Advertorial
Intisari-online.com - Seperti yang kita ketahui, China dan Amerika terus meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan.
Banyak pakar mengeluarkan prediksi, jika perang terjadi antara Amerika dan China.
Negara Adidaya sekelas Amerika tidak akan tinggal diam dan akan membuat rencana serius untuk melakukan penghancuran sistematis, di pusat-pusat kota.
Sementara itu beberapa waktu lalu, China dengan berani menembakkan rudal ke arah Amerika di Laut China Selatan.
Tindakan itu bukan untuk menantang perang melainkan, China berusaha mengusir Amerika yang melakukan tindakan provokatif di wilayah itu.
Amerika sendiri saat ini juga terus mengusik aktivitas China di Laut China selatan karena tindakan China yang dinilai semena-mena.
Negeri Tirai Bambu itu dengan berani membangun pangkalam militer di Laut China Selatan dan juga menciptakan pulau buatan.
Menurut Daily Express, sebuah dokumen mengungkap rencana besar AS berangus China pada masa lalu.
Menurut sebuah laporan yang ditulis Express Minggu (27/8/20), hal itu berawal dari permusuhan Amerika dengan Uni Soviet.
Dalam Studi Persyaratan Senjata Atom Komando Udara Strategis (SAC) mengungkapkan daftar target nuklir paling rinci yang pernah dideklasifikasi.
Itu dipublikasi sebagai hasil permintaan William Burr seorang analis senior di Arsip Keamanan Nasional Universitas George Washington.
Dokumen itu mengarahkan ke proyek dokumentasi sejarah nuklir kelompok itu.
Dia menuliskan, "prioritas terget dan taktik pengeboman adalah mereka akan membuat penduduk sipil dan pasukan di dekatnya terkena dampak radioaktif yang mematikan."
"Para penulis mengembangkan rencana penghancuran sistematis target industri perkotaan blok Soviet yang secara khusus dan eksplisit menargetkan populasi di semua kota termasuk Beijing dan Moskow, Leningrad, Berlin Tiur, dan Warsawa," katanya.
Tujuan utama dari rencana AS adalah menghilangkan kekuatan udara Uni Soviet yang dianggap kunci strategi mereka untuk mengerahkan senjata nuklir mereka sendiri.
File tersebut mengatakan, "Persyaratan untuk memenangkan pertempuran udara adalah yang paling penting dari semua pertimbangan lainnya."
Dokumen SAC yang dideklisifikasi tahun 2006, termasuk daftar lebih dari 1.100 lapangan udara di blok Soviet, dengan nomor prioritas setiap pangkalan.
SAC juga mendaftarkan lebih dari 1.200 kota di Jerman Timur, hingga China dengan prioritas yang ditetapkan.
Moskow dan Leningrad masing-masing menjadi prioritas satu dua, kemudian Beijing menjadi prioritas ke 13.
Baik di Moskow dan Leningrad, SAC menginstalasi kekuatan udara seperti pasukan komando Angkatan Udara Uni Soviet, yang akan dihancurkan dengan senjata termonuklir.
Ada juga rencana untuk menindak lanjuti serangkaian pukulan terakhir, dengan kekuatan dua kali lipat dari hasil bom Little Boy, yang dijatuhkan di Jepang.
SAC merekomendasikan produksi senjata 60 megaton yang diyakini, untuk mencegah serangan mendadak Uni Soviet.
Konflik nuklir itu beruntung tidak terjadi meskipun terdengar sangat mencekam.
Pada akhirnya semua berhasil dihindari berkat Mutually Assured Destruction (MAD).
Itu merupakan keyakinan bahwa perang habis-habisan akan terjadi karena kedua negara sama-sama memiliki senjata pemusnah massal.
Bahkan jika dilakukan hal itu bisa menghapus keberadaan negara-negara itu dari peta.