Advertorial
Intisari-online.com -Kementerian Pertahanan AS mengatakan China mengeluarkan seri rudal balistik ke Laut China Selatan minggu ini.
Peluncuran rudal balistik ini merupakan bagian dari latihan militer mereka.
Latihan militer tersebut dilakukan di ribuan mil sepanjang tepi pantai di perairan sengketa itu.
Sampai saat ini, Beijing telah mengklaim hampir semua bagian Laut China Selatan sebagai bagian dari kedaulatan mereka.
Mereka abaikan hukum dan perundang-undangan internasional dan tingkatkan usaha untuk mendominasi dan memiliki perairan yang penuh dengan sumber daya alam tersebut.
China juga telah mengubah batu karang menjadi pulau buatan dan meningkatkan aktivitas militer angkatan laut di wilayah itu.
Ambisi mereka tentunya tidak bisa begitu saja diterima, ada setidaknya 5 negara yang menolak aksi China yang sewenang-wenang.
Sementara Washington mengatakan klaim Beijing di Laut China Selatan adalah ilegal.
Baca Juga: Abaikan Perjanjian 2002, China Terus Provokasi Laut China Selatan dengan Luncurkan 4 Rudal Balistik
4 rudal balistik China
Rabu lalu, mengutip dari CNN, militer China meluncurkan 4 rudal balistik dengan jangkauan medium dari China daratan.
Rudal itu mencapai sebelah utara Laut China Selatan, tepatnya di antara Pulau Hainan dan Kepulauan Paracel.
Kemudian Kamisnya Pentagon menggambarkan latihan China tersebut sebagai aksi yang disengaja untuk terapkan klaim maritim yang tidak berdasar.
Baca Juga: Coba Deh, Sikat Gigi dengan Baking Soda, Anda Akan Terkejut Melihat Perubahan pada Gigi Anda!
Selain itu, Pentagon juga sebutkan latihan China merugikan negara tetangga mereka.
Komentar itu keluar setelah pengumuman Rabu lalu bahwa pemerintah AS akan terapkan sanksi puluhan perusahaan China yang berdampak besar pada perkembangan Beijing dan militerisasi pulau buatan di Laut China Selatan.
Tanggapan China
Kolonel Senior Wu Qian, juru bicara untuk Kementerian Pertahanan Nasional China, mengatakan Kamis kemarin jika China memang melakukan latihan di laut dan udara antara Qingdao (timur laut China) dan di kepulauan Spratly atau yang bernama Nansha di China.
Namun ia tidak sebutkan adanya rudal yang dipakai untuk latihan.
Menurut Wu, latihan tersebut "tidak menarget negara manapun".
Meski Kementerian Pertahanan China tidak mengkonfirmasi pengujian rudal tersebut, media pemerintah China membuat beberapa referensi mendetail terkait peluncuran rudal itu.
Mereka justru mendapat sumbernya dari media luar.
Laporan tersebut sebutkan jika rudal yang digunakan antara lain rudal DF-21D dan DF-26.
Keduanya selama ini digadang-gadang China sebagai rudal yang presisinya tinggi dan mampu hancurkan kapal yang bergerak di laut.
"Rudal balistik DF-26 dan DF-21D milik China adalah rudal balistik di dunia pertama yang bisa menarget kapal berukuran besar seperti kapal induk.
"Itulah sebabnya mereka dinamai 'pembunuh kapal induk,'" seperti dituliskan media pemerintah China Global Times Kamis lalu.
Sementara dalam editorial terpisah dari media yang sama menyebutkan spekulasi terkait peluncurkan misil DF-26 dan DF-21D, mengatakan bahwa "China tidak mengkonfirmasi atau menampik latihan itu."
Editorial tersebut juga menambahkan China "harus meningkatkan aksi mereka di perairan Laut China Selatan untuk menekan arogansi AS dan sampaikan pesan kepada AS bahwa China tidak takut dengan perang."
Tidak heran editorial seperti ini muncul dari media pemerintah China, yang memang penuh propaganda mengenai pemerintahan mereka.
Pengujian rudal tersebut datang sebulan setelah dua kapal induk AS yaitu USS Nimitz dan USS Ronald Reagan lengkapi latihan gabungan di Laut China Selatan pertama kalinya dalam 6 tahun.
Sedangkan dalam konferensi pers Kamis kemarin, Waki Laksamana AS Scott Conn, pemimpin komando Pasukan Angkatan Laut AS Ketiga menyebutkan mengenai kehadiran angkatan laut di wilayah itu dan kemampuan mereka untuk merespon ancaman China.
"Dalam hal peluncuran rudal balistik, Angkatan Laut AS memiliki 38 kapal saat ini di wilayah Indo-Pasifik, termasuk di Laut China Selatan.
"Kami akan melanjutkan terbang dan berlayar dan beroperasi di manapun hukum internasional memperbolehkan kami untuk mendemonstrasikan komitmen Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka dan mengamankan sekutu dan partner kami," ujarnya.
Kesempatan unjuk gigi
Latihan yang dilakukan China walaupun niatnya untuk mengirim pesan kepada musuh mereka, juga buat dunia bisa melihat kemampuan canggih militer negara tersebut.
Hal tersebut disebut oleh pensiunan kapten Angkatan Laut AS Carl Schuster sebagai kesempatan langka melihat dua cabang militer China, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan Pasukan Strategi Roket (SRF).
"Misil ini indikasikan China sudah memiliki atau sudah sangat dekat dengan mencapai prosedur serangan rudal balistik penghancur kapal yang sangat terkoordinasi," ujarnya.
Itu gaungkan komentar yang dibuat di media China bahwa Beijing telah kembangkan apa yang disebut "sistem komplit" menggunakan jet tempur, satelit dan kapal untuk memonitor pergerakan kapal musuh dan mengandalkan informasi tersebut kepada rudal balistik sehingga bisa siap sedia untuk fase serangan akhir.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini