Advertorial
Intisari-online.com - Seperti yang kita ketahui, Australia memang berjasa membantu Timor Leste untuk mendeka dari Indonesia.
Namun, hubungan keduanya juga pernah tegang pada tahun 2004, negara yang baru seumur jagung itu disadap oleh Australia di kantor kabinetnya.
Australia sendiri memang memiliki agenda tersendiri dalam membantu kemerdekaan Timor Leste.
Salah satunya adalah, mendapat manfaat teritorial laut antara Australia dan Timor Leste tanpa adanya campur tangan Indonesia.
Namun, negara itu ternyata juga menjadi musuh di dalam selimut bagi Bumi Lorosae.
Penyadapan itu, membuat hubungan antara Timor Leste dan Australia semakin tegang sehingga Timor Leste pernah dikatakan meminta bantuan ke China.
Mengutip The Strategist, pasca penyadapan itu, Timor Leste meminta bantuan ke China.
Permintaan itu dibuat oleh menteri pertahanan dan kemanan Timor Leste, Filomeno Paixao.
Pembicaaran itu dilakukan dengan Laksamana Muda Yu Wenbing dari Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA).
Pembicaraan berlangsung selaa kunjungan ke Dili untuk melatih Angkatan Laut Timor Leste, dan melakukan pembicaraan soal kapal perang China.
Hal itu membuat Australia resah, karena pengaruh militer Beijing yang mulai tumbuh di Dili.
Permintaan China untuk melatih perwira Angkatan Laut Timor, dikonfirmasi oleh sumber pertahanan lokal.
Perwira dengan awak kapal Qi Jiguang, yang berbobot 5.548 ton, dan sebuah kapal pelatihan Type-679, menerima sambutan gala saat kapal itu dibawa ke Dili.
Kapal patroli kelas Shanghai, adalah satu dari dua yang dibeli Timor Leste dari China pada tahun 2008 untuk melindungi wilayah maritimnya.
Kunjungan kapal perang China itu dianggap sensitif oleh Australia, membuat Perdana Menteri Australia Scott Morison melakukan kunjungan ke Timor Leste.
Kunjungan Morison salah satunya adalah agenda untuk memperkuat pengaruhnya.
Morrison juga berjanji memberikan paket langkah dukungan maritim untuk dukungan peningkatan pelabuhan angkatan laut kecil di Hera, timur Dili.
Hera akan menjadi pelabuhan rumah bagi dua kapal patroli kelas Guardian baru yang diberikan kepada Timor Leste di bawah Program Keamanan Maritim Pasifik Canberra, dengan pengiriman hingga 2023.
Timor Leste menjadi satu dari 13 negara yang menerima kapal patroli, yang akan dibangun di halaman Austal di Australia Barat.
Progam ini merupakan bagian dari insentif maritim, untuk memanfaatkan kekuatan lunak di kawasan Asia-Pasifik untuk melawan pengaruh investasi China.
Meski demikian, bagi Timor Leste membangun hubungan dengan China, dianggap sebagai nilai yang berguna, dalam segi ekonomi dan pertahanan.
Tetapi Australia juga tidak selamanya buruk bagi Timor Leste, karena Dili menyambut baik kapal pemberian Australia itu untuk meningkatkan kemanan negerinya.
Brigadir Jenderal Falur Rate Laek, dari Angkatan Pertahanan Timor Leste, menyebut ketegangan dengan Australia tidak mempengaruhi kerja sama antara kedua negara itu.