Uang patungan proyek Monas lainnya berasal dari sumbangan wajib pengusaha bioskop dari seluruh pelosok Tanah Air.
Sepanjang November 1961-Januari 1962 tercatat 15 bioskop menyumbang Rp 49.193.200,01.
Bioskop Parepare, Sulawesi Selatan, misalnya, menyumbang Rp
7.700,60; bioskop Watampone, Sulawesi Selatan, Rp 1.364,20; dan bioskop Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rp 884.528,85.
Teuku Markam merupakan keturunan Uleebalang yang lahir tahun 1925 di Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara dan dinamai Teuku Marhaban.
Teuku Markam sendiri sudah lama dikenal sebagai pengusaha
yang dekat dengan Soekarno.
Dia pernah berdinas di militer sebelum kemudian banting setir menjadi
saudagar karena merasa tak cocok dengan dinas militer.
Dalam perjalanannya sebagai pengusaha kaya raya di awal kelahiran Republik, Teuku Markam banyak terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa.
Dia mendirikan perusahaan perdagangan bernama PT Markam. Markam juga tercatat sebagai eksportir pertama mobil Toyota hardtop dari Jepang.
Dengan berbagai macam bisnis itu ia bisa menjadi sangat kaya.
Saking kayanya, Markam sempat membangun infrastruktur di aceh seperti membangun jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh dan Tapaktuan.
Ia juga disebut-sebut memiliki beberapa dok kapal di Jakarta, Makassar, Medan dan Palembang.
Dalam sejumlah sumber disebutkan Monas diresmikan pada 12 Juli 1975.
Namun, dari penelusuran pemberitaan dan dokumen, tak ada acara peresmian Monas.
Kawasan Monas dibuka untuk umum melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin Nomor Cb.11/1/57/72 tanggal 18 Maret 1972.
Kubah anggun Masjid Istiqlal berdampingan dengan menara Katedral Jakarta menjadi latar belakang bagian barat Monas.
Latar itu seakan membingkai semangat persatuan dalam Bhinneka Tunggal Ika, tepat di ruang pusat kekuasaan.
Selain menyumbang emas, Teuku Markam juga ikut andil dalam pembebasan lahan Senayan untuk menjadi pusat olah raga.
Ia juga ikut membiayai berbagai macam yang terkait dalam melepaskan Indonesia dari penjajahan Belanda, serta ikut mensukseskan KTT Asia Afrika.
Namun karena kedekatannya dengan Soekarno pula yang membuat nasibnya berubah drastis di era Presiden Soeharto.
Markam diciduk dan dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan terlibat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ia juga dianggap sebagai kaum penyembah Soekarno dan akhirnya Teuku Markam dijebloskan ke penjara pada tahun 1966.
Penderitaannya bukan hanya mendekam di penjara.
Perusahaan miliknya diambil alih pemerintah dan menjadi cikal bakal BUMN bernama PT Berdikari (Persero).
Yang lebih ironis, tak ada harta sedikitpun yang disisakan untuk keluarga dan anak- anaknya.
Selepas dari penjara, hidup Teuku Markam tak kunjung membaik.
Ia juga sering mendapat hinaan dari orang-orang karena dianggap sebagai antek PKI. Bahkan, sampai ia tutup usia.(*)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Iwan Gayo Buru 400 Kg Emas yang Dipinjam Soekarno dari Saudagar Aceh, Ini Bukti Cek Dikeluarkan BNI
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR