik pendaratan.
Debut pertempuran Yon Parikesit terjadi di wilayah Laklobar dan Soibada.
Di sana, tim berhadapan dengan KKB Timor Timur yang mengawal Lobato.
Pasukan elit Nanggala-28, Pimpinan Kapten Prabowo Subianto diterjunkann bersamaan dengan Kompi Yonif Linud 700 Kodam XIV, satu kompi Yonif Linud 401 Banteng Raiders dan Batalyon 744 Somodok pimpinan Mayor Yunus Yosfiah.
30 Desember 1978, Kapten Prabowo melapor pada Mayor Yusuf Yosfiah jika anggotanya ada yang memergoki pergerakan sejumlah besar anggota KKB Timor Timur.
Hal ini dinilai janggal karena Fretilin amat jarang mengerahkan pasukan besar yang bergerak bersama-sama, dugaan kuat pasti Lobato ada ditengah-tengah mereka.
Laporan ini lantas diteruskan kepada Kolonel Sahala Radjagukguk yang berada di lapangan untuk memperketat pengepungan terhadap pasukan Lobato.
Kapten Prabowo juga diberi tugas mengkoordinasikan pengepungan dengan seluruh kekuatan yang ada.
Nanggala-28 pimpinan Prabowo Subianto kemudian meluncur ke lokasi pengepungan dan langsung terjadi pertempuran sengit!
Sejumlah KKB Timor Timur pengawal Lobato tewas, namun presiden Fretilin itu tak mau menyerah.
Ia mencoba melarikan diri bersama sisa pengawalnya.
Namun pelariannya berhasil dicegat oleh Yon 744 Somodok pada 31 Desember 1978.
Pertempuran jarak dekat terjadi antara Yon 744 Somodok dan pasukan Lobato.
Dikutip dari buku 'Timor Timur The Untold Story' karya Kiki Syahnakri, pelarian Lobato berakhir setelah ia ditembak oleh Sertu Jacobus Maradebo, seorang prajurit ABRI asli Timor Timur tepat di dadanya.
Usai dipastikan tewas, Panglima ABRI M Jusuf melapor ke Presiden Soeharto jika pentolan utama Nicolao Lobato berhasil dieliminasi. (Putra Dewamngga Candra Seta/Surya)
Artikel ini telah tayang di Surya dengan judul Pimpinan KKB Timor Timur Ditembak Mati Prajurit ABRI, Sempat Bertempur Sengit dengan Pasukan Prabowo