Advertorial

Memang Sering Bikin Ulah, Tapi Polah Tiongkok Ini Benar-benar Keterlaluan Sampai Negara Sesuci Vatikan Jadi Korbannya, Rupanya Karena Permasalahan Sensitif Ini China Berani Nakal

May N

Editor

Memang Sering Bikin Ulah, Tapi Polah Tiongkok Ini Benar-benar Keterlaluan Sampai Negara Sesuci Vatikan Jadi Korbannya, Rupanya Karena Permasalahan Sensitif Ini China Berani Nakal

Intisari-online.com -China kembali dikabarkan buat ulah lagi.

Kali ini libatkan spionasi siber atau spionase online.

Namun tidak seperti biasanya, bukan AS atau musuh-musuh Tiongkok yang jadi sasaran.

Justru, negara kecil yang dipimpin oleh Paus Fransiskus Benediktus ini yang jadi sasaran.

Baca Juga: Mau Tidur Lebih Nyenyak Lagi, Coba Letakkan 8 Tanaman Ini dai Kamar Tidur dan Rasakan Bedanya!

Benar, Vatikan menjadi negara yang harus mendapat kerugian setelah menjadi sasaran mata-mata siber China.

Rupanya, serangan China bukanlah serangan mendadak begitu saja.

Negara pimpinan Xi Jinping itu memiliki ketegangan dengan Vatikan semenjak negosiasi sensitif September lalu.

Negosiasi itu adalah mengenai pembaruan kesepakatan rahasia mengenai pengelolaan Gereja Katholik di China.

Baca Juga: Rambut Pirang Pasha Ungu Menjadi Buah Bibir, Ini Aturan Mengecat Rambut Bagi PNS, Melanggarkah Sang Wakil Wali Kota Palu?

Xi Jinping mungkin telah mencari keuntungan, lewat bantuan orang dalam untuk mengetahui rencana Vatikan mendekati tawar menawar dengan China.

Hal itu berdasarkan laporan yang dirilis Selasa lalu oleh Recorded Future, firma intel untuk ancaman antar negara.

Nama grup yang dicurigai antara lain Mustang Panda dan RedDelta, yang mengingatkan kepada dunia sekte pemujaan lengkap dengan jubah dan belati seperti yang ada pada Gereja Katholik zaman pertengahan.

Kala itu, Paus kirim utusan-utusan kuat ke pengadilan kerajaan di seluruh dunia.

Baca Juga: Wajahnya Sudah Dirombak 60 Kali Operasi Sampai Terlihat Mirip Boneka Hidup, Tak Disangka Penampakan Wajah Aslinya Sungguh Tak Terduga

Namun laporan itu seperti merujuk cerita-cerita Dan Brown mengenai Gereja Katholik zaman pertengahan daripada analisis data yang selektif.

Laporan itu menuduh China menggunakan program perangkat lunak berbahaya untuk masuk ke dalam jaringan internal Vatikan.

"Riset kami temukan kampanye mencurigakan didukung negara China yang menarget pejabat-pejabat Gereja Katholik kelas tinggi sebelum pembaruan perjanjian China-Vatikan pada September 2020 mendatang," tulis para analis dari Recorded Future di laporannya.

Bagian dari rencana komunisme

Baca Juga: Mau Kulit Makin Glowing Tanpa Perawatan? 5 Makanan Ini Harus Dihindari, Salah Satunya Keripik Kentang

Menarget Vatikan rupanya disebutkan sebagai langkah China untuk bisa mengatur gereja Katholik yang ada di China.

Perlu diketahui pemimpin gereja Katholik yang ada di China tidak disetujui oleh lembaga negara China Patriotic Association.

Status gereja-gereja itu dan pertanyaan mengenai siapa yang memiliki kuasa untuk menunjuk pemimpinnya adalah pusat negosiasi antara China dan Vatikan.

China sendiri juga memperhatikan detail opini gereja tersebut terkait protes pro-demokrasi di Hong Kong.

Baca Juga: Jadi Korban Penindasan 3,5 Tahun Dijajah Oleh Jepang, Indonesia Ternyata Punya Hak Untuk Menuntut Ganti Rugi, Tapi Kemanakah Uangnya Digunakan Indonesia?

Juru bicara Vatikan menolak untuk berkomentar.

Sementara itu Kementerian Luar Negeri China tidak segera merespon permintaan berkomentar.

Namun dari New York Times yang pertama kali kabarkan berita ini, mengatakan jika pejabat China menyangkal berita itu dan menuduh itu sebagai "spekulasi tanpa dasar",

Mirip dengan yang dialami Muslim Uighur

Baca Juga: Warganet Dihebohkan Kasus Pelecehan Seksual Viral 'Bungkus Kain Jarik' yang Dibongkar di Twitter, Mari Bahas Apa Itu Fetish dan Mengapa Kelainan Ini Berbahaya

Kesadaran bahwa China dicurigai membajak beberapa negara telah menjadi tuduhan pelanggaran HAM melawan kelompok religius minoritas.

Kasus ini sama terjadi dengan Muslim Uighur, kaum Budha di Tibet dan para umat Kristen.

"Tekanan yang disponsori oleh negara melawan semua agama terus meningkat," ujar Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo Juni kemarin, ketika Kementerian Luar Negeri AS merilis laporan mereka mengenai kebebasan beragama di negara-negara di seluruh dunia.

"Hukuman massal yang dihadapi oleh muslim Uighur di Xinjiang terus berlanjut, demikian pula dengan tekanan yang dihadapi para umat Budha di Tibet serta Falun Gong dan kaum Kristen," ujar Pompeo.

Baca Juga: Gejolak Perang Mulai Terasa, Negara Sekelas Vietnam Saja Sampai Rela Ngutang Rp36 Miliar untuk Rombak Kekuatan Militernya, Tak Sudi Dipecundangi China

Bagaimana bisa sampai ketahuan

Grup peneliti di dalam Recorded Future memperhatikan baik-baik "aktor ancaman" online, termasuk pembajak yang disponsori negara di China.

Salah seorang analis Recorded Future yang namanya tidak boleh disebutkan mengatakan "tindakan China ini umum dan telah terjadi beberapa tahun."

Metode pembajaknya juga tidak terlalu canggih, satu libatkan taktik phising, yang rupanya efektif.

Baca Juga: Tips Memasak Daging Kurban Menjadi Semur yang Super Enak Ala Restoran, Dijamin Empuk dan Tidak Mudah Hancur, Ini Rahasianya

Yang lain gunakan surat berduka cita dari Kardinal Pietro Parolin, Menteri Luar Negeri Vatikan, kepada pemimpin gereja di Hong Kong.

Pemimpin gereja di Hong Kong penting dalam negosiasi mendatang itu.

"Tidak jelas apakah surat itu palsu atau memang dokumen resmi yang berhasil mereka dapatkan dan digunakan untuk menyerang gereja di China," tulis laporan tersebut.

Peretas lainnya adalah RedDelta, yang juga disponsori oleh pemerintah.

Baca Juga: Bikin Heboh, Ditemukan Kepala Manusia Dalam Bungkusan Karung dan Terikat Tali Rafia, Hanya Tersisa Tengkorak dan Tulang Belulangnya Berserta Pakaian Wanita

Vatikan sendiri telah diberitahu mengenai hal ini.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait