Advertorial
Intisari-Online.com - Saudara perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong, belakangan banyak diperbincangkan.
Wanita dari keluarga Kim itu seolah menjadi orang nomor dua di Korea Utara, setelah Kim Jong-un.
Diduga ia tengah disiapkan menggantikan sang kakak menjadi pemimpin Korea Utara.
Meski konon tak ada yang boleh membayangi posisi Kim Jong-un, namun keberadaan sosok berpengaruh di Korea Utara selain sang pemimpin bukan pertama kalinya terjadi.
Sebelumnya, Jang Song-thaek secara luas dianggap sebagai tokoh paling kuat kedua di Korea Utara.
Ia merupakan suami dari putri mendiang pendiri Korea Utara, Kim Il-sung, sekaligus paman Kim Jong-un.
Setidaknya begitulah sebelum ia menjadi target eksekusi Kim Jong-un karena dianggap merencanakan pemberontakan.
Ya, kisah eksekusi Jang Song-thaek menjadi salah satu yang paling sering diperbincangkan, menggambarkan bagaimana Kim Jong-un tak pandang bulu menghukum orang-orang yang dianggap berkhianat.
Melansir The New York Times, biografi Jang Song-thaek ditulis oleh Ra Jong-yil, mantan wakil direktur Badan Intelijen Nasional, berjudul 'Son-in-Law of a Theocracy' (Menantu Teokrasi), disebut sebagai biografi paling 'kaya' yang menggambarkan paman Kim Jong-un itu.
Jang disebut sebagai korban paling menonjol dari pembersihan yang dilakukan keponakan mudanya sejak memegang kekuasaan pada tahun 2011.
Dikisahkan bergabungnya Jang Song-thaek dalam keluarga Kim, bermula dari pertemuannya dengan Kim Kyong-hee, putri pendiri Korea Utara, Kim Il-sung.
Jang bertemu dengan putri pendiri Korea Utara, Kim Il-sung itu saat keduanya kuliah di Universitas Kim Il-sung pada pertengahan 1960- an.
Disebut putri Kim Il-sung mulai menyukai Tuan Jang, yang tinggi dan lucu, dan menyanyi serta memainkan akordeon.
Bahkan, ketika ayahnya memindahkan pemuda itu ke perguruan tinggi provinsi untuk memisahkannya dari Jang, Kim Kyong-hee tak menyerah.
Wanita yang juga merupakan bibi Kim Jong-un itu melompat ke sedan Soviet Volga-nya untuk menemui Jang setiap akhir pekan.
Begitu mereka menikah pada tahun 1972, karier Jang meningkat pesat di bawah perlindungan Kim Jong-il, saudara iparnya dan penerus rezim yang ditunjuk.
Dalam memoarnya, seorang koki sushi Jepang untuk Kim Jong-il dari tahun 1988 hingga 2001 yang menggunakan nama alias Kenji Fujimoto mengingat Tuan Jang sebagai orang iseng yang suka bersenang-senang yang biasa menghadiri jamuan makan yang bisa berlangsung sampai pagi atau bahkan beberapa hari.
Fitur utama dari acara tersebut adalah "regu kesenangan" yang terdiri dari wanita muda dan menarik yang akan menari cancan, menyanyikan lagu country Amerika atau menampilkan striptis, menurut buku dan catatan para pembelot.
Jang juga memobilisasi diplomat Korea Utara ke luar negeri untuk mengimpor produk susu Denmark, kaviar Laut Hitam, cognac Prancis, dan elektronik Jepang, hadiah yang dibagikan Kim selama pesta untuk menjaga kesetiaan para elitnya.
Tetapi diplomat Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan juga mengatakan bahwa selama perjalanannya ke luar negeri untuk berbelanja untuk Tuan Kim, Tuan Jang akan banyak minum dan berbicara dengan sedih tentang orang-orang yang sekarat karena kelaparan di kampung halaman.
Hanya sedikit yang mendapat manfaat lebih dari Jang atas rezim yang dia layani dengan setia.
Tetapi dia tidak pernah sepenuhnya dipeluk oleh keluarga Kim karena dia bukan saudara sedarah.
"Eksistensi liminal" ini memungkinkannya untuk melihat absurditas rezim lebih jelas daripada tokoh lain di dalamnya, tulis Ra.
Ra berkata bahwa Hwang Jang-yop, sekretaris partai Korea Utara yang membelot ke Seoul pada tahun 1997 dan tinggal di sini sampai kematiannya pada tahun 2010, berbagi percakapan yang pernah dia lakukan dengan Tuan Jang.
Ketika diberitahu bahwa ekonomi Korea Utara sedang mengalami krisis, Tuan Jang menanggapi dengan sinis: "Bagaimana ekonomi yang sudah berada di dasar bisa turun lebih jauh?"
Disebut jika setelah ayah Kim Jong-un menderita stroke pada tahun 2008 dan meninggal pada tahun 2011 , Jang membantu keponakannya yang masih muda, Kim Jong-un, memantapkan dirinya sebagai penggantinya.
Pada saat yang sama, dia memperluas pengaruh dan ambisinya sendiri.
Dia merebut hak yang menguntungkan untuk mengekspor batu bara ke China dari militer dan memberikannya kepada departemen administrasinya.
Dia membersihkan saingannya, termasuk Ri Yong-ho , kepala staf umum militer, dan U Dong-chuk, wakil direktur di Kementerian Keamanan Negara, polisi rahasia Korea Utara.
Berhasil meluncur naik ke posisi atas perpolitikan Korea Utara, karier juga hidupnya malah berakhir mengenaskan karena ia dijatuhi hukuman mati pada tahun 2013.
Jang dihukum karena pengkhianatan dan dieksekusi di tempat yang sama dan dengan cara yang sama seperti para komplotannya, kata badan intelijen Korea Selatan.
Komplotan tepercaya Jang di departemen administrasi Partai Buruh yang berkuasa adalah Ri Ryong-ha dan Jang Su-gil.
Mereka dihancurkan oleh senapan mesin antipesawat, menurut Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, kemudian para algojo membakar tubuh mereka dengan penyembur api.
Meski terkait cara eksekusi Jang Song-thaek terdapat beberapa versi, namun belum lama ini terungkap kisah lain dari eksekusi paman Kim Jong-un tersebut.
Kisah itu diceritakan jurnalis investigasi Bob Woodward, melalui bukunya 'Rage', tentang Presiden AS, Donald Trump.
Wodward menyebut bahwa Kim Jong-un menunjukkan 'tubuh tanpa kepala' pamannya kepada pejabat senior Korea Utara untuk membangkitkan ketakutan.
Jurnalis itu mengungkapkan bagaimana diktator tersebut memberi tahu Trump bahwa dia membunuh pamannya dengan menundukkan kepalanya dan kemudian meletakkan kepalanya di dada mayat, kemudian memaksa pejabat tinggi untuk melihat tontonan yang mengerikan itu.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari