Advertorial

Bermutasi Jadi 10 Kali Lebih Menular, Begini Seluk Beluk D614G yang Berasal dari Virus Corona Asal Wuhan

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - D614G, kata ini belakangan wara-wiri di dunia maya, setelah Malaysia mendesak kewaspadaan penduduknya yang lebih besar setelah mendeteksi mutasi D614G dari virus corona baru-baru ini.

Mengutip Channel News Asia, Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mengatakan, D614G, strain baru dari virus corona yang terdeteksi di dua kluster di negeri jiran, 10 kali lebih menular.

Selain di Malaysia, D614G juga ditemukan di Singapura dan Filipina.

Apa itu D614G?

Baca Juga: Memang Israel Tak Sudi Jual F-35 pada UEA Meski Telah Jalin Hubungan Diplomasi, Tapi Trump Justru Bakal Jual Jet Tempur yang Lebih Canggih ke UEA

Juga disebut mutasi "G", D614G adalah variasi dari galur asli virus corona yang pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, China, pada Desember tahun lalu.

Sejak itu, virus corona bermutasi beberapa kali.

Mengutip South China Morning Post (SCMP), sebuah studi bulan lalu oleh Universitas Bologna, Italia, menemukan, setidaknya ada enam jenis virus corona asli yang menyebabkan pandemi.

Mutasi pertamanya, galur S, muncul di awal tahun ini.

Baca Juga: 'Qassem Soleimani dan Abu Mahdi,' 2 Rudal Baru Iran Dipertontonkan Kehebatannya, Iran Juga Punya Kota-kota Rudal' Bawah Tanah yang Penuh Sesak dengan Senjata: Akan Meletus Seperti Gunung Berapi

Lalu, strain G muncul mulai pertengahan Januari.

Mutasi D614G sekarang menjadi bentuk dominan dalam pandemi Covid-19, membentuk sekitar 70% dari sekitar 50.000 genom virus corona.

Meskipun paling banyak ditemukan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, keberadaannya telah meningkat di Asia sejak Maret lalu.

Bagaimana penampakannya?

Baca Juga: Padahal Sudah Menyerang Balik Pasukan Sendiri dan Menggagalkan Misi, Tentara Amerika Ini Justru Diakui Pahlawan Menjelang Kematiannya, Inilah Kisah Hugh Thompson dan Alasan di Balik Aksi Kontroversialnya

Profesor Gavin Smith dari Program Emerging Infectious Diseases Duke-NUS Singapura mengatakan, semua virus membuat salinan dirinya sendiri selama infeksi.

Virus, seperti virus corona atau yang menyebabkan influenza, menghasilkan kesalahan selama proses replikasi.

Kesalahan ini muncul sebagai mutasi, menurut Smith, seperti dikutip SCMP.

Dalam kasus D614G, mutasi terjadi ketika asam amino pada posisi 614 berubah dari D (asam aspartat) menjadi G (glisin).

Baca Juga: Ternyata Sama Saja, Sok-sokan Marah dengan Amerika Serikat, China Tiba-tiba Kirim Pesawat Pembom Kelayapan di Laut China Selatan, Vietnam Angkat Bicara

Alhasil, varian awal D614 dari Wuhan menjadi D614G.

Apa yang membuatnya berbeda dari yang lain?

Penelitian menunjukkan, D614G lebih menular dibanding jenis lainnya.

Dalam studi Juli lalu yang diterbitkan dalam jurnal Cell, Dr Bette Korber, ahli biologi dari Laboratorium Nasional Los Alamos, AS, menguji sampel yang diambil dari pasien di seluruh Eropa dan AS.

Baca Juga: Bagikan Pesan Menyayat Hati, Inilah Kisah Mengharukan Seorang Ibu yang Simpan Janin Bayinya dalam Kulkas selama Seminggu sebelum Menguburkannya di Pot Bunga

Dia dan timnya menemukan, meskipun varian D614G langka di luar Eropa pada awal Maret, frekuensinya meningkat di seluruh dunia pada akhir bulan tersebut.

“Di seluruh dunia, bahkan ketika epidemi lokal memiliki banyak kasus dari bentuk aslinya yang beredar, segera setelah varian D614G diperkenalkan ke suatu wilayah, itu menjadi bentuk yang umum,” kata Dr Korber dalam sebuah laporan di ScienceDaily seperti dilansir SCMP.

Studi tersebut menemukan, mutasi terjadi pada protein lonjakan virus, bagian menonjol dari virus corona yang digunakan untuk memasuki sel manusia.

Strain ditemukan lebih menular daripada D614 dalam kultur sel dalam kondisi laboratorium.

Baca Juga: Telur Memang Enak Dikombinasikan dengan Berbagai Bahan, Tapi Jangan Sekali-kali Mengonsumsinya Bersamaan dengan 3 Makanan Ini, Bisa Timbulkan Bahaya!

Tim juga menemukan, pasien yang terinfeksi virus D614G membawa lebih banyak salinan virus dibanding mereka yang terinfeksi jenis D614, mungkin menjelaskan mengapa virus lebih mudah ditularkan.

Sebuah studi terpisah pada Juni oleh para peneliti dari The Scripps Research Institute, AS, juga menemukan, strain itu 10 kali lebih menular ketimbang galur aslinya karena lonjakan proteinnya lebih jarang pecah.

Studi tersebut dipublikasikan di situs penelitian online bioRxiv dan belum mendapat tinjauan dari ilmuwan lainnya.

Namun, Profesor Smith mengingatkan, studi itu mungkin tidak selalu diterjemahkan ke dalam apa yang terjadi pada manusia.

Baca Juga: Keluarga Marah Besar terhadap Dokter yang Memeriksanya, Baru Sehari Wanita Hamil Ini Dimakamkan, Terdengar Suara Misterius dari dalam Kuburnya, Ini yang Terjadi

Peneliti lain juga menunjukkan, studi ini hanya memberi kesan tetapi tidak membuktikan D614G lebih menular.

Apakah lebih mematikan?

Studi oleh Dr Korber juga menemukan, D614G tidak lebih mematikan dibandingkan dengan yang strain lain.

Tingkat rawat inap pasien positif Covid-19 lebih bergantung pada faktor-faktor seperti usia dan jenis kelamin.

Profesor Smith mengatakan, tidak ada bukti yang menunjukkan D614G lebih mematikan.

Strain tersebut menjadi dominan karena mereka yang terjangkit D614G telah memasuki negara-negara di mana penyebaran virus tidak terkontrol dengan baik.

Baca Juga: Sering Dikira Sama, Ternyata Ini Perbedaan Penyakit GERD dan Maag

Akankah vaksin tetap efektif?

Profesor Smith menegaskan, vaksin akan tetap efektif melawan D614G karena tidak menargetkan bagian dari genom yang terkena.

Protein lonjakan memiliki "tangkai" dan "kepala".

Antibodi dari vaksin menempel di kepala untuk mencegah virus menginfeksi sel manusia.

"Namun, karena mutasi D614G terjadi pada tangkai, hal ini tidak akan memengaruhi cara kerja vaksin," kata Profesor Smith.

Baca Juga: Berani Lakukan Hal Ini, Perusahaan Ban Terbesar Amerika Serikat Kena 'Semprot' Trump, Bakal Dapat Jatah Diboikot Presiden AS?

(*)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Seluk-beluk D614G, virus corona yang bermutasi jadi 10 kali lebih menular"

Artikel Terkait