Advertorial
Intisari-online.com -Pemilihan presiden Amerika Serikat yang akan dilaksanakan pada 3 November besok akan menjadi poin sejarah penting.
Namun seorang pakar berpendapat siapapun yang memenangkan Gedung Putih, tidak akan berguna jika masih lembek terhadap Korea Utara.
Rupanya ada alasan bagus mengapa hal ini disampaikan.
Korea Utara makin giat membangun senjata pemusnah massal dan rudal balistik.
Tujuan mereka pun hanya satu: mengancam AS dan sekutu-sekutunya.
Sehingga Washington harus mengambil kebijakan tegas menahan dan mengeliminasi ancaman Korut.
Maka pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa pilihan administrasi pemerintahan selanjutnya miliki menghadapi program senjata pemusnah massal Pyongyang?
Kebijakan administrasi Trump yang memberikan sanksi maksimal agar Kim Jong-Un melakukan denuklirisasi masih belum berikan pilihan terbaik.
Baca Juga: Kutu Beras Bikin Jengkel? Coba Gunakan Bahan Dapur Ini, Dijamin Langsung Pergi dan Tak Kembali Lagi
Pasalnya Pyongyang tidak akan menghentikan program nuklir dan misil mereka.
Lalu pilihan apa yang bisa dilakukan?
Mengutip diskusi virtual yang dilaksanakan oleh tim Studi Korea dari National Interest, para panelis kelas dunia mulai sarankan beberapa hal yang bisa dilakukan dalam menghadapi kedua negara ini.
Bill Richardson, mantan anggota Kongres, mantan Duta Besar PBB, mantan Menteri Energi AS dan mantan Gubernur New Mexico, mengungkapkan beberapa poin pentingnya mengenai kebijakan yang tepat tentang Korut.
Salah satunya adalah tidak perlunya dilakukan pertemuan tingkat tinggi dengan Kim Jong-Un.
Menurut Gubernur Richardson, tidak perlu lagi mendesak Kim Jong-Un untuk segera bertemu dan mendiskusikan kepentingan AS yang dianggap merugikan Korut.
Kedua, pembicaraan Enam Negara perlu diupayakan kembali, dengan mengajak Rusia dan China untuk menggagas kebangkitan nuklir Korut.
Pembicaraan dengan China dan Rusia bukan untuk menggantikan pembicaraan bilateral antara AS dan Korut, melainkan sebagai bahan pendukung dalam hubungan kedua negara.
Kemudian, memanfaatkan situasi Covid-19 di Korut akan menjadi keunggulan, lewat China tentunya.
Selanjutnya, dengan Korsel dan Jepang sebagai sekutu AS, sudah seharusnya pembicaraan antara ketiga negara diarahkan mengenai Korut.
Korsel adalah sekutu AS yang berharga, dan mungkin satu-satunya negara yang berhasil menjaga hubungan baik dengan Korut terlepas dari kondisi mereka yang masih dalam perang.
Oleh sebab itu menurut Bill Richardson hal yang paling terbaik adalah mendekati Korut lewat negara-negara di sekitar negara di semenanjung Korea tersebut.
Baca Juga: Peneliti Ungkap Ini Bagian Tubuh Wanita yang Paling Sensitif Disentuh
Pembicaraan langsung dengan Korut tidak pernah membuahkan hasil karena pada dasarnya sulit berbicara dengan negara yang yakin bahwa tindakan mereka seluruhnya benar, dengan rezim yang dibangun oleh dinasti Kim.
Korut sementara itu tidak dapat diremehkan tidak paham dengan apa yang terjadi di dunia, sehingga mengajak mereka berbicara langsung dengan pura-pura tidak mengetahui kemampuan mereka adalah tindakan yang meremehkan negara lain.
Jenderal Wallace Gregson, Jenderal yang pernah bertugas di Pasifik menyebutkan bahwa upaya diplomasi dan pelucutan senjata justru membawa dampak yang buruk.
Sudah 3,5 tahun upaya pelucutan senjata itu berusaha dilakukan dan kurang berhasil.
Apa yang sekiranya menjadi alat pelindung Kim Jong-Un jika ia menghentikan program pengembangan nuklir yang telah lama dibangun oleh kakeknya sendiri?
Kim Jong-Un bukan sosok yang bisa diremehkan, ia sendiri sekolah di Switzerland saat AS membunuh Khadafi, sehingga ia tahu betul bagaimana nasib pemimpin negara yang tidak tunduk kepada AS.
Industri perdagangan senjata sangat menunjang kehidupan Korut, terutama kehidupan mewah Kim Jong-Un.
Kemudian ancaman dari Korut tidak hanya dari senjata pemusnah massal, Korut juga tercatat pernah membunuh salah satu pejabat tingginya di negara lain.
Sehingga menuntut pelucutan senjata bukanlah hal yang mudah untuk Korut.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini