Advertorial

(Foto) Mengintip Perjuangan Para Siswa untuk Belajar Online, Terpaksa Panjat Pohon untuk Cari Signal hingga Jalan Kaki Sejauh 2 Km

Mentari DP

Editor

Reni Rosari Sinaga mengunggah kegiatan belajar luring dan daring di salah satu Desa di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Reni Rosari Sinaga mengunggah kegiatan belajar luring dan daring di salah satu Desa di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Intisari-Online.com - Pemerintah Indonesia masih belum membuka kembali sekolah di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Padahal, sejak 13 Juli 2020, seluruh siswadaritingkat SD hingga SMA mulai memasuki tahun ajaran baru 2020/2021.

Tak heran, sekolah daring atau belajar online mau tidak mau dilakukan.

Jam sekolah tentu tidak berubah.

Baca Juga: Sempat Dijuluki 'Wuhan Kedua', Risma Klaim Kota Surabaya Kini Sudah Masuk Zona Hijau, 'Penularan Covid-19 Menurun dan Angka Sembuh Naik'

Pukul 07.00 WIB, para siswa lengkap dengan seragam sekolah sudah bersiap di depan smartphone milik orangtuanya.

Namun, ada juga yang melakukan proses belajar mengajar dengan luring.

Hal itu karena kondisi daerah yang tidak memadai.

Di antaranya karena sulitnya signal smartphone dan begitu juga paket internetnya.

Baca Juga: Selalu Pakai APD Lengkap, Dokter Ini Ungkap Dirinya Positif Covid-19 hingga Mengaku Tak Bisa Mencium Apapun, 'Belum Tahu Bagaimana Bisa Tertular'

Seperti yang diungkapkan akun Facebook Reni Rosari Sinaga pada Sabtu (1/8/2020).

Ia mengunggah kegiatan belajar luring dan daring di salah satu Desa di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Selain proses belajar secara luring, Reni juga mengunggah foto sejumlah siswa SMP, SMA, hingga mahasiswa yang terpaksa memanjat pohon untuk mencari signal agar bisa mengikuti proses belajar daring.

Respon Anggota DPRD Simalungun

Anggota Komisi IV DPRD Simalungun, Bernhard Damanik berharap Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama pandemi Covid-19.

Bernhard mengakui, ketinggian kawasan di Kabupaten Simalungun berbeda-beda dan tentu harus mendapatkan pelayanan secara beda pula.

"Kita akui kawasan di Simalungun ini berbeda-beda."

"Oleh sebab itu, kita minta Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sesuai topografi kawasan," ujar Bernhard pada Minggu (26/7/2020) kemarin.

Baca Juga: Semakin Kisruh di Laut China Selatan, Negara-negara Ini Ternyata Punya Nyali Besar dan Siap Angkat Senjata Lawan China

Bukan tanpa sebab.

Sejumlah pelajar di kawasan pegunungan seperti murid-murid asal Pegunungan Simbolon mengakui ketinggalan materi pelajaran.

Upaya untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring yang diinstruksikan Dinas Pendidikan sangat terbatas akses internet.

Bahkan jangankan untuk mengakses internet, di Pegunungan Simbolon atau tepatnya Nagori Siporkas, Kecamatan Raya, untuk sekadar komunikasi via seluler juga terhambat.

"Makanya kita mau, Dinas Pendidikan bisa mengambil inisiatif."

"Seperti siap membuka kelas agar murid bisa ambil soal atau materi pelajaran ke sekolah," ujar Bernhard.

Bila ada sedikit interaksi antara murid dan siswa, ia yakin tak ada murid murid yang ketinggalan materi pelajaran, meski harus mematuhi protokol kesehatan di Simalungun yang saat ini masih belum keluar dari zona merah.

"Kita sempat rapat soal ini dan mungkin akan rapat lagi dengan Dinas Pendidikan," terangnya.

(tribun-medan.com/Alija Magribi/Atum)

(Artikel ini telah tayang ditribun-medan.comdengan judul "Demi Ikut Belajar Daring, Siswa di Daerah Ini Terpaksa Memanjat Pohon, Berjalan 2 KM dari Permukiman")

Baca Juga: Jumlah Kasusnya Terbesar ke-2 Setelah Indonesia, Petugas Medis di Filipina Ngaku Kelelahan, 'Kami Kalah Dalam Pertarungan Lawan Covid-19'

Artikel Terkait