Advertorial

Sudah Tahu Borok China Suka Kadali Negara Kecil, Negara Ini Terang-terangan Berani Tolak Kucuran Dana Rp247 Triliun dari China, Merasa Dipermalukan China Lakukan Hal Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Faktanya, ada sebuah negara yang dengan berani menolak tawaran utang dai China untuk proyek pembangunan negaranya.
Faktanya, ada sebuah negara yang dengan berani menolak tawaran utang dai China untuk proyek pembangunan negaranya.

Intisari-online.com -Sudah Tahu Borok China Suka Kadali Negara Kecil, Negara Ini Terang-terangan Berani Tolak Kucuran Dana Rp247 Triliun dari China, Merasa Dipermalukan China Lakukan Hal Ini.

Bukan rahasia lagi jika negeri Tirai Bambu, adalah negara yang suka sekali memberikan utang pada negara kecil.

Laiknya Bank Dunia, nyaris semua negara berkembang memiliki utang dengan negeri Tiongkok.

Meski demikian, bukan berarti semua negara kecil dengan mudah dikadali oleh China.

Faktanya, ada sebuah negara yang dengan berani menolak tawaran utang dai China untuk proyek pembangunan negaranya.

Baca Juga: Tidak Jelas Apa Maunya, Duterte Layaknya Presiden Plin-plan Karena Tiba-tiba Larang Tentaranya Ikut Latihan Perang Dengan AS di Laut China Selatan, Pakar Sebut China 'Berpengaruh'

Negara tersebut adalah Estonia, negara terkecil di Eropa yang dengan berani menolak kucuran dana yang diberikan oleh negeri panda tersebut.

Melansir 24h.com.vn, pada Rabu (5/8/2020), Estonia berencana memambangun proyek terowongan terpanjang di dunia.

"Berdasarkan situasi aktual, kami memiliki alasan untuk mungkin proyek terowongan lintas laut ini tidak menjamin faktor lingkungan ekonomi dan keamanan," kata Menteri Administrasi Publik Estonia, Jaak Aab.

Jika diimplementasikan, proyek terowongan sepanjang 100 km akan digunakan untuk transportasi kereta api dan jalan.

Baca Juga: Jangan Kira Indonesia Tak Mampu Hadapi China, Kapal Coast Guard China Bisa Remuk di Natuna Jika TNI AL Sampai Hati Luncurkan Rudal Penghancur Kapal Induk Ini

Proyek terowongan itu berjalan melalui ibu kota Estonia, Tallinn dan ibu kota Finlandia, Helsinki.

Mengatahui mega proyek itu akan memberikan keuntungan internasional, China menawarkan investasi sebesar 17 miliiar dollar AS (Rp247 triliun).

Pembangunan terowongan melalui laut dari Estonia adalah bagian dai Road Belt China.

Jika diimplementasikan, proyek penting ini akan bergabung dengan sistem pengiriman dari China ke Eropa Utara.

Estonia mengatakan, rencana investasi keuangan untuk proyek lintas laut terpanjang di dunia itu belum jelas.

Ada kemungkinan bahwa, proyek itu tidak akan melayani kepentingan publik.

Baca Juga: Habis Merdeka Malah Seperti Dirampok Teman Sendiri, Timor Leste Ternyata Jadi Rebutan Dua Negara Ini Sampai Diiming-Imingi Untuk Melepaskan Diri Dari Indonesia

Perdana Menteri Estonia, Juri Ratas mengatakan ia berharap lebih banyak proyek-proyek berikutnya hanya dilakukan oleh kerja sama Estonia dan Finlandia.

Sekitar 1.500 dokumen tambahan dikirim ke pemerintah Estonia untuk menjawab kekhawatiran dari pemerintah negara mengenai proyek tersebut.

Mengetahui situasi ini, China yang tidak ingin melewatkan kesempatan emas terus melakukan upaya untuk membujuk Estonia.

Menurut Politico, China masih mengharapkan Estonia untuk merubah pikirannya, untuk mau menerima tawaran China.

Selama itu, China masih menunggu kepastian dari pemerintah Estonia andaikan berubah pikiran dan menerima kucuran dana investasi dari China.

Sementara itu, bukan rahasia lagi jika China memang getol menawarkan pinjaman dan uang pada negara-negara kecil untuk proyek pembangunan.

Baca Juga: Padahal Sebal pada China Atas Klaim Laut China Selatan, Presiden Filipina Duterte Malah Larang Militer Filipina untuk Latihan Bersama AS, Mengapa?

Menurut laporan, tindakan China itu merupakan proyek ambisius dari inisiatif Road Belt, di mana China berusaha untuk mendapatkan semua akses jalur keseluruh dunia.

Namun, tuduhan itu dibantah oleh China.

Amerika sendiri menuduh, bahwa China dengan sengaja menawarkan pinjaman uang dalam jumlah fantastis pada negara kecil untuk melakukan proyek pembangunan.

Namun, jumlah uang yang ditawarkan mustahil untuk dibayar sehingga mereka yang terperangkap dengan utang China dipaksa untuk menyerahkan proyek tersebut pada Tiongkok.

Artikel Terkait