Advertorial
Mengenal 'Suku Tikus', Kehidupan Bawah Tanah Ilegal di Beijing yang Dihuni 1 Juta Orang
Intisari-Online.com - Dikenal sebagai ' Suku Tikus', jutaan pekerja berpenghasilan rendah yang tinggal di sebuah terowongan yang terdiri dari 3 lantai di bawah tanah kota Beijing.
Tempat itu disebut Dixia Cheng atau 'The Dungeon', dibangun di bawah kota Beijing.
Dulunya, tempat itu merupakan area perlindungan dari bom selama Perang Dingin. Luasnya, sekitar 30 mil persegi (77,6 kilometer persegi).
Kebanyakan dari orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah para pekerja migran dan kawula muda yang berharap bisa melejitkan karir di kota terpenting di China itu.
Jumlah penduduknya semakin meningkat, melansir New York Post, Kamis (6/8/2020) totalnya mencapai 1 juta orang.
Banyak tempat di area itu kekurangan pencahayaan namun harganya sepertiga lebih murah dibandingkan tempat tinggal di atasnya.
Banyak juga orang yang telah hidup di area itu selama beberapa dekade dengan beberapa orang lainnya mulai keluar karena sudah cukup 'tabungan' untuk membeli apartemen 'di atas' tanah.
Tempat tinggal para 'Suku Tikus' secara teknis ilegal menurut keputusan pemerintah Beijing pada 2010. Beberapa warga bahkan telah diusir meski kini sebagian besar lainnya diizinkan tinggal.
Baca Juga: Bagian Tergeli Wanita; Anatomi Jadi Kunci Puncak Kenikmatan Wanita
Kapan terowongan itu dibuat?
Pembangunan terowongan itu dimulai pada 1969 selama puncak ketegangan dan kekhawatiran akan konflik skala penuh antara China dan Uni Soviet.
Mao Zedong, yang saat itu menjadi ketua Partai Komunis China, mengatakan kepada warga untuk "menggali terowongan yang dalam, menyimpan makanan, dan bersiap untuk perang".
Baca Juga: Karyawan Bergaji di Bawah Rp 5 Juta Dapat Bantuan Rp600.000 Per Bulan, Ini Syaratnya
Selama sepuluh tahun berikutnya, sekitar 300.000 orang, kebanyakan warga sipil, membangun jaringan luar biasa, yang pada penyelesaiannya menampung 10.000 bunker atom, gudang, dan pabrik serta restoran, teater, dan fasilitas olahraga.
Otoritas China memperkirakan kompleks tersebut dapat menampung seluruh populasi Beijing, pada saat itu sekitar enam juta orang.
Terowongan tidak pernah digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan, tetapi selama beberapa dekade berikutnya telah diperbarui oleh komunitas lokal untuk menampung hotel-hotel murah dan bisnis lainnya.
Salah seorang warga laki-laki bernama Wei mengatakan dirinya tinggal di area itu bersama 9 orang lainnya.
"Saya merasa baik-baik saja karena saya khawatir jatuh miskin," ujar Wei. Dia menceritakan kalau banyak dari temannya tinggal di apartemen di atas tanah namun itu terlalu membuat mereka nyaman.
"Tempat ini memaksa saya untuk bekerja lebih keras."
Menurut Annette Kim, seorang profesor di University of Southern California yang telah mempelajari kehidupan 'Suku Tikus' itu mengatakan bahwa tempat itu menjadi solusi alternatif untuk masalah yang dihadapi oleh banyak orang di kota itu.
Meskipun masa depan tempat itu masih belum pasti, beberapa penduduk setempat dilaporkan bekerja dengan desainer untuk mengubah terowongan yang kosong menjadi ruang komunitas yang lebih hidup.
Miranti Kencana Wirawan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seperti Apa Kehidupan 'Suku Tikus' Di Bawah Tanah Kota Beijing?"