Advertorial

Perang Belum Terjadi Tetapi Tentara China Seolah-olah Sudah Akan Mati, Mereka yang Dikirim ke Taiwan Diperintahkan Lakukan Hal Ini Untuk Menunjukkan Dirinya Siap Mati

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Dikatakan bahwa pasukan China sebenarnya mereka sudah dipersiapkan untuk mati andaikan perang terjadi.
Dikatakan bahwa pasukan China sebenarnya mereka sudah dipersiapkan untuk mati andaikan perang terjadi.

Intisari-online.com - Seperti yang kita ketahui, China saat ini tengah mengirim pasukannya ke berbagai tempat.

Seperti misalnya, ke Laut China Selatan, perbatasan India di lembah Galwan, hingga rencana reunifikasi dengan mengirim pasukannya ke Taiwan.

Meski demikian situasi terkini dinilai masih cukup aman dan belum menunjukkan akan terjadi perang.

Akan tetapi, dikatakan bahwa pasukan China sebenarnya mereka sudah dipersiapkan untuk mati andaikan perang terjadi.

Baca Juga: Tak Cukup Hanya di Wilayah Laut China Selatan, China Gelar Latihan Militer Skala Besar di Wilayah Ini Selama 6 Hari

Menurut 24.com.vn, pada Minggu (23/8/20), saat ini China tengah mengirim sebagian besar pasukannya ke Provinsi Fujian.

Lokasinya terletak di pulau Taiwan, di mana saat ini China memang sedang berencana untuk melakukan reunifikasi dengan Taiwan.

Reunifikasi sendiri adalah rencana untukmenyatukan Taiwan sebagai bagian dari China ke dalam satu pemerintahan.

Sementara Taiwan menolak hal itu, dan menyatakan diri bahwa mereka adalah negara yang merdeka dan tidak ingin mengjadi bagian dari Beijing.

Baca Juga: Serangan Bertubi-tubi yang Harus Dihadapi India Kian Mengerikan: Prahara Dengan China Belum Selesai, Kini Negara Ini Juga Ancam Bakal Serang India Pakai Senjata Nuklir

Akan tetapi menurut beberapa sumber, China menyebut reunifikasi Taiwan adalah keniscayaan yang tidak bisa ditawar.

Sehingga prajurit China yang dikirim ke wilayah itu baru-baru ini dikatakan harus siap mati jika perang terjadi.

Maka dari itu, mereka diperintahkan untuk menulis surat perpisahan pada keluarga dan kerabatnya, jika perang pecah sewaktu-waktu.

"Jika perang pecah besok, saya tidak akan pernah ragu. Saya memilih seragam ini," tulis seorang prajurit China

"Yakinlah bangsa, kami akan berhasil menyelesaikan tugas dan kemenangan," tulis tentara lainnya.

Menurut situs berita China Sina, tindakan menulis surat perpisahan ini, adalah bagian dari proses pelatihan pasukan yang dilakukan di Zona Perang Timur di Fujian.

Baca Juga: Auto Siaga Tingkat Tinggi Dilakukan China saat AS Kirim Kapal Perusak Berpeluru Kendali ke Selat Taiwan, Kemenham Taiwan: 'Militer Tahu dan Memantau'

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membantu tentara Tiongkok untuk tetap kuat, dan siap bertempur.

Setiap prajurit akan menulis 3 surat perpisahan dengan kerabat, salah satu isinya ucapan selamat tinggal demi membela tanah airnya.

Sementara satu surat lainnya berisi tekad seorang prajurit, untuk pergi berperang.

"Saya akan segera mendaftar kembali jika saya dipanggil dan pasti akan bertarung dan menang," tulis seorang prajurit.

Para prajurit dibentengi dan siap untuk pergi ke medan perang kapanpun di mana saja, jelas Sina.

Menurut Taiwan News, dalam beberapa bulan terakhir pesawat dan kapal militer China terus melanggar wilayah perairan dan udara di Taiwan.

Baca Juga: Terlibat Bentrok dengan Taiwan, Aib Memalukan Militer China Dibongkar, Sok Belagu Pamer Kendaraan Lapis Baja yang Bisa Mengapung, Belum Apa-apa Malah Sudah Tenggelam

Pasukan pertahanan telah berulang kali mengatur untuk memblokir tindakan China.

Pada 22 Agustus, Taiwan merilis video latihan militer untuk menghadapi situasi pendaratan dan penarikan paksa oleh pasukan Tiongkok.

Dalam video tersebut, pasukan Taiwan dengan ganas menembakkan rudal anti-pesawat, anti-tank, sebagai tanggapan atas pendaratan tiruan dari sisi selat.

China sendiri terus menganggap Taiwan sebagai bentuk yang tidak bisa dipisahkan dari mereka, dan menutup kemungkinan kekerasan untuk mundur jika diperlukan.

"Setiap upaya untuk melanggar hanya akan menjadi bumerang dan menimbulkan kemarahan terhadap rakyat Taiwan," kata pemimpin pasukan pertahanan Taiwan.

Artikel Terkait