Padahal pemaksaan seperti itu dinilai ahli sebagai pelanggaran etika medis.
Seorang wanita Uighur mengatakan dia dijebloskan ke dalam sel bersama puluhan wanita ketika puncak-puncaknya wabah.
Dia mengklaim penjaga memaksanya minum obat yang berefek mual dan lemas.
Dia juga mengaku diminta telanjang sekali dalam seminggu dan menutupi wajah saat disemprot disinfektan.
"Itu mendidih," ujar wanita ini dengan syarat anonim karena takut dengan otoritas.
"Tangan saya rusak, kulit saya mengelupas," tambahnya.
Wanita Uighur ini dibebaskan dan dikunci di dalam rumahnya setelah sebulan ditahan, meskipun tes rutin menunjukkan dia bebas dari Covid-19.
Dia mengklaim bahwa para penjaga memaksanya untuk minum obat tradisional dalam botol putih tanpa tanda sekali sehari.
Mereka mengancam akan menahannya bila tidak patuh.
Otoritas lokal mengatakan langkah-langkah tersebut dilakukan demi kesejahteraan penduduk.
Lockdown di Xinjiang diperbaharui setelah total kasus Covid-19 di sana mencapai 826, terhitung sejak Juli.
Meskipun jumlah kasus di Xinjiang menjadi beban kasus terbesar di China, langkah ketat dan keras sudah berlaku sejak nol infeksi di sana.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR