Advertorial

Hati-hati, Jika China dan AS Berperang di Laut China Selatan, Indonesia Bisa Jadi Negara yang Paling Terdampak, Mantan Kepala Intelijen TNI Ini Jelaskan Alasannya

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Konlik antara Amerika Serikat (AS) dan Chinanyatanya berdampak bagi Indonesia.

Apalagi jika kedua negara ini bertempurdi LautChinaSelatan.

Hal itu disampaikan olehMantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B Ponto.

Soleman mengatakan dari sisi lingkungan setidaknya laut Indonesia akan tercemar.

Baca Juga: Siap Dijual di Indonesia, Mobil Terbang Ini Akan Buat Jalanan Indonesia Bebas Macet, 'Bisa Dipakai Jadi Transportasi Antar Pulau Juga!'

Tidak hanya itu, ia juga meyakin Indonesia akan kedatangan pengungsi perang dari sekitar Laut ChinaSelatan.

"Bagaimana laut itu akan menjadi kotor. Bagaimana terjadi pencemaran lingkungan. Pasti akan berdampak kepada Indonesia."

"Bagaimana nanti kalau ada pengungsi datang ke mana, ke Indonesia lagi."

Baca Juga: Dulu Jadi Tempat Virus Corona Pertama Kali Ditemukan, KiniRibuan Warga Wuhan Berdesak-desakan Tanpa Masker untuk Berpesta di Kolam Renang, 'Kami Sudah Bebas Covid-19'

"Kita ingat bagaimana kasus Pulau Galang yang penuh dengan pengungsi."

"Sehingga apa yang akan terjadi dengan Laut ChinaSelatan pasti akan berdampak kepada Indonesia," kata Soleman.

Diberitakan sebelumnya, situasi di kawasan Laut China Selatan kembali memanas.

Baru-baru ini, Shandong, kapal induk pertama yang Chinabuat di dalam negeri, melakukan uji coba laut pada 22 Mei lalu, CCTV melaporkan.

Pandemi virus corona menghambatnya untuk turun ke laut.

Ini pertama kali kapal induk Shandong turun ke laut untuk latihan sejak penugasan secara resmike Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) akhir tahun lalu.

Hanya, melansir South China Morning Post, CCTV, lembaga penyiaran negara China, tidak mengungkapkan lokasi pasti dari uji coba laut kapal induk Shandong.

Tetapi, sebuah pemberitahuan dari Administrasi Keselamatan Maritim Dalian menyebutkan, kapal induk Shandong berada di bagian Utara Laut Kuning.

Menurut pemberitahuan yang rilis pada 22 Mei itu, daerah di Timur Dalian, pelabuhan asal kapal induk Shandong, ditutup antara Senin dan Selasa pekan lalu untuk kegiatan militer.

Li Yongxuan, Wakil Kapten Shandong, mengatakan kepada CCTV, Shandong sangat membutuhkan latihan untuk mengembangkan kemampuannya.

“Kami perlu mengintegrasikan kelompok tempur kapal induk Shandong ke dalam sistem tempur keseluruhan sedini mungkin."

Baca Juga: Musuh China Bertambah Satu, Kini Negeri Panda Itu Ngamuk Sama Negara Eropa Ini Karena Berani Datangi Taiwan, 'Mereka Tak Pantas Dikunjungi!'

"Dan kami akan berusaha membuat kapal induk kami menjadi kapal yang siap tempur dan menang,” kata Li seperti dikutip South China Morning Post.

Siaran CCTV menunjukkan tujuh Shenyang J-15 di atas kapal induk Shandong serta latihan take-off dan landing jet tempur berjulukan Hiu Terbang tersebut.

Pada 17 Desember 2019, Chinasecara resmi menugaskan Shandong ke Angkatan Laut PLA dalam sebuah upacara yang Presiden Xi Jinping hadiri, setelah lebih dari delapan belas bulan uji coba laut.

Seperti kakaknya kapal induk Liaoning, nama Shandong Pemerintah Chinaambil dari provinsi di Timur Laut negeri tembok raksasa.

AS Kirim kapal selam

Sementara, Amerika juga telah mengerahkan armada kapal selam dalam operasi tanggap darurat di wilayah Pasifik Barat di tengah meningkatnya ketegangan hubungan dengan China.

Pengerahan kapal selam tersebut untuk mendukung kebijakan bebas dan terbuka di Indo-Pasifik.

Tujuannya adalah untuk melawan operasi Chinadi Laut ChinaSelatan.

Untuk itu, AS mengerahkan tujuh kapal selam, termasuk enam kapal selam yang berbasis di Guam, USS Alexandria yang berbasis di San Diego dan beberapa kapal berbasis di Hawaii, akan bergerak dalam satu armada perang.

Komandan Sub-Pasukan Pasifik, Laksamana Muda Blake Converse mengatakan, operasi ini merupakan demonstrasi kesediaan mereka untuk membela kepentingan dan kebebasan navigasi di bahwa hukum internasional.

Baca Juga: Covid Hari Ini 1 September 2020:Selama 6 Bulan, Kasus di Tanah Air Tembus174.796 Orang, Tapi 30 Daerah Ini Sama Sekali Tidak Terdampak

Kapal selam serangan ini dipersenjatai dengan torpedo dan rudal jelajah Tomahawk dan juga mempu melakukan pengawasan rahasia.

Angkatan Laut AS telah mempertahankan armada kapal perang di Pasifik Barat sebagai untuk kekuatan di kawasan tersebut di tengah meningkatnya ketegangan dengan Chinadi Laut ChinaSelatan dan silang pendapat terkait pandemi virus corona.

AS menuduk Chinameningkatkan pendudukannya atas pulau-pulau buatan manusia dan menganggu negara-negara lain di tengah upaya mereka menangani krisis covid-19 yang berawal dari Wuhan, China.

Platform intelijen Stratfor mengatakan, AS dan China telah mempertahankan kecepatan operasional yang kuat di Laut China Selatan di tengah meningkatnya ketegangan dan covid-19.

Menteri Pertahanan AS, Mark Esper mengatakan: "Ketika militer AS menangani covid-19 di rumah, kami tetap fokus pada misi keamanan nasional kami di seluruh dunia," ujarnya seperti dilansir Express, pekan lalu.

“Banyak negara telah beralih ke dalam untuk pulih dari pandemi."

"Sementara itu, pesaing strategis kami berusaha untuk mengeksploitasi krisis ini untuk keuntungan mereka dengan mengorbankan negara lain."

Terakhir, Esper menuduh Beijing meningkatkan kampanye disinformasi untuk mengalihkan kesalahan atas virus dan melindungi citranya.

(Gita Irawan)

(Artikel ini telah tayang diTribunnews.comdengan judul "Jika China dan AS Perang di Laut China Selatan, Apa Dampaknya bagi Indonesia?" dan "Shandong pembawa Hiu Terbang, kapal induk pertama China buatan lokal")

Baca Juga: Rumah Sakit Sama Sekali Tak Terapkan Protokol Kesehatan, Jenazah Pasien Covid-19 Infeksi 3 Anggota Keluarganya, 'Langsung Dapat Sanksi!'

Artikel Terkait