Advertorial
Intisari-Online.com - Ketika orang-orang tengah terfokus pada konflik di Laut China Selatan dan sejumlah area di Asia, ternyata Eropa juga memanas.
Hal ini dikarenakan ada konflik tak terduga datang dari Yunani, Turki, dan Prancis.
Akibatnya,Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan ancamannya.
PadaKamis (13/8), Presiden Tayyip Erdogan mengatakan setiap serangan terhadap kapal Turki yang mengeksplorasi minyak dan gas di perairan Mediterania Timur yang disengketakan bakal"membayar mahal".
Karena itu, dia menyarankan Yunani bertindak berdasarkan peringatan tersebut.
"Kami mengatakan, jika Anda menyerang Oruc Reis kami, Anda akan membayar mahal."
"Dan mereka mendapat jawaban pertama hari ini," kata Erdogan dalam pidatonya di Ankara, tanpa memberikan rincian, seperti dikutipReuters.
Ketegangan meningkat minggu ini setelah Turki mengirim kapal survei Oruc Reis ke wilayah Mediterania Timur dengan pengawalan kapal perang.
Tujuannya, untuk memetakan wilayah laut guna kemungkinan pengeboran minyak dan gas.
Di area tersebut, Turki dan Yunani sama-sama mengklaim yurisdiksi.
Kapal survei Turki, Oruc Reis bergerak antara Siprus dan Pulau Kreta, Yunani, dibayangi oleh sejumlah kapal perang fregat Yunani.
Pada Rabu (12/8/2020), salah satu kapal fregat Yunani, Limnos, mendekati kapal survei ketika menemukan salah satu kapal pengawal Angkatan Laut Turki, Kemal Reis.
Kapal fregat Yunani bermanuver untuk menghindari tabrakan langsung, dan dalam prosesnya haluannya menyentuh bagian belakang kapal fregat Turki, menurut sumber Kementerian Pertahanan Yunani kepadaReuters.
"Itu kecelakaan," sebut sumber itu yang menambahkan Lemnos tidak rusak.
Kapal fregat itu kemudian mengambil bagian dalam latihan militer bersama dengan Prancis di lepas pantai Kreta pada Kamis (13/8/2020) pagi.
Pendekatan yang tidak sopan
Belum ada komentar langsung tentang insiden itu dari Kementerian Pertahanan Turki.
Erdogan merespons latihan militer Prancis dan Yunani.
Tanpa menyebut nama, ia mengatakan, Yunani didorong untuk mengambil "langkah yang salah" oleh "negara yang bahkan tidak memiliki pantai di Mediterania Timur".
"Tak seorang pun harus berpikir terlalu tinggi tentang diri mereka sendiri."
"Biar saya perjelas: Jangan mencoba untuk tampil," tegas dia.
Erdogan menyatakan, Yunani menunjukkan pendekatan yang "tidak sopan", dan mendesak Athena untuk menghormati hak-hak Turki.
"Jalan menuju solusi di Mediterania Timur adalah melalui dialog dan negosiasi," ujarnya.
"Jika kita bertindak dengan akal sehat dan nalar, kita dapat menemukan win-win solution yang memenuhi kepentingan semua orang."
"Kita tidak mengejar petualangan yang tidak perlu atau mencari ketegangan," ujar dia.
Yunani dan Turki adalah sekutu di NATO, tetapi hubungan mereka telah lama penuh ketegangan.
Perselisihan berkisar dari batas-batas landas kontinen lepas pantai dan wilayah udara hingga Pulau Siprus yang terbagi secara etnis.
Pada 1996, mereka hampir berperang memperebutkan kepemilikan pulau tak berpenghuni di Laut Aegea.
Prancis, yang telah menyerukan sanksi Uni Eropa terhadap Turki atas pekerjaan penjelajahannya itu, langsung mengadakan latihan militer dengan Yunani di lepas Pulau Kreta pada Kamis (13/8/2020).
Latihan militer Yunani-Prancis pada Kamis di lepas pantai Kreta adalah manifestasi pertama dari komitmen Presiden Emmanuel Macron untuk memperkuat kehadiran Prancis di Mediterania Timur.
(S.S. Kurniawan)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Peringatan ke Yunani, Erdogan: Jika menyerang kapal Turki, Anda akan membayar mahal")