Advertorial
Intisari-online.com - Baru-baru ini Rusia kagetkan dunia setelah mendaftarkan vaksin Covid-19 pertama di dunia.
Hal inipun langsung menuai pro dan kontra, banyak yang menilai ini sebagai terobosan, namun ada yang meragukan vaksin ini karena terlalu cepat diproduksi.
Vaksin buatan Rusia ini disebut dengan nama Sputnik V, kini telah dipesan oleh banyak negara dalam milyaran dosis.
Meski demikian, negara Barat banyak yang meragukan vaksin ini dengan alasan sejarah.
Melansir 24h.com.vn pada Sabtu (15/8/20), para ahli paham betul bagaimana Rusia membuat vaksin dan melakukan pengujian vaksin.
Sehingga terkuak alasan mengapa Rusia begitu dengan cepat menciptakan vaksin Covid-19 sementara negara lain belum.
Dikatakan ilmuwan Rusia dan Bekas Uni Soviet, memiliki tradisi memberikan vaksin eksperimental sendiri.
Pada awal April, Alexander Ginzburg dan 100 rekannya yang bekerja di Institute Gamaleya tempat vaksin Sputnik V dibuat.
Melakukan pengujian dengan menyuntikkan vaksin Covid-19 buatan Rusia itu langsung ke tubuh mereka tanpa melaui pengujian ke monyet.
Ginzburg (68), adalah ahli mikrobiologi dan direktur Institute Gamaleya mengatakan, dia tidak terlalu peduli dengan risiko.
Tetapi Ginzburg masih sehat setelah beberapa bulan menguji vaksin pertama mereka.
Tindakan Ginzburg ini dianggap ugal-ugalan dan cukup berisiko, tetapi beginilah tradisi pembuatan vaksin di Rusia.
"Untuk mempercepat pengembangan vaksin Covid-19, beberapa ilmuwan menyuntikan vaksin langsung ke tubuh mereka sendiri, meskipun ada konsekuensinya," jelas New York Times.
Menurut New York Times, ada banyak ilmuwan Rusia yang telah menguji diri mereka sendiri dengan obat dan vaksin, salah satunya yang paling terkenal adalah Marina Voroshilova dan Mikhail Chumakov.
Tahun 1950-an, Chumakov adalah pendiri penelitian polio di Uni Soviet, seentara di AS ada Dr Albert Sabin, yang juga mengembangkan vaksin polio dengan virus hidup.
Vaksin polio itu melemahkan dan membuat virus tidak aktif, kemudian disiapkan oleh Jonas Salk, tetapi pejabat AS ragu untuk mengujinya sehingga mengirim ke rekannya di Uni Soviet.
Tahun 1955, di tangan Chumakov dan istrinya Marina Voroshilova, langsung menguji vaksin pada diri mereka sendiri.
Padahal target audiensi adalah anak-anak, Jadi Chumakov dan Marina Voroshilova meberikan vaksin polio baru itu ketiga putranya, dan beberapa keponakan mereka.
Anak-anak itu kemudian diberi makan gula yang diinfuskan oleh vaksin buatan Sabin.
Uji coba itu berhasil dan meyakinkan atasan mereka telah menemukan vaksin polio, kemudian diproduksi massal, dan digunakan secara global hingga hari ini.
"Seseorang memang harus menjadi yang pertama berdiri untuk menguji vaksin, saya tidak pernah marah dengan orang tua saya, karena itu menyenangkan dia memiliki dasar yang kuat untuk pekerjaannya, tentu orang tua saya tidak ingin menyakiti anak-anaknya," kata Peter Chumakov salah satu putra Mikail Chumakov.
Kini Peter Chumakov, menyiapkan 25 vaksin untuk berbagai penyakit, semua itu dilakukan melalui uji coba pada dirinya sendiri.
"Ini tradisi yang panjang, jika saya adalah insinyur yang merancang jembatan, saya akan berdiri dengan kaki saya sendiri atau menggunakan truk pertama untuk lewat," kata Konstantin Chumakov, putra Mikhail Chumakov.